Oleh : AHMAD BARJIE B
Dalam sebuah hadits Nabi SAW bersabda, “Bahwasanya Bani Israil telah berfirqah-firqah (berpecah-pecah/bergolongan) sebanyak 72 firqah, dan akan berfirqah umatku sebanyak 73 firqah. Semuanya masuk neraka kecuali satu”. Para sahabat yang mendengar ucapan ini bertanya, “Siapakah yang satu itu ya Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Yang satu itu ialah orang yang berpegang (beriktikad) sebagaimana pegangan (iktikadku), dan pegangan sahabat-sahabatku”. (HR Turmuzi).
Pada hadits lain, Nabi bersabda, “Maka bahwasanya siapa diantaramu yang hidup lama, niscaya akan menemui perselisihan paham yang banyak. Ketika itu pegang teguhlah sunnahku dan sunnah khalifah Rasyidin yang diberi hidayah. Pegang teguhlah itu dan gigitlah dengan gerahammu”. (HR Abu Daud).
Dewasa ini, bangsa Indonesia sedang berpecah belah baik dalam bidang agama, sosial, politik, arah dukungan, ekonomi dan sebagainya. Bahkan sesama ulama, juga berselisih, ada yang mempersoalkan nasab atau keturunan, dan sebagainya. Hal-hal yang pernah diungkit dan dianggap selesai, kini diungkit lagi.
Indikator lain, banyak terjadi kecurigaan, saling tuding dan menyalahkan di kalangan masyarakat. Yang satu merasa lebih benar dan lebih baik daripada yang lain. Lem perekat kesatuan dan persatuan bangsa kita sepertinya mulai longgar. Bahaya perpecahan dan disintegrasi mulai kelihatan, baik terhadap negara maupun golongan masyarakat itu sendiri.
Kita tentunya tidak menyebutkan banyaknya muncul partai dan kelompok di masyarakat, sebagai suatu firqah sebagaimana disinyalir hadits di atas. Kita bahkan berharap, agar adanya banyak partai dan kelompok, akan semakin mampu menyalurkan aspirasi masyarakat yang majemuk ini, sekaligus sebagai sarana yang efektif untuk melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar. Sama-sama fastabiqul khairat dan menyuarakan aspirasi masyarakat. Allah memang menyuruh agar di masyarakat ada golongan-golongan yang secara aktif dan kontinyu melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar. Dan bila itu dapat dilakukan, maka merekalah orang-orang yang beruntung (QS. Ali Imran: 104,110).
Untuk dapat melaksanakan tugas luhur itu tentu setiap pernyataan, program dan kerjanya harus sejalan dengan ajaran agama, bukan sebaliknya. Untuk itu setiap golongan hendaknya selalu berkata yang baik, benar dan jujur. Tidak suka menghujat dan memojokkan orang lain. Tidak merasa benar sendiri dan menyalahkan orang lain. Dan selalu memelihara ukhuwah, persatuan dan kesatuan. Dan jangan “bacakut papadaan.” Kalua sudah saling mencela, maka hilanglah keberkahan agama.