Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Space Iklan
Space Iklan
Space Iklan

Space Iklan
Kalsel

FKIP Uniska Gelar Workshop Mengatasi Stigma dan Masalah Kesehatan Mental Anak Laki-laki

×

FKIP Uniska Gelar Workshop Mengatasi Stigma dan Masalah Kesehatan Mental Anak Laki-laki

Sebarkan artikel ini
IMG 20241101 WA0007
Sabit Tohari saat memberikan materi
Space Iklan

BANJAR, Kalimantanpost.com – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhamad Arsyad Al-Banjari melakukan kegiatan pengabdian masyarakat dengan menggelar Workshop Program Pemberdayaan Psikologis Petugas Lembaga Pemasyarakatan Untuk Mengatasi Stigma dan Masalah Kesehatan Mental Anak Laki-Laki di LPA 1 A Martapura.

Dosen Pengajar Uniska, Sabit Tohari, M.Si mengatakan kegiatan workshop tersebut diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan terhadap pemahaman, sikap, dan keterampilan petugas dalam mendukung kesehatan mental anak binaan.

GBK

Dengan peningkatan kapasitas petugas, diharapkan proses rehabilitasi anak-anak dapat berjalan lebih efektif dan inklusif, yang pada akhirnya berkontribusi pada reintegrasi sosial yang sukses setelah mereka bebas. Implementasi program yang berkelanjutan, kerjasama dengan pihak eksternal, dan monitoring yang konsisten akan menjadi kunci keberhasilan program ini dalam jangka panjang.

Anggota Himpunan Psikolog Kalsel ini juga menjelaskan Stigma terhadap warga binaan khususnya anak laki-laki dapat menjadi hambatan serius dalam proses pemulihan mereka.

IMG 20241101 WA0008
Sejumlah petugas lapas di LPA 1 Martapura saat mengikuti workshop.

Stigma ini dapat menciptkan persepsi Masyarakat yang negative dan menghambat reintegrasi mereka ke dalam Masyarakat. Stigma seringkali menciptakan tembok yang sulit di Atasi bagi warga binaan, dan mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap mereka, dan hal ini menghambat proses pemulihan psikologisnya, dan hal ini sangat berpengaruh terhadap Kesehatan mental warga binaan.

“Stigma sosial, jika tidak diatasi dengan baik, dapat menjadi penghalang serius dalam proses rehabilitasi, yang pada akhirnya berdampak negatif pada upaya reintegrasi sosial anak-anak setelah mereka bebas,” katanya.

Petugas LPKA, sebagai pihak yang terlibat langsung dalam kehidupan sehari-hari anak binaan, memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang lebih suportif dan empatik.

“Dengan diberikannya pelatihan khusus mengenai intervensi psikologis dan teknik coping, diharapkan petugas dapat memberikan pendampingan yang lebih berkualitas. Workshop ini juga menekankan pentingnya kerjasama lintas lembaga, baik dengan keluarga, komunitas, maupun lembaga kesehatan mental eksternal, untuk memastikan proses rehabilitasi dan reintegrasi berjalan lebih efektif,” ungkapnya. (fin/KPO-1)

Baca Juga :  DPC Pepelingasih Balangan Gelar Aksi Muda Jaga Iklim di Paringin
Iklan
Iklan
Ucapan