Oleh : CAKRAWALA BINTANG
Diskusi dan dialog yang diadakan di Pasca Sarjana Unlam pada 17 Oktober 2024, mengenai buku yang dikarang Noorhalis Majid, kumpulan tulisan pendek sekitar 273 kata. Hasil dari tanggapan diskusi yang sering diadakan dirumah alam milik Majid, yang disebut Ambin Demokrasi mengenai perjalanan politik Kalsel pada 2023-2024. Dimana katanya, setidaknya Ambin Demokrasi memiliki tujuan memajukan adab dan demokrasi. Bukan sebatas melalui tulisan itu, namun juga melalui berbagai kegiatan diskusi, sosialisasi dan pendidikan politik yang dilakukannya secara rutin. Bahkan dengan menyelenggarakan pendidikan politik di setiap kabupaten dan kota di Kalsel.
Sebelum kabar kejatuhan ULM, karena masalah profesor yang salah jalan, maka diadakan diskusi dan dialog lewat Pasca Sarjana ULM itu, tentunya ada kebaikannya untuk melihat dan tinjau ulang tentang mutu pendidikan serta makna sarjana pada kehidupan rakyat dan masyarakat Banjar. Juga mengenai operasi tangkap tangan KPK pada enam orang tersangka, serta satu orang sebagai pejabat tertinggi di Kalsel yang masih dicari-cari. Ini tentu saja latar belakang, yang mana tiga ambruk terjadi di Kalsel. Ambruk Gubernur, ambruk Universitas, dan ambruk DPRD. Dalam hal ini karena DPRD adalah sebagai pengawas dan penasehat pada Gubernur. Dengan kejatuhan sistim pemerintahan Kalsel, maka tentunya DPRDnya telah terjadi kurang aktifnya pengawasan pada patner kerjanya.
Katanya penulis, pemilihan tema ini,mengambil satu tulisan yang menyitir ungkapan banjar yaitu ‘kantut samut’. Boleh jadi dinamika tulisan karena politik tahun ini memang laksana ‘kantut samut’. Terjadi bohong-bohongan, karena di sana-sini dibicarakan berbagai kebohongan yang dibuat dan diyakinkan sedemikian rupa, bahwa jujur dan tidak bohong, padahal semakin ditutupi, semakin nampak kebohongan terkuak. Akhirnya perhelatan politik melalui penyelenggaraan Pemilu yang memakan banyak biaya, seolah seperti kepalsuan atau kantut samut. Karena pemenangnya bisa diatur melalui proses yang juga kantut samut itu.
Pada pengantarnya, Andrinof A Chaniago, Menteri PPN/Kepala Bappenas 2014-2015, dosen Ekonomi Politik dan Kebijakan Publik Dept Ilmu Politik Universitas Indonesia. Dia mengatakan, di kalangan masyarakat sipil, intelektual, budayawan, akademisi independen, kerisauan terhadap menurunnya kualitas demokrasi dan buruknya hasil kebijakan yang keluar dari lembaga-lembaga politik dan pemerintahan makin terasa. Begitu juga dengan buku Noohalis Majid, ini artinya mewakili suasana kebatinan dari sebagian besar kalangan yang disebut di atas. Merupakan potret wajah politik dan demokrasi Indonesia. Dimana membuahkan kongklusi bahwa politik masih jauh dari substantif, dan demokrasi masih jauh dari kata ideal.
Menurutnya, antara kekecewaan dan harapan itu,meskipun demokrasi mengandung masalah, dan kita bisa menyebut hal tersebut sebagai “cacat bawaan”. Akan tetapi yang jadi soal tidak ada sistim yang lebih baik dari demokrasi. Itu merupakan adagium dari Winston Churchill. Dalam rezim demokrasi, sekurang-kurangnya kita masih memiliki kesempatan untuk memperjuangkan keadilan, memprotes praktik penyelewengan, mengembangkan berbagai diskursus dalam ruang publik dan sebagainya. Suatu hal yag akan sulit ditemui dalam rezim non-demokratis.