BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Sebagai bentuk kepeduliaan terhadap lingkungan di Kalimantan Selatan, khususnya Kota Banjarmasin dan dalam rangka memperingati Milad ke-25, Kalimantan Post menggelar diskusi interaktif bersama sejumlah instansi terkait dan para aktivis dari berbagai kampus di Kalsel.
Diskusi interaktif yang bertajuk ‘Ancaman Banjir dan Kebakaran Menghadang Pembangunan di Banua’ itu turut dihadiri perwakil Polda Kalsel, perwakilan Korem 101/Antasari, PUPR Kalsel, BPBD Kalsel dan Kota Banjarmasin, BEM ULM, BEM STIHSA, Walhi Kalsel, Ketua PWI Kalsel dan lain-lain di Hotel Summer Banjarmasin, Rabu (15/1/2025).
Dalam diskusi tersebut beragam pandangan dikemukakan, salah satunya, Kepala Pelaksana BPBD Kota Banjarmasin, Husni Thamrin yang menyebut fokus kedepan oleh BPBD adalah mitigasi dan program preventif atau pencegahan terhadap bencana yang mengancam.
“Bagaimana kita mencegah terlebih dahulu, karena ancaman Banjir ini memang menjadi fokus kita bersama, kita beri edukasi agar para masyarakat juga ikut terlibat, melalui media-media juga kita sebar informasi bahhwa pentingnya menjaga lingkungan agar tidak ada lagi banjir,” katanya.
Sementara soal kebakaran, Manager Unit Layanan Pelanggan (ULP) Lambung Mangkurat Banjarmasin, Adriansyah Ekosaputro menegaskan jika pihak PLN dalam rangka preventif, upaya pencegahan selalu berulang kali melakukan sosialisasi terhadap warga agar memperhatikan instalasi listrik.
Adri menjelaskan sebelum memasang instalasi listrik dirumah, para warga mesti harus menghitung terlebih dahulu, berapa daya dan tegangan yang diperlukan, hal lain yang penting diperhatikan adalah berapa luas penampang kabel agar tidak terjadi overload.
“Karena kabel ini ketika dialiri arus terus akan menimbulkan panas, semakin kecil penampang ini maka sangat beresiko terhadap bahaya kebakaran,” ungkapnya.
Sepakat dengan pihak PLN, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kota Banjarmasin, Hendro mengutarakan jika penyebab kebakaran yang sering ditemui oleh petugas damkar adalah arus pendek atau konsleting listrik.
Dalam beberapa kasus ia juga menemukan arus pendek akibat pergantian daya yang tidak sesuai dengan standar operasional prosedur,”Yang sering kita temui ini listrik diubah dari 900 jadi 1200, tapi instalasi tidak diubah, bahkan secara ilegal mengganti mcb agar tidak mati,” beber Hendro.
Oleh karena itu, ia pun berpesan agar masyarakat senantiasa sama-sama meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman banjir maupun kebakaran, “Kami selalu mengedukasi melalui masyarakat, hingga merambah ke sekolah-sekolah, Relawan juga kita beri edukasi pelatihan bagaimana soal penanganan musibah kebakaran yang semestinya,” tutupnya. (sfr/KPO-03)