Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan
Opini

SYUKUR

×

SYUKUR

Sebarkan artikel ini

Oleh : AHMAD BARJIE B

Ahmad Barjie B
AHMAD BARJIE B

Salah satu di antara tanda umat Nabi Muhammad yang sebenarnya adalah kemauan untuk selalu bersyukur. Dalam sebuah hadits Qudsi Allah SWT berfirman kepada Nabi Isa as, “Wahai Isa, pasti nanti akan Aku bangkitkan sesudah kamu satu umat, yang apabila mereka memperoleh sesuatu yang disenangi mereka memuji Allah dan bersyukur, dan bila ditimpa sesuatu yang tidak disenangi mereka tetap tekun dan bersabar”. (HQR Ahmad, Thabrani, Hakim dan Baihaqi dari Abi Darda ra).

Imam al-Ghazali mengatakan, hakikat syukur itu terbagi dan ditandai tiga hal, yaitu ilmu, keadaan dan perbuatan. Ilmunya ialah manusia menyadari bahwa kenikmatan yang ia peroleh bukan semata-mata hasil usaha dan jerih payahnya saja, melainkan berasal dari anugerah Allah swt Yang Maha Pemberi. Keadaannya ialah menyatakan kegembiraan dengan mengucapkan hamdalah. Sedangkan amalannya ialah menunjukkan rasa syukur dengan melakukan perbuatan-perbuatan terpuji sesuai dengan kehendak pemberi nikmat, yaitu Allah SWT.

Baca Koran

Pernyataan al-Ghazali ini tentu patut kita jadikan bahan koreksi, sebab banyak di antara kita yang diberi nikmat seolah merasa itu semua karena kepintaran dan kerja keras kita sendiri, sehingga mengundang murka Allah. Seperti halnya Qarun tidak mau bersyukur karena merasa kekayaannya karena kepintaran dan kelihaiannya bekerja. Kita juga sering tidak mau menampakkan rasa syukur, sehingga terus mengejar kekayaan dan jabatan tanpa pernah puas, sehingga baru berhenti setelah hidung kita terantuk tanah, masuk kubur alias mati. Padahal agama memperingatkan, sekiranya manusia diberi satu gunung emas, niscaya ia ingin menambah satu gunung emas lagi. Di antara kita juga sering salah kaprah dalam membuktikan rasa syukur. Anak-anak SLTA ngebut atau corat-coret baju ketika lulus sekolah, anak-anak muda pesta miras, narkoba dan gaul bebas ketika punya uang, dan orang dewasa pun banyak suka pesta atau berfoya-foya di hotel mewah ketika mendapatkan jabatan atau rezeki. Itu semua tentu bertentangan dengan hakikat syukur yang
benar.

Baca Juga :  Mitologi Sungai, Kearifan dan Pengetahuan Banjar yang Hilang

Sungguh banyak sekali nikmat Allah yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita semua, sehingga sekiranya air lautan kita gunakan sebagai tinta dan ranting pohon di bumi ini kita gunakan sebagai pulpen untuk menulis semua nikmat Allah, kita pasti tidak akan sanggup menghitungnya. Dalam tulisan ini, kita mencoba membahas sebagian kecil saja dari nikmat Allah yang wajib kita syukuri. Pertama, nikmat iman dan Islam, ini adalah nikmat yang paling asasi dan sangat berharga. Dengan nikmat ini kita menjadi makhluk yang bertuhan (homo-divinans) dan makhluk yang beragama (homo-religius) secara benar, karena hanya Islam-lah agama terakhir yang diridhai Allah. Semoga nikmat ini mampu kita pelihara selama hidup sampai mati, sebagaimana pesan Allah dalam surah Ali Imran ayat 102: (Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam).

Sebagai bukti syukur kita, kita harus berupaya menjalankan ajaran Islam secara baik dan benar, dan berupaya mengajarkan dan mendakwahkannya kepada keluarga, masyarakat dan umat pada umumnya. Orangtua mengajarkan Islam kepada keluarganya, guru kepada muridnya, ulama kepada umatnya dan umara juga berusaha merealisasikan aturan-aturan dan nilai-nilai Islam dalam menjalankan pemerintahan. Umara tidak mesti menjadi ulama, namun umara akan sangat besar kontribusinya terhadap agama apabila ia mampu menjalankan pemerintahan dengan jujur, adil, jauh dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme, dengan mengedepankan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi dan golongan.

Kedua, nikmat kemerdekaan. Kita sekarang adalah bangsa merdeka. Namun kemerdekaan yang kita peroleh bukan hadiah penjajah, melainkan hasil jerih payah perjuangan para pahlawan pejuang pendahulu kita. Mereka telah mengorbankan jiwa raga dan harta benda untuk anak cucunya, yaitu generasi kita sekarang dan seterusnya. Baik di tingkat nasional maupun di daerah, ribuan bahkan ratusan ribu pejuang berguguran sebagai syuhada ketika melawan penjajah untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Sebagai wujud rasa syukur kita terhadap kemerdekaan, tidak sekadar memperingati hari proklamasi, hari pahlawan dsb, Tetapi kita harus menghargai para pahlawan, pejuang dan veteran. Alangkah baiknya jika pemerintah pusat dan daerah serta kita semua memberikan penghargaan yang tinggi berupa jaminan kesejahteraan kepada mereka yang masih hidup. Saat ini tinggal sedikit sekali veteran pejuang yang masih hidup, namun banyak yang kesejahteraan sosial ekonominya terabaikan, padahal tanpa mereka boleh jadi kita masih menjadi bangsa te
rjajah. Kalau kita ingin menjadi bangsa yang besar, kita tidak boleh melupakan jasa pahlawan. Sungguh besar dosa kita sekiranya melupakan jasa mereka, sama halnya anak durhaka yang melupakan jerih payah orangtuanya.

Baca Juga :  BERPIKIR DAN BERJIWA BESAR

Ketiga, nikmat kesehatan, nikmat ini sangat tinggi nilainya, Namun sering kita abaikan. Rasulullah saw memperingatkan: (Ada dua nikmat yang sering diabaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu kesehatan dan kelapangan). Nikmat kesehatan jasmani dan rohani yang kita miliki merupakan modal dasar kita untuk bekerja dan beribadah, karena itu hendaknya kita gunakan kesehatan sesuai petunjuk Allah. Hendaknya setiap tarikan nafas dan detak jantung kita gunakan untuk selalu ingat dan mengabdi kepada Allah, sehingga hati kita, ucapan dan perbuatan kiata selalu dalam kerangka zikir kepada Allah, dan dari sini kita terhindar dari berbagai penyimpangan dan pelanggaran. Nafas dan jantung juga hakikatnya nikmat luar biasa dari Allah, sebab kalau kita sudah bernafas dengan oksigen dan dibantu alat pacu jantung, alangkah sengsaranya kita sebab tinggal menunggu waktu kematian.

Iklan
Iklan