Oleh : Ahmad Barjie B
Pemerhati Sosial Keagamaan
Dulu, Kantor Imigrasi Banjarmasin termasuk jajaran instansi paling sunyi. Jarang sekali orang berurusan, khususnya untuk membuat paspor. Kantor ini hanya sibuk menjelang musim haji, dan di luar itu volume kerjanya kurang, kecuali melayani orang-orang yang bepergian ke luar negeri, yang jumlahnya di daerah ini relatif sedikit.
Kini keadaannya sudah berubah 180 derajat. Imigrasi tergolong kantor paling sibuk, dengan volume kerja yang sangat tinggi. Jam dinas yang tersedia seolah tak pernah cukup untuk melayani masyarakat. Keadaan ini berbanding lurus dengan kesibukan bandara untuk melayani penerbangan dalam dan luar negeri.
Bagi masyarakat Banjar khususnya, bepergian ke luar negeri hampir pasti tujuannya beribadah haji dan umrah. Walau ada dengan tujuan mencari kerja dan sekolah, tetapi motif ibadah paling dominan. Ketika haji reguler makin lama masa tunggunya dan haji Plus relatif mahal, umrah menjadi alternatif utama. Tak heran jika di Kalsel dan Banjarmasin saat ini amat banyak beroperasi perusahaan perjalanan umrah, baik milik urang banua maupun kepanjangan usaha yang ada Jawa.
Inti dari semua ini adalah meningkatnya animo masyarakat pergi ke tanah suci, sekaligus menziarahi makam Rasulullah. Animo yang tak kunjung surut ini berbanding lurus pula dengan meningkatnya kesejahteraan hidup sebagian masyarakat. Juga kepedulian untuk memudahkan jalan berangkat ke sana. Kenyataannya, tidak sedikit orang berumrah bukan dengan biaya sendiri, tetapi dibiayai dan diberangkatkan oleh orang lain.
Di banua kita ini memang tidak sedikit para dermawan yang berhati mulia, sehingga sesudah diri dan keluarganya, juga tak keberatan mengumrahkan atau bahkan menghajikan orang lain. Semoga mereka diberi ganjaran pahala berlipat ganda.
Beberapa Peluang
Tingginya animo masyarakat pergi ke tanah suci, minimal berumrah, disebabkan adanya undangan dari Nabi tercinta junjungan kita Muhammad Saw. Kalau berhaji biasanya dikatakan orang sebagai memenuhi undangan Nabi Ibrahim as, maka berumrah boleh juga disebut memenuhi undangan Nabi Muhammad saw.
Beberapa tahun lalu, KH Bahran Jamil dalam bimbingan umrah di kantor pusat PT Riyal Tunggal Banjarmasin pimpinan H Fauzian Noor (alm) mengatakan, Nabi SAW banyak memotivasi umatnya agar menziarahi beliau. Di antaranya beliau bersabda: man zara qabri wajabat lahu syafa’ati (barangsiapa menziarahi kuburku, maka wajib baginya syafaatku). Man zarani ba’da mauti fakaannama zarani fi hayati (barangsiapa menziarahi aku sesudah matiku, maka sama dengan menziarahiku sewaktu hidupku).
Hadis di atas beserta sejumlah hadis lain yang senada, menjadi magnet yang sangat kuat bagi umat Islam di mana saja sehingga mereka berusaha pergi ke tanah suci guna menziarahi kubur beliau. Pergi ke sana dianggap sebagai manifestasi cinta secara langsung. Ibarat orang bercinta untuk kekasihnya, dengan menziarahi kubur beliau, orang langsung mengucapkan kata-kata cintanya untuk sang Nabi, tanpa lewat surat, telepon, SMS, tawashul dan media lain.
Tetapi bagi Nabi sendiri, kemaslahatan umat di atas segalanya. Meski beliau menyambut hangat dan memberi keistimewaan bagi umatnya yang datang langsung, beliau juga sangat mengasihi semua umat, jauh atau dekat. Bahkan ketika umatnya memperingati maulid Nabi, membaca syair-syair maulid, banyak orang percaya bahwa Nabi saw juga menyahuti shalawat umatnya. Peluang untuk berhubungan dengan beliau memang terbuka lebar. Shalawat menjadi salah satu kunci utamanya. Makin banyak shalawat diucapkan makin baik. Siapa yang bershalawat kepada nabi satu kali, maka Allah akan bershalawat padanya 10 kali.
KH Madyan Noor Mar’ie, Lc (mantan sekretaris pribadi alm Dr KH Idham Chalid) dalam ceramah maulid di rumah H Ahmad Banjarmasin mengatakan bahwa dia pernah bicara empat mata dengan alm Guru Sekumpul KH Zaini Ghani. Setelah dibujuk, Guru Sekumpul menyatakan, di antara kunci sukses dan bahagia dunia dan akhirat adalah banyak membaca Alquran dan bershalawat.
Shalawat dimaksud terbagi dua, warid dan ghairu warid. Yang pertama shalawat yang kalimatnya sudah baku, seperti dalam shalat dan khutbah, pakai sayyidina atau tidak keduanya sama-sama punya dasar. Yang kedua shalawat yang kalimatnya dikarang oleh para ulama seperti tertulis dalam syiir-syiir maulid. Ini juga baik dibaca karena mengandung shalawat, pujian dan contoh teladan kepribadian Nabi yang mulia. Masalah ini tidak perlu kita persoalkan dan salahkan, yang salah adalah yang tidak mau atau enggan bershalawat, padahal Allah dan para malaikat-Nya juga melakukan hal yang sama.
Hakikat Cinta
Islam bukan sekadar agama lahir, tapi batin, bukan kulit tapi isi dan substansi. Menyintai Nabi, bagi yang mampu silakan dengan menziarahi makam beliau di Medinah al-Munawwarah. Penting juga membasahi lidah dengan shalawat. Tapi lebih daripada itu, kecintaan hendaknya tertanam dalam hati yang paling dalam. Beliau mengatakan, orang yang sempurna imannya ialah jika beliau lebih dicintai daripada keluarganya, hartanya dan segala yang lainnya.
Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya adalah cinta yang total, konsisten, jauh dari hipokrisi dan kepura-puraan. Sebagai negeri mayoritas muslim, namun kejahatan, korupsi, pelanggaran HAM, ketidakadilan, kemaksiatan, dan penyakit masyarakatnya masih tinggi, mengindikasikan cinta kita pada agama masih diragukan.
Seorang penyair berkata: Ta’shil ilaaha wa anta tuzhhiru hubbuh, wa haaza li’umrii fil fi’aali badii’, laukaana hubbuka shaadiqan laatha’tah, innal muhibba liman yuhibbu muthii’ (Kamu pura-pura mencintai Allah, padahal perbuatanmu bertentangan dengan perintah-Nya. Seandainya cintamu sejati, niscaya engkau selalu menaati-Nya. Sungguh orang yang mencintai selalu patuh kepada yang dicintai).
Kecintaan harus diaplikasikan dengan mengamalkan sunnah. Inilah maksud hadis: man ahya sunnati faqad ahabbani, wa man ahabbani kana ma’i fil jannah. Jadi muara, hasil atau bukti menyintai Nabi adalah menghidupkan sunnah beliau, baik sunnah qauliyah (perkataan), fi’liyah (perbuatan) maupun taqririyah (sikap hidup).
Kemauan dan kemampuan mengaplikasikan sunnah menjamin orang beroleh syafaat, selamat dunia dan akhirat. Karena itu mari kita belajar menyintai Nabi dengan sepenuh hati. Berusaha menziarahi kuburnya, berbanyak shalawat kepadanya, juga mengamalkan sunnahnya secara optimal dan nyata. Ini tidak mudah, tapi juga tidak mustahil. Beban agama disesuaikan dengan kadar dan kemampuan penganutnya.