Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

REVOLUSI DAN REFORMASI

×

REVOLUSI DAN REFORMASI

Sebarkan artikel ini

Oleh : AHMAD BARJIE B

Pada 14 Juli 1789 Revolus Perancis pecah, yang ditandai dengan penyerbuan penjara Bastile, lambang kekuasaan raja-raja Dinasti Bourbon selama barabad-abad. Raja Louis XVII dan permaisurinya Maria Antoinette beserta keluarga besar kerajaan yang waktu itu sangat dibenci rakyat, dieksekusi dengan alat pemenggal kepala yang terkenal, guillotine (goytin).

Baca Koran

Tapi ternyata revolusi ini bergerak liar. Tak hanya musuh revolusi yang dihabisi, tapi juga sesama teman pencetusnya. Ketika Robespiere berkuasa, ia juga meng-guillotine teman seperjuangannya, seperti Danton dan Marat, sampai kemudian Robespiere sendiri juga mendapat giliran dipenggal kepalanya.

Napoleon Bonaparte yang kemudian meneruskan panji revolusi ternyata haus kekuasaan. Jendera kecil bergelar Le Petit Corporal (Si Kopral Kecil) ini sangat suka perang. Banyak negara tetangga yang dicaploknya, sehingga pecah Perang Koalisi di mana sejumlah negara Eropa bergabung melawannya. Akhirnya Napoleon kalah, dibuang ke Pulau Elba, kemudian ke Pulau St. Helena, sampai mangkat di sana (1821). Revolusi dengan semboyan “Liberte, Egalite dan Frathernite” ini diangagp telah menemui kegagalan.

Oktober 1917, Revolusi Bolsjevik juga pecah di Rusia, di bawah pimpinan Lenin, dkk. Tsar Nicolas II beserta keluarga yang merupakan kaisar terakhir dari Dinasti Romanov, juga dihabisi beserta golongan kontra revolusi yang lain. Tapi tidak itu saja, Lenin, yang kemudian digantikan Stalin juga melakukan pembersihan besar-besaran. Ratusan ribu orang tewas terbunuh karena pembantaian dan disiksa di kamp-kamp kerja paksa.

Sesudah 72 tahun kemudian, 1989, Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev mencetuskan kebijakan perestroika (pembaruan) dan glasnost (keterbukaan). Semula gagasan ini hanya dalam rangka reformasi guna lebih membuka dan memajukan Uni Soviet. Tapi agaknya kebijakan ini tidak terkendali, sehingga boleh dikata terjadi revolusi yang mengubah Uni Soviet yang semula gendut dengan sejumlah republik, kini mengecil menjadi Republik Federasi Rusia. Walau kini Rusia masih memegang hak veto, namun ia tak lagi menjadi superpower yang ditakuti seperti ketika dipimpin Leonid Breznev.

Baca Juga :  BULAN TURUNNYA AL-QUR'AN

Februari 1979, Revolusi Islam Iran juga pecah, dikomandoi pemimpin spiritual Iran Ayatullah Ruhollah Khomeiny yang baru pulang dari pengasingannya di Perancis. Revolusi ini bukan saja sukses mendepak Shah Mohammad Reza Pahlevi yang kemudian meninggal di Mesir dan keluarganya mengungsi ke Amerika Serikat, tapi juga banyak mengorbankan penggerak revolusi itu sendiri. Mantan Presiden Iran di awal revolusi, Abul Hasan Bani Sadr tersingkir ke Perancis, mantan Menu Sadeq Gotzbzadeh dihukum mati, mantan Perdana Menteri Mohammad Ali Rajai tewas terkena bom, dan sejumlah korban lain, baik lawan maupun teman revolusi.

Di tahun yang sama Uni Soviet menduduki invasi Afghanistan. Sebelum dan sesudahnya negeri ini mencatat kudeta silih berganti. Nur Mohammad Taraki dikudeta oleh antek Soviet Babrak Kamal, kemudian Hafizullah Amin terbunuh, sampai akhirnya Najibullah naik ke pucuk pimpinan. Tapi ia pun akhirnya kalah dan dihabisi oleh kelompok Taliban. Sukses menyingkirkan Soviet dan pengaruhnya, tak berarti negeri itu aman. Yang terjadi justru pertempuran antarfaksi yang tidak habis-habisnya. Korban jiwa dan harta benda sudah tidak ternilai lagi. Setelah sekian lama berperang saudara, kini Afghanistan mulai pulih.

Iklan
Iklan