BARITO KUALA, Kalimantanpost.com – Untuk meningkatkan kompetensi guru dalam melakukan asesmen diagnostik serta merancang pembelajaran yang lebih personal dan adaptif. Serta pemahaman hingga keterampilan guru dalam menggunakan berbagai instrumen asesmen yang memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi gaya belajar siswa dengan lebih akurat, sehingga pembelajaran menjadi lebih sesuai dengan kebutuhan dan preferensi individu siswa.
Para dosen pengajar Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Islam Kalimantan (Uniska) melakukan pengabdian masyarakat dengan menggelar Workshop In House Training Asesmen Diagnostik Gaya Belajar bagi guru di SMAN 1 Anjir Muara, Barito Kuala, salah satu Sekolah Penggerak yang telah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.
Dalam materi yang disampaikan Dosen Uniska Fahrial, S.Psi, M.Pd menyampaikan dalam pemahaman metode yang diberikan yakni Asesmen diagnostik dimana memainkan peran penting untuk membantu guru memahami karakteristik belajar siswa, termasuk kelemahan, kekuatan, minat, motivasi, serta gaya belajarnya.
“Dengan pemahaman tersebut, guru diharapkan dapat menyesuaikan metode pembelajaran yang lebih efektif dan responsif terhadap kebutuhan siswa sehingga dalam pembelajaran lebih efektif dan efisien,” katanya.
Selain itu dengan diagnotik tersebut memungkinkan guru dapat melakukan intervensi yang tepat, mendesain pembelajaran yang lebih inklusif, dan mendorong siswa untuk mencapai potensi maksimalnya.
“Ini akan membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan relevan bagi siswa, sehingga dapat mendorong pembelajaran sepanjang hayat,” ujarnya.
Sementara Dosen Uniska, Eka Handayani, M.Psi., Psikolog menjelaskan, saat ini pendidikan semakin dinamis, pemahaman terhadap cara belajar individu menjadi krusial bagi para pendidik.
Pembelajaran tidak hanya berfokus pada materi, tetapi juga memperhatikan karakteristik dan kebutuhan belajar siswa, dan ini pendekatan pendidikan modern, terutama dalam konteks Kurikulum Merdeka yang dilaksanakan di SMAN 1 Anjir Muara.
“Gaya belajar setiap siswa berbeda-beda, dan untuk memahami hal tersebut secara mendalam, guru memerlukan instrumen yang tepat, salah satunya adalah asesmen diagnostik,” ucapnya.
Dijelaskannya pula dalam pelatihan yang melibatkan sebanyak 22 guru terdiri dari guru penggerak dan non-guru penggerak. Diberikan diberikan pengantar teoritis mengenai konsep asesmen diagnostik, serta teknik-teknik dasar dalam asesmen diagnostik.
“Kami juga melakukan sharing untuk memperdalam pemahaman tentang penerapan asesmen diagnostik di kelas, di mana peserta didorong untuk berbagi pengalaman, berdiskusi mengenai tantangan, serta memecahkan masalah bersama terkait dengan variasi gaya belajar siswa,” ujar dosen low profile tersebut.
Dalam pelaksanaan pengabdian tersebut didukung serta pendanaan kegiatan oleh Uniska. Pihaknya juga mengapresiasi Kepala sekolah dan para guru SMAN 1 Anjir yang dengan antusias mengikuti kegiatan.
“Kami para guru pengajar di SMAN 1 Anjir ini merasa sangat terbantu dimana wawasan serta pengetahuan dalam proses belajar di sekolah,terimakasih kepada dosen pengajar Uniska yang telah mendidikasikan ilmu pengetahuan dalam proses belajar dan mengajar disekolah,” ungkap salah satu yang menjadi peserta. (fin/KPO-1)