BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Sebanyak enam buah speed boat yang membawa 46 wisatawan minat khusus dari rombongan Coral Expedistion, yang menumpangi kapal pesiar Coral Geographer Australia merapat di Stasiun Riset Bekantan, yang dikelola Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) foundation di Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan (Kalsel), Selasa ( 7/1/2025 ).
Kedatangan wisatawan manca negara ini, disambut langsung oleh Dr Amalia Rezeki, founder dari Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak.
Dikatakan Amel, panggilan akrab Amalia, mereka sangat senang, kawasan riset dan konservasi bekantan (Nasalis larvatus) yang telah dibangunnya sejak tahun 2018 lalu, banyak dikunjungi oleh wisatawan minat khusus, yang peduli dengan lingkungan dan satwa liar.
Pada umumnya pengunjung sangat tertarik dan appreciate dengan story telling tentang perjuangan dari Amel bersama timnya, dalam upaya pelestarian bekantan dan memulihkan ekosistem lahan basah dikawasan Pulau Curiak, yang dilakukan dosen Biologi Universitas Lambung Mangkurat (ULM) ini dan timnya di SBI foundation.
Berbicara tentang bekantan, primata eksotis yang menjadi ikon kebanggaan Provinsi Kalimantan Selatan dan daya tarik luar biasa bagi para wisatawan yang berkunjung ke Stasiun Riset Bekantan – Pulau Curiak, memang tidak bisa dilepaskan dari sosok Dr. Amalia Rezeki. Nama yang mungkin masih asing bagi sebagian di banyak telinga anak bangsa, namun begitu cukup dikenal di konservasi monyet besar di dunia.
Seperti yang dikatakan peneliti senior orangutan Dr Gary L.Shapiro, President and Co-Founder Orangutan Republic Foundation berkebangsaan Amerika Serikat, dengan berbahasa Indonesia yang cukup fasih, mengatakan ; “Saya senang sekali bisa bertemu dengan orang-orang yang bekerja disini dengan semangat yang kuat. Saya harap banyak orang yang akan datang dan support yayasan ini, dan punya visi yang sama,” katanya.
Dr Gary L Shapiro adalah pakar terkemuka dalam konservasi orangutan dengan pengalaman lebih dari 50 tahun. Pekerjaan pionirnya di Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan, dari tahun 1978 hingga 1981, meliputi pengajaran bahasa isyarat kepada orangutan pasca direhabilitasi dihabitat aslinya.
Hal ini juga disampaikan oleh Oswald Huma, Executive Director at Signature Papua Tours and Travel, yang mendampingi wisatawan Kapal Pesiar Coral Geographer
“Saya terkesan dengan pengelolaan kawasan Pulau Curiak. Story telling tentang histori kawasan dari upaya kawan kawan NGO Sahabat Bekantan Indonesia dalam menyelamatkan bekantan dan pemulihan ekosistemnya dilakukan dengan baik,” ujarnya.
Hal ini, lanjut Oswald, menjadi salah satu daya tarik bagi para wisatawan minat khusus yang berkunjung, saya sebagai orang tours and travel sangat berminat menjadikan kawasan ini sebagai destinasi wisata minat khusus secara berkelanjutan.
Sementara itu Anne, guest lecture dari coral expedition, mengatakan sangat terkesan atas kunjungannya kali ini di Stasiun Riset Bekantan, Pulau Curiak dan ia sangat takjub sebuah kawasan yang dipulihkan ekosistemnya dalam waktu yang relatif singkat oleh Dr Amalia Rezeki dan timnya.
“I think this place is wonderful, it’s really inspirational what has been done in a really short time,” ucapnya.
Atas dedikasinya ini, Dr Amalia Rezeki dan timnya mendapat penghargaan tertinggi dibidang lingkungan hidup “Kalpataru Award 2022 “, sebagai Penyelamat Lingkungan oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan RI, pada waktu itu.
Secara Internasional ia juga pernah menerima penghargaan “ ASEAN Youth Eco-champions Award (AYECA) 2019 “, yang dilaksanakan di negara Kamboja.
Wisatwan yang berkunjung ke Pulau Curiak, diajak oleh Dr. Amalia Rezeki berjalan di trek titian ulin mengelilingi kawasan restorasi mangrove rambai (Sonneratia caseolaris, sambil mengamati prilaku bekantan, serta satwa liar khas lahan basah lainnya. Kemudian berkunjung ke green house pembibitan pohon mangrove, sekaligus diajak berpartisipasi menanam pohon mangrove.
Sedangkan kapal pesiar Coral Geographer sendiri, adalah merupakan sebuah kapal ekspedisi yang dilaunching pada Maret 2021 silam. Seperti yang dilansir dari laman resmi mereka, kapal pesiar ini berukuran mini untuk sebuah kapal pesiar.
Kapal ini memiliki misi khusus menembus pantai, hutan belantara, yang biasanya tidak bisa ditembus oleh kapal pesiar biasa.
Kapal ini memiliki kapasitas 120 penumpang dengan panjang 93,7 meter, lebar 17,2 meter, kapal pesiar asal Australia itu memiliki berat 5.599 gross tonase, dan dibangun untuk kebutuhan perjalanan penumpang dengan ekspedisi khusus. (ant/KPO-3)