JAKARTA, Kalimantanpost.com- Badan Strategi Kerja Sama Luar Negeri (BSKLN) dan Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Kemlu RI menyelenggarakan Forum of Experts and Practitioners – Insights on The African Region: Krisis Kemanusiaan dan Masa Depan Afrika (Kasus Sudan, Somalia Dan Mali), Selasa (17/12).
Pembicara dalam kegiatan tersebut meliputi Duta Besar LBBP RI untuk Sudan, Sunarko; KUAI KBRI Dakar, Aris Triyono; Diplomat KBRI Nairobi, Sabriana Jayaputri; Sekretaris Pusat Studi Afrika Unair, Probo Darono Yakti, M. Hub. Int.; Kepala Indo-Africa Centre UGM, Dr. Maharani Hapsari; Jurnalis dan Pengamat Timur Tengah, Mustafa Abd. Rahman; dan Wartawan Senior Kantor Berita Antara, Mohammad Anthoni.
Membuka kegiatan, Kepala BSKLN, Dr Yayan GH Mulyana menekankan, “Krisis kemanusiaan di Afrika belum mendapatkan perhatian luas. Padahal Global Risks Report 2024 menempatkan Afrika sebagai kawasan dengan tingkat state-based armed conflicts yang tinggi.”
Berkepanjangannya konflik di Palestina dan kondisi terkini di Suriah semakin meminggirkan krisis kemanusiaan Afrika dari kancah global.
Forum ini diharapkan dapat membantu mengarusutamakan isu Afrika seraya menggali potensi kontribusi Indonesia dalam upaya manajemen konflik di Kawasan tersebut.
Afrika memiliki beragam sumber daya mineral yang penting bagi dunia terutama terkait transisi menuju net-zero carbon seperti bauksit, kobal, grafit, lithium, mangan dan vanadium.
Afrika adalah kunci bagi global ekonomi terutama sebagai sumber energi, khususnya energi terbarukan serta keberlanjutan rantai pasok global. Namun demikian, dengan eksistensi krisis kemanusiaan yang berkelanjutan, ketahanan energi global termasuk Indonesia menjadi terancam. Diplomasi Indonesia berkepentingan untuk mendukung pengarusutamaan stabilitas politik dan keamanan di Afrika, sehingga berbagai negara dan pihak terkait dapat meningkatkan kerja sama mendorong proses perdamaian di Sudan, Somalia, Mali dan negara-negara lain di Afrika.
Peran dimaksud tidaklah mudah mengingat kompleksitas konflik di Afrika tersebut yang kaya aspek.
Sentimen antara militer, anjing militer dan sipil, ketegangan antara etnis, kompetisi antara klan dan sub klan, pengaruh pihak-pihak eksternal, isu neo-kolonialisme dan neo-liberalisme adalah sebagian kecil dari beragam permasalahan yang ada, sehingga tidak ada satu solusi tertentu yang dapat memecahkan krisis kemanusiaan di Kawasan itu. Diperlukan beragam pendekatan yang juga melibatkan beragam aktor.
Kontribusi Indonesia kepada Afrika melalui kerja sama pembangunan, partisipasi dalam peacebuilding dan community building dapat menjadi suatu bagian penting dalam strategi mendorong stabilitas politik dan kemanan di Afrika, guna mendukung upaya kerja sama ekonomi yang antara lain dikembangkan Indonesia melalui Indonesia-Africa Forum pada 2018 dan 2024.
Mengarusutamakan berita-berita tentang Afrika melalui media juga menjadi bagian tak terpisahkan dalam upaya ini.
Dengan mengetengahkan modalitas kerja sama Indonesia dan Afrika, bukan hanya fokus pada konflik maupun krisis, secara jangka panjang dapat mendorong keterlibatan lebih banyak aktor dalam upaya mendukung peningkatan stabilitas di Afrika serta kerja sama Indonesia dengan negara-negara tersebut dalam kerangka bilateral maupun multilateral. (rof/KPO-1)