ROFI ZARZAIDA
Wartawan Senior, Wirausaha, Kepala Perwakilan Kalimantanpost di Jakarta
PERTENGAHAN November tahun 2023 konektivitas dan sinergitas lima provinsi sebagai tuan rumah Ibu Kota Nusantara (IKN) pernah diperbincangkan dalam sebuah Simposium Nasional di Kalsel. Luasnya pulau Kalimantan membutuhkan infrastruktur dan kelembagaan lintas wilayah dan sektoral secara terintegrasi.
Konsep konektivitas ini bukan hanya soal ketersediaan infrastruktur dan transportasi yang mampu menyambungkan antar kota antar provinsi, namun juga terkait dengan rancangan tenokrasi yang terkait inovasi digital, logistik tanpa hambatan, arus mobilisasi massa hingga kesiapanan moda pelayanan publik di laut, udara dan darat.
Dalam tatanan lebih luas, Master Plan on ASEAN Connectivity (MPAC) pun telah dibahas sejak 2010, jauh sebelum IKN terwujud. Tujuannya untuk memastikan ragam kunjungan masyarakat mulai dari wisata, bisnis, kunjungan keluarga, keperluan dinas hingga berobat dapat dilakukan dalam perjalanan darat yang nyaman dan menyenangkan.
Berandai-andai kapan itu bisa terwujud. Sementara kondisi jalan dan tata kota Balikpapan dan Samarinda belum ada perubahan signifikasn sejak 12 tahun lalu. Sementara Kalsel terlihat lebih mengikuti tren kekinian namun sebagian lokasi strategis masih terlihat sama sejak 20 tahun lalu. Apalagi setelah pandemi, mal bergengsi sekelas Blue Ocean Square Balikpapan terlihat mati suri, kotor dan lengang. Padahal lokasinya dijalan utama dengan pemandangan indah Balikpapan Baycity berlatar laut yang indah. Dengan tampilan indah itu, mustahil tidak ada ada investor yang melirik pembangunan di Kalimantan. Bagai intan permata, bumi Kalimantan hanya perlu dipoles kemudian dipromosikan secara masif maka tampilannya tidak kalah dengan Marina Baycity Singapura atau Selangor Malaysia. Persoalannya mau atau tidak, prioritas atau bukan ?
Sebagai saudara serumpun, hubungan 5 provinsi dan 4 macan ASEAN dalam satu pulau merupakan modal awal keeratan yang sangat mudah dipersatukan baik antar produsen hingga antar UMKM. Konektivitas insani berpeluang untuk saling memberikan pengaruh sosio kultural yang melunturkan perbedaan.
Saat ini kualitas infrastruktur jalan dan fly over trans Kalimantan masih ditemui permukaan aspal yang tipis, jalan dimobil sekelas Fortuner pun masih terasa goyang. Hal ini terjadi mungkin prioritas saat ini adalah memperbanyak jumlah akses dan jalan belum tahap mengejar kualitas. Namun jika hal ini menjadi alasan, alokasi dana pemeliharaan terlalu tinggi dan tidak akan maju kepenyempurnaan jika dana yang terbatas habis melulu untuk pemeliharaan dan pemulihan bukan peningkatan kualitas.
Niat Presiden Joko Widodo untuk melakukan upaya pemerataan pembangunan di Kalimantan perlu dilakukan secara paralel dan simultan dengan dukungan masing-masing kepala daerah dari5 Provinsi Kalimantan. Tahap awal adalah keseriusan membuat nyaman berkendara karena mulusnya jalanan serta pelebaran jalan. Lokasi dengan fokus bisnis ekstraksi seperti Balangan dan Samarinda umumnya tidak peduli dengan jalan yang rusak atau tidak nyaman. Karena tipikal kota bisnis dan industri, meski jalan berlubang atau aus dianggap biasa karena yang lewat sebagian adalah kendaraan proyek. Sehingga hal estetika terkait keindahan kota, tata lampu dan mulusnya jalan aspal tidak serius dipikirkan apalagi digarap. Contohnya dapat dihitung dengan mudah, perhatikan saja, kabupaten dengan penghasilan batubara trilyunan rupiah, namun wilayah yang dikeruknya malah jalannya rusak, berdebu,berlubang dan gelap. Ironisnya, kondisi tersebut tidak juga diatasi dengan gerakan CSR, alih-alih menghubungkan koneksi dengan otoritas pusat dan daerah, konektivitas yang digarap hanyalah kemudahan memperoleh perizinan agar terus lestari eksistensinya dalam mengeksploitasi bumi Kalimantan tercinta.
Padahal konektivitas saat ini telah masuk dalam fase pengembangan sistem energi yang ditelaah dengan aspek-aspek sosio-ekonomi, lingkungan, keuangan, dan peraturan sebagai standarisasi proyek interkoneksi yang sukses. Mengingat salah satu faktor utama yang mempengaruhi perkembangan dunia adalah energi, maka konektivitas pasokan listrikpun saat ini mulai dikembangkan untuk pengembangan sektor kelistrikan di masa depan. Berkat IKN, proyek trans Kalimantan bukan lagi proyek buka jalan dan proyek pengaspalan, namun mega proyek yang menyatukan potensi kepulauan yang mempermudah jalur sutra perdagangan, logistik hingga persaudaraan seNusantara. Insyaa Allah.