Oleh : Ahmad Barjie B
Pemerhati Anak
Media massa sering memberitakan anak-anak memerkosa teman sekolahnya, teman bermain atau anak tetangganya. Remaja dan mahasiswa banyak terperosok seks pranikah bahkan seks bebas. Besar kemungkinan itu pengaruh pornografi yang mereka temui lewat film, video, VCD, CD, gambar, lukisan dan situs-situs international network (internet). Internet tidak saja menghasilkan hal-hal positif, juga rawan dengan sisi buruk seperti cybercrime dan cybersex. Cybersex adalah kegiatan yang berhubungan dengan seks via internet. Walau sekarang situs-situs seks itu sudah dihapus pemerintah, bagi yang ahli memainkan mungkin masih bisa mengakali.
Polemik RUU APP (kini menjadi UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Pornografi) serta gencarnya razia dalam tahun-tahun terakhir berdampak pada berkurangnya pornografi melalui video, gambar dan media cetak (majalah dan tabloid porno). Tetapi yang masih marak dan berbahaya adalah pornografi lewat internet, sebab dunia maya sepertinya belum bisa sepenuhnya dirazia. Mengonsumsi pornografi/aksi dalam dunia nyata seperti THM, bar, diskotik dan rumah bordil membutuhkan biaya tidak sedikit, ada batasan etiket usia, rasa malu dan norma sosial.
Pornografi dunia maya dapat diakses oleh anak-anak yang sudah andai bermain internet. Tahun-tahun lalu sepulang sekolah, anak-anak sanggup tidak makan karena ingin buru-buru pergi ke warung internet (warnet). Mereka memaksa orangtua memberi uang lebih. Kalau tidak diberi, mereka nekad menyisihkan uang belanja sekolah agar bisa pergi ke warnet. Bahkan tidak sedikit anak-anak bermain internet di rumahnya sendiri, baik lewat HP maupun personal komputer yang sudah dilengkapi modem atau alat lainnya. Kalau sekadar bermain game, kita masih toleran. Tapi kalau sudah mengakses pornografi/aksi, tentu efek dominonya sangat berbahaya.
Kalau sudah demikian, beban moral dan finansial orangtua makin berat. Satu sisi orangtua bangga anak-anaknya tanggap teknologi, tetapi mereka juga khawatir sisi buruk cybersex dan penyalahgunaan lainnya. Anak-anak lebih dini mengenal permainan seks liar, suatu yang bukan haknya dan belum waktunya. Mereka melihat wanita yang meliuk-liuk di arena kontes, beragam video dan pose wanita nyaris telanjang dan sejenisnya. Cybersex otomatis meracuni pikiran mereka, pribadinya kacau, semangat dan konsentrasi belajar terganggu. Klimaksnya bisa terjadi pemerkosaan, tindakan asusila, minimal berkhayal.
Ahmad Desmond Asiku, penulis buku populer Cybersex Finally Exposed mengungkapkan pengalaman pribadinya. Mulanya hanya ingin tahu, coba-coba, diajak teman, sekadar iseng dan hiburan, akhirnya ketagihan. Menurutnya, begitu seseorang mengenal cybersex, sulit untuk berhenti. Diperlukan waktu bertahun-tahun untuk bisa menghentikan hobi cybersex, itu pun melalui perjuangan serius dan berat. Ia menyarankan agar internet hanya digunakan untuk kebaikan dan kemajuan, dan tidak coba-coba mengakses situs porno, walau hanya sekali. Seperti rokok, miras, narkoba dan seks, pornografi ada candunya.
Langkah Antisipasi
Cybersex penting diprihatinkan, karena internet sudah memasyarakat, bahkan sampai ke perdesaan. Rumah-rumah, kantor, sekolah, perguruan tinggi dan organisasi semakin dilengkapi internet. Fasilitas untuk berinternet ria tambah banyak, tidak saja lewat komputer (PC), juga laptop, HP dll. Bahkan sekarang warnet sudah kehilangan pelanggan, tutup, karena penggunanya lebih aman berinternet sendiri di rumah, bukan di tempat umum.
Agar bahaya cybersex dapat diantisipasi, beberapa hal perlu dilakukan. Pemerintah khususnya Departemen Komunikasi dan Informatika hendaknya lebih serius membendung situs-situs porno lewat regulasi peraturan perundang-undangan dan teknologi. Menurut pakar telematika Roy Suryo, sebenarnya situs porno dapat dibendung dengan teknologi tertentu. Ketua Tim Koordinasi Information, Communication and Technology (ICT) Center Tanah Laut Drs H Shihabuddin Chalid, MMPd, juga mengatakan, situs porno dapat dicegah dengan teknik tertentu. Jadi, pemerintah dan pihak terkait seharusnya proaktif mengupayakan hardware and software filter sebagai penangkal dan pengaman, baik di tingkat nasional maupun lokal.
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), selain mengurus televisi dan radio, hendaknya juga membidik internet. Televisi dan radio tidak begitu berbahaya, paling acaranya agak uneducated, mendorong konsumerisme dan waktu banyak terbuang, tetapi pemirsa tetap diuntungkan dengan keragaman informasi. Sedangkan cybercrime dan sex lewat internet sangat berbahaya. Saya pernah menitip pesan kepada Drs Samsul Rani, MSi, waktu itu anggota KPID Kalsel, agar kalau bisa warnet-warnet di daerah diatur dan dipantau. Cuma masalahnya UU Penyiaran membatasi ranah tugas KPI hanya di televisi dan radio. Mengigat tuntutan masyarakat, ada baiknya KPID memperluas kewenangannya untuk juga memantau aktivitas internet.
Pengetatan Pengawasan
Lebih efektif jika pengusaha warnet juga memiliki kesadaran dan komitmen menjaga moralitas pengguna dengan memasang filter antisitus porno. Setiap box perlu dipasang etiket tertulis larangan membuka situs porno, ada monitor pemantau dan petugas yang selalu aktif mengawasi.
Perlu dibangun komitmen menjaga moral dan arahan agar internet semata digunakan untuk kemajuan ilmu dan teknologi. Komitmen moral penting, karena ketika anak tidak bisa mengakses pornografi di rumah dan sekolah, mereka mungkin berlari ke warnet. Motif komersial dikhawatirkan warnet jadi permisif. Ini terutama di daerah/pedesaan yang mungkin warnet masih ada.
Pemerintah, khususnya PT Telkom dan mitranya hendaknya mempermurah biaya internet. Selain agar internet lebih memasyarakat untuk kegunaan positif, juga agar semakin banyak keluarga bisa memfasilitasi sendiri anak-anaknya bermain internet di rumah, yang artinya lebih mudah dalam pengawasan. Selama ini banyak keluarga punya komputer tetapi tidak dilengkapi alat untuk mengakses internet, atau punya fasilitas internet, tetapi enggan dijadikan tempat bermain internet anaknya berlama-lama. Khawatir tagihan rekening telepon untuk jasa internet membengkak di luar kesanggupan.
Beberapa fasilitas internet yang ditawarkan, relatif masih mahal untuk masyarakat kebanyakan. Masih lebih besar dari tagihan listrik per bulan. Sejumlah penelitian perbandingan juga mengatakan internet di negeri ini masih termahal di dunia. Akibatnya banyak orangtua membiarkan anak-anaknya pergi bermain internet di tempat lain dengan risiko tidak bisa mengontrolnya lagi.
Diharapkan internet benar-benar positif untuk kebaikan dan kemajuan bangsa, bukan sebaliknya. A man behind the gun, sebagai produk iptek internet tergantung manusianya. Agama mengajarkan, siapa mengajak dan memfasilitasi kebaikan ia beroleh reward pahala semua orang yang mengikutinya tanpa menguranginya. Sebaliknya siapa mengajak dan memfasilitasi keburukan, ia menanggung semua dosa pengikutnya tanpa mengurangi dosa mereka. Betapa banyak ilmu dan informasi berharga bisa kita akses lewat internet. Jadi, mari gunakan internet untuk kebaikan dan kemaslahatan saja.