Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Space Iklan
Space Iklan
Space Iklan
Khazanah Qalbu

MENYUMBANG NEGARA

×

MENYUMBANG NEGARA

Sebarkan artikel ini
Ahmad Barjie B
Ahmad Barjie B

oleh: AHMAD BARJIE B

BEBERAPA tahun lalu dikampanyekan Gerakan Cinta Rupiah (Getar), juga dihimbau agar rakyat mau menyumbangkan emas untuk negara. Di televisi ada imbauan: Sumbangkan sedikit emas anda untuk negara.

Iklan

Imbauan ini dulu cukup bersambut. Sukamdani Sahid Gitosarjono menyumbangkan 1 kg emas untuk negara, Mbak Tutut 2,5 kg, dan himpunan ulama pondok pesantren 2 kg. Dan masih banyak lagi.

Memang kalau negara sedang krisis ekonomi, rakyat perlu membantu negara memulihkan ekonomi nasional. Kalau selama ini banyak orang berlomba-lomba memperkaya pribadi dan kelompoknya, ada waktunya berlomba-lomba untuk negara. Nasionalisme dan patriotisme saatnya diuji. Barangkali relevan pesan Presiden AS, John Fitzgerald Kennedy: Jangan pikiran apa yang dapat negara sumbangkan padamu, tapi pikirkan apa yang dapat kamu sumbangkan untuk negaramu.

Dalam Islam, urusan sumbang-menyumbang ini sudah sejak awal diajarkan. Baik menyumbang untuk fakir miskin, yatim piatu, sarana ibadah, sosial, dan juga menyumbang untuk negara. “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan yang sempurna, sebelum kamu menyumbangkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu sumbangkan, sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS Ali Imran: 92). “Jika manusia mati, maka putus amalnya, kecuali tiga hal: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakan orang tuanya.” (HR Muslim dari Abu Hurairah).

Sejak awal sejarah Islam, kepedulian menyumbang untuk orang lemah dan negara sudah dipraktikkan. Nabi SAW banyak mengunakan kekayaan istrinya Khadijah untuk mengasuh anak dan memerdekakan budak, demikian pula Abu Bakar. Ketika menumpas pemberontakan, Abu Bakar menyumbang 40 ribu dinar uang emas, sehingga tak ada lagi harta yang tersisa padanya. Umar pernah berderma setengah dari hartanya. Utsman bin Affan dalam Perang Tabuk menyumbangkan 10 ribu dirham, seribu ekor unta dan 70 ekor kuda. Mata air yang dibelinya 20 ribu dirham juga disumbangkannya untuk kaum muslimin. Abdurrahman bin Auf menyumbangkan 4 ribu dirham dari 8 ribu dirham miliknya. Dan Sa’ad bin Abi Waqqash menyumbangkan 1/3 dari hartanya.

Baca Juga :  PENTINGNYA KESEHATAN

Rakyat bisa menyumbang untuk negara, jika pemimpinnya hidup sederhana dan memberi keteladanan. Nabi tidur hanya di atas tikar anyaman dari daun kurma, sehingga berbekas di belakangnya. Umar menangis melihatnya, padalah ia tahu, hampir seluruh Jazirah Arabia yang luas dan kaya sudah di bawah kekuasaan Nabi. Begitu juga Umar selalu hidup sederhana, sama dengan khalifah-khalifah lainnya, padahal negara Islam saat itu sedang menjadi negara adidaya yang sudah menaklukkan Romawi dan Persia.

Sekarang ini, pejabat dan pemimpin kita masih suka tampil mewah. Punya mobil mewah, rumah mewah, harta berlimpah, tak habis dimakan berapa turunan. Suka berlibur, melancong dan belanja ke luar negeri, padahal rakyat masih banyak yang hidup prihatin, miskin. Kenyataan ini membuat rakyat enggan menyumbang. Melihat kemewahan para pejabat, bahkan bayar pajak pun kadang orang enggan, kecuali karena terpaksa. Kalau bicara kesederhanan, pejabat harus memberi keteladanan lebih dahulu.

Iklan
Space Iklan
Iklan
Ucapan