oleh: ANDI NURDIN LAMUDIN
Bahwa di dalam buku yang berjudul “Permata Yang Indah” atau Ad-Durunnafis yang dikarang Syekh M Nafis Idris Al Banjarie tahun 1200 yang diterjemahkan KH Haderanie dalam pengajaran Tauhidul Asma ada disebutkan, “Anda pandang dengan mata kepala dan anda syuhud (pandang/tanggapi) dengan matahati. Bahwa segala nama apapun juga pada hakekatnya kembali kepada sumbernya/asalnya ialah nama Allah SWT”.
Maka kemudian yang menjadi alasannya adalah sebagai berikut, bahwa nama apapun juga yang ada di dalam alam ini tentu yang diberi nama, dalam arti hakiki sudah jelas bahwa, “Tidak ada yang maujud/di alam ini, kecuali Allah”. Oleh karena itu, yang diada-adakan pada intinya hanyalah khayalan (kosong) belaka atau waham (sangka-sangka) belaka. Jika dikembalikan pada Allah SWT. Maka, janganlah manusia atau “penguasa” itu terlalu merasa memiliki yang sangat menguasai hatinya. Karena jika diambil oleh Allah SWT atau ditakdirkan akan berpindah, maka rasa sakitnya atau karena sangat melekat dengan yang dicintai, maka akan sulit untuk diobati.
Hal itu jika seorang penguasa yang sudah pernah merasakan sebagai pemimpin dalam lima tahunan atau karena sudah mencapai apa yang dperbolehkan Undang-Undang. Sudah sepantasnya pula untuk berganti dengan orang lain, yang mungkin punya program untuk membangun Banua Banjar lebih baik di masa yang akan datang. Maka sudah sepantasnya jika Undang-Undang tidak dilanggar dengan cara melanggar Undang-Undang Korupsi, atau curi start yang pada hakekatnya memang tidak dibenarkan dalam Islam.
Oleh karena itu adalah jalan kesesatan, jika membangun ummat dengan cara yang tidak benar menurut agama Islam. Jika partai politik mencoba untuk mensiasati, namun melanggar apa yang dilarang oleh Islam, maka pasti akan merasakan akibatnya. Dengan demikian, kembalilah untuk mengingat diri sendiri. Jika mereka mengenal diri mereka sendiri, maka niscaya mereka akan mengenal Tuhannya. Juga sepatutnya jika para ulama, tidak berdiam diri di dalam melihat suatu kemungkaran.
Jika musibah terjadi pada para penguasa, itu mereka sudah mati, artinya mereka sudah mengalami proses matinya, walaupun hanya setengah mati. Karena yang namanya umur, rezeki dan perjodohan adalah urusan Allah SWT yang tidak diketahui oleh siapapun. Jika sebenarnya ada yang mengetahui hakekat kejadian itu, tentunya para penguasa lebih dahulu menghindarinya. Itu hanya terjadi jika para penguasa itu memang mempunyai penasehat para mereka yang sangat mengerti arti agama Islam. Dimana dengan demikian Ulama dan Umara, memang berjalan harmonis.
Bagi mereka yang terkena musibah, yang telah melanggar Undang-Undang, karena UU adalah hasil musyawarah rakyat banyak, maka mereka sudah menuju pintu neraka. Jika tidak dihindari akan arah itu, maka semakin melaju dan tidak ada yang bisa menolong bagi orang yang dzalim. Karena bagi mereka yang masih ada keinginan untuk mendukung, dari partai politik, teman dan rekan keluarga, atau karena merasa kuat karena dukungan negara super power. Maka itu memang keinginan anda semua untuk memilih jalan neraka. Maka hentikanlah, jika anda berusaha, kalau anda tidak berusaha, maka anda akan menyeret orang yang akan menyalahkan anda. Karena di depan hakim di dunia atau akhirat mereka menjadi saksi jika anda memaksa atau membujuknya.