Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Space Iklan
Space Iklan
Space Iklan

Space Iklan
Politika

Pilkada Aneh bin Ajaib di Banjarbaru jadi Sejarah Kelam Pesta Demokrasi Kalsel

×

Pilkada Aneh bin Ajaib di Banjarbaru jadi Sejarah Kelam Pesta Demokrasi Kalsel

Sebarkan artikel ini
IMG 20241119 WA0013
Noorhalis Majid. (Kalimantanpost.com/Repro pribadi)
Space Iklan

BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Aneh bin ajaib, kalimat ini lah yang lantas disodorkan oleh Forum Ambin Demokrasi melihat fenomena Pilkada Kota Banjarbaru yang semakin hari, semakin tak jelas ujungnya.

Bahkan tokoh dari Forum Ambin Demokrasi, Noorhalis Majid menyebut Pilkada Banjarbaru adalah pilkada yang memalukan, menurutnya, disitu bukan tentang Aditya yang menolak melawan diskualifikasi.

GBK

“Soal itu terlalu sederhana, karena kalau dia mau melawan, pasti banyak argumen yang dapat diajukan. Ini lebih dari itu,” tegasnya.

Lebih lanjut, Noorhalis mengungkapkan juga bukan tetang sikap Aditya yang diam membisu, membiarkan fotonya tetap digunakan menjadi surat suara, padahal tentu saja dapat mengajukan keberatan atau protes. Sebab menjadi hak baginya menolak foto dirinya ada pada surat suara pasca diskualifikasi.

“Ini tentang mewujudkan Pilkada yang jujur dan adil, yang dikenang sepanjang masa dan menjadi catatan sejarah perhelatan demokrasi di kota yang IPM-nya tertinggi se Kalimantan Selatan, bahkan rata-rata masyarakat berpendidikannya terbanyak dan merata,” papar Noorhalis.

Atas dasar hal tersebut lantas ia pun menyangkal, bagaimana mungkin bisa menjelaskan kepada anak cucu, pernah suatu waktu di Kalimantan Selatan, diselenggarakan Pilkada dengan calon tunggal dan tidak ada alternatif termasuk alternatif kotak kosong bagi semua warganya. Yang ada hanya memilih calon tunggal tersebut atau dianggap tidak sah.

“Bukan karena ketiadaan aturan. Bahkan aturannya sudah sangat jelas, memerintahkan dengan tegas agar mencetak surat suara ulang dengan mengakomodir kotak kosong,” kata Noorhalis.

“Alasannya sederhana, tidak mau mencetaknya dengan dalih sempitnya waktu. Padahal, dizaman yang teknologinya super canggih seperti ini, hanya perlu waktu satu malam mencetak surat surat yang dibutuhkan,” sambungnya.

Maka dari itu, Noorhalis pun mengutarakan kalau Pilkada tetap terselenggara dengan ketiadaan alternatif tentang hak warga untuk tidak memilih calon tunggal, maka inilah Pilkada paling aneh bin ajaib di dunia.

Baca Juga :  Debat Kedua Pilbub HSS, Ada Segmen Harapan Masyarakat

“Karena sudah begitu arogan bahkan kasar, menghapus hak semua warga dalam menentukan pilihannya,” paparnya.

Noorhalis pun bertanya-tanya, bagaimana menjelaskan secara logis atas dasar aturan hukum yang jujur, adil dan demokratis, bila tidak ada sedikit pun alternatif kecuali memilih calon tunggal atau suara dianggap tidak sah?

“Sekali lagi, ini bukan tentang Aditya, tapi tentang sejarah memalukan, yang akan diceritakan sepanjang zaman,” tutup Noorhalis. (Sfr/KPO-3)

Iklan
Iklan