oleh: Saad Pamungkas
Unit Publikasi Tim SRB (Syafiq Riza Basalamah Official)
DALAM beberapa kasus, ada anggapan bahwa menjadi muslim membatasi ekspresi dalam dunia tulis-menulis, terutama di era modern, karena kekhawatiran melanggar norma agama. Akibatnya, tulisan-tulisan tersebut seringkali terasa kaku, dan sulit dipahami, tak ubahnya dengan membaca kitab-kitab yang berat.
Padahal, agar tulisan dapat dipahami oleh masyarakat luas—terutama oleh pembaca awam—kunci utamanya adalah penyajian bahasa yang jelas dan mudah dimengerti. Bahasa yang digunakan haruslah sederhana, tidak berbelit-belit, dan bebas dari istilah atau jargon yang membingungkan. Yang terpenting adalah menyampaikan pesan berdasarkan sumber yang kuat, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah, dengan tujuan mengajak kepada kebaikan.
Sebagai contoh, buku karya Dr. Ustadz Syafiq Riza Basalamah, M.A. berjudul “Andai Aku Tidak Menikah Dengannya” menunjukkan bagaimana bahasa yang mudah dipahami dapat efektif dalam menyampaikan pesan. Dalam buku tersebut, salah satu halaman tertulis:
“Sebagian bahtera yang telah dibina bersama. Ditata dan disusun agar menjadi indah. Ternyata bahtera itu keropos dan lapuk. Hanya tinggal menanti hari datangnya badai yang menerpa. Atau karang yang memecahkan dan menenggelamkannya. Atau ombak besar yang mengaramkannya. Bermula dengan permasalahan yang silih berganti.”
Penggunaan bahasa puitis ini tidak hanya memperkaya teks, tetapi juga membuat pesan lebih menyentuh dan mudah dipahami. Misal, deskripsi tentang bahtera yang “keropos dan lapuk,” yang menyiratkan pesan tentang pernikahan yang penuh tantangan dan ujian. Ini adalah contoh bagaimana seorang muslim dapat menulis dengan kreativitas, menyampaikan pesan dengan cara yang relevan dengan zaman, tetapi tetap dalam koridor kebaikan.
Oleh karena itu, janganlah takut mengikuti perkembangan zaman. Muslim harus mampu menulis dan menyebarkan kebaikan dengan cara yang santun dan mudah dipahami. Di tengah beberapa penulis yang secara vulgar membahas hal-hal negatif atau berani mempersendaguraukan Tuhan yang Maha Suci dengan kata-kata yang tak pantas, sudah saatnya kita muncul dengan bahasa yang beradab namun tetap menyampaikan makna yang mendalam. Dengan pendekatan ini, muslim tidak hanya berkontribusi dalam dunia kesusastraan tetapi juga mengarahkan pembaca kepada nilai-nilai positif dan luhur.