BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Tingkat inflasi di Kalimantan Selatan (Kalsel) pada bulan Desember 2024 masih terkendali dan tercatat mengalami inflasi sebesar 1,95 persen (yoy), lebih tinggi dari Nasional (1,57 persen).
“Dari lima daerah di Kalsel yang menjadi sampel pengukuran, tingkat inflasi tertinggi pada Kabupaten Tanah Laut sebesar 2,90 persen (yoy), sedangkan yang terendah pada Kotabaru sebesar 0,26 persen (yoy),” kata Kakanwil DJPb Kalsel Syafriadi di acara Publikasi Alco Regional Kalsel yang berlangsung di Aula Bandarmasih Kanwil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kalimantan Bagian Selatan, Selasa (21/1/2025).
Acara publikasi Alco tersebut dihadiri Kepala Kantor Wilayah DJBC Kalselteng Dwijo Muryono, Kepala Kanwil DJKN Kalsel, Kusumawardhani, Kepala Kanwil DJP Kalselteng Syamsinar, perwakilan dari Pemprov Kalsel, Bank Indonesia dan lain-lain.
Ditambahkan Syafriadi,
penyumbang inflasi di Kalsel antara lain emas perhiasan, ikan gabus, tarif parkir, dan minyak goreng.
Kakanwil DJPb Kalsel ini menambahkan, di bulan Desember 2024, neraca perdagangan di Kalsel masih surplus sebesar US$1.055,27 juta. Kondisi ini mengalami penurunan -15,56 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
“Sepanjang tahun 2024 ini, tren surplus neraca perdagangan terus berlanjut, tetapi masih lebih rendah dibandingkan tahun 2023,” ucapnya.
Penyebab penurunan tersebut, lanjut dia, karena berkurangnya permintaan dari luar negeri atas komoditas ekspor utama Kalsel yaitu Batubara dan produk Kelapa Sawit. Selain itu kalau dari sisi impor, akibat adanya peningkatan importasi bahan bakar kendaraan bermotor dan kapal kargo
Dikesempatan itu, Syafriadi juga mengungkapkan kinerja APBN dari sisi pendapatan sampai dengan Desember 2024 telah terealisasi sebesar Rp24,40 triliun atau 104,68 persen dari target. Jika dibandingkan pada periode yang sama tahun 2023, kinerja pendapatan APBN sedikit mengalami pertumbuhan sebesar 1,06 persen yang dikontribusikan dari penerimaan pajak dan bea cukai.
“Dari penerimaan perpajakan mencapai Rp21,43 triliun atau sebesar 100,64 persen dari target. Penerimaan Kepabeanan dan Cukai mencapai Rp0,59 triliun atau sebesar 105,09 persen dari target. Sedangkan untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mencapai Rp2,38 triliun atau sebesar 124,44 persen dari target,” ungkapnya.
Untuk kinerja PNBP ini jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, mengalami kontraksi sebesar -11,87 persen.
Penjelasan lebih rinci untuk realisasi penerimaan pajak yaitu untuk penerimaan PPh Non Migas sebesar Rp10,35 triliun atau mencapai 94,72 persen, yang mengalami penurunan sebesar 10,52 persen.
Lalu, realisasi penerimaan dari PPN & PPnBM sebesar Rp8,39 triliun atau 100,17 persen, kinerjanya mengalami peningkatan sebesar 28,14 persen.
“Realisasi penerimaan dari PBB Rp2.59 triliun atau mencapai 136,69 persen, yang mengalami penurunan sebesar 6,76 persen. Penerimaan dari Pajak Lainnya sebesar Rp94,67 Miliar atau mencapai 105,88 persen, yang mengalami penurunan juga sebesar 2,99 persen,” tandasnya.
Untuk penerimaan dari Kepabeanan dan Cukai, lanjut Syafriadia, sampai dengan Desember 2024, penerimaan Kepabeanan dan Cukai direalisasikan sebesar Rp592,71 miliar dan Penerimaan Lainnya yang dipungut oleh DJBC sebesar Rp7.457,30 miliar
Selanjutnya, Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI) terealisasi Rp4.225,20 miliar terdiri dari PPh Impor Rp648,1 M dan PPN Rp3.557,1 M.
Sedangkan untuk realisasi PNBP dikontribusikan oleh Pendapatan BLU tumbuh 5,83 persen yoy berasal dari Penerimaan Kembali Belanja TAYL dan Pendapatan dari Pemanfaatan BMN. PNBP yang dikelola oleh Kanwil DJKN antara lain PNBP Aset, Piutang Negara, dan Lelang dengan total kontribusi terhadap pendapatan negara sebesar Rp29,07 M.
Dari sisi belanja negara, realisasinya sebesar Rp41,24 triliun atau 98,83 persen dari pagu Rp 41,73 triliun. Capaian ini meningkat 2,16 persen dibandingkan tahun lalu. Realisasi Belanja untuk Bulan Desember ini terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat (BPP) sebesar Rp9,70 triliun dan Transfer ke Daerah (TKD) sebesar Rp31,54 triliun.
“Kinerja belanja APBN bulan Januari sampai Desember 2024 secara keseluruhan lebih tinggi dari tahun 2023. Realisasi di bulan Desember tahun 2024 merupakan yang terendah dibanding 2 tahun lalu yang menunjukan peningkatan kualitas pola realisasi,” ungkapnya. (ful/KPO-3)