Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Space Iklan
Space Iklan
Space Iklan
HEADLINE

PANEN

×

PANEN

Sebarkan artikel ini
Ahmad Barjie B
AHMAD BARJIE B

oleh: Ahmad Barjie B

Bila petani turun ke sawah
Menanam padi tak kenal lelah
Hati mengharap tak kunjung sudah
Hasilkan padi melimpah ruah

Padi menguning terbentang luas
Bagaikan hamparan permadani
Petani gembira merasa puas
Demikian rezeki Tuhan memberi

Itulah sebagian bait lagu qasidah yang pernah popular puluhan tahun silam. Kini lagu tersebut tersebut sudah amat jarang terdengar. Mungkin karena termakan arus zaman. Mungkin pula karena di banyak daerah terjadi gagal panen akibat kemarau panjang, banjir atau musim yang tidak menentu, atau serangan hama tikus yang semakin merajalela. Mungkin juga semakin sedikit orang yang jadi petani. Indonesia yang pada 1985 berhasil menjadi negara yang berswasembada beras, kini terbalik menjadi negara pengimpor beras terbesar di dunia.

Iklan

Tetapi alhamdulillah, beberapa sentra produksi padi di Kalsel, tahun ini sudah ada yang bisa panen, seperti di Kecamatan Gambut, Aluh-Aluh, Anjir, Tamban, Kurau dan lainnya. Selain mereka bakal menikmati “baras hanyar”, ada kemungkinan harga beras akan bisa stabil. Sebab kini harga beras masih cenderung naik. Beras kualitas rendah pun, tidak lagi murah meriah, tapi sudah terbilang mahal dan sulit terjangkau. Sedangkan beras unus, siam, karang dukuh dan sejenisnya, hanya kalangan “tertentu” yang dapat mengkonsumsinya.

Beras, menurut peribahasa orang kampung, sering diistilahkan dengan “gagala iman”. Gagala artinya bahan untuk menguatkan parang, pisau dan sejenisnya pada hulunya. Kalau tanpa gagala, atau gagalanya kurang, maka akan longgar, goyang. Jadi kalau hidup tanpa beras, maka iman akan longgar atau bahkan lepas. Ini sesuai bunyi hadits Nabi: “Hampir saja kemiskinan itu menyebabkan kekafiran (HR. Al-Baihaqi).

Beras sekarang, bukan lagi barang murah, tapi sudah menjadi barang mahal. Uang setengah juta tidak sampai dibelikan dua blik beras. Makin miskin orang, makin sulit untuk membeli beras. Perut lapar karena ketiadaan beras, dengan sendirinya melonggarkan iman.

Baca Juga :  Legislator, antara Fasilitas dan Kinerja

Istilah kafir pada hadits di atas, tentu tidak selalu berarti pindah agama. Tetapi kasus pindah agama (murtad) pun bisa saja terjadi karena kemiskinan. Tetapi biasanya mereka akan kembali ke jalan yang benar jika urusan makannya sudah beres.

Arti ketiadaan beras melonggarkan iman, maksudnya kita tidak lagi bisa beribadah dengan baik dan khusyu. Bahkan pikiran pun tidak menentu. Untuk mencari uang juga sulit, tidak jarang orang menghalalkan segala cara, mencuri, merampok, menjambret, menjual diri, menipu dan sebagainya. Dalam kondisi begini, walaupun tidak sampai mengubah agama, yang jelas agamanya sudah longgar.

Kita berdoa, agar Allah selalu merahmati. Menjadikan semua petani sukses panennya, sehingga yang bukan petani pun merasakan manfaatnya. Lahan-lahan sawah hendaknya tetap terjaga, tidak beralih fungsi. Dan mengingat pentingnya beras, diharapkan para pedagang dan spekulan tidak menahan dan menimbunnya, sebab perbuatan itu amat tercela dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya.

Iklan
Space Iklan
Iklan
Ucapan