Wali Kota Banjarmasin era 1984 – 1989, M Effendy Ritonga menceritakan pada masa kepemimpinannya, setiap rumah dengan rapi mengumpulkan sampah dan membuatnya ke kantong plastik, untuk selanjutnya sampah itu ditaruh di simpang gang
BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Sampah rumah tangga dibungkus kantong plastik dengan rapi, kemudian diletakkan di simpang gang untuk selanjutnya menunggu jemputan mobil sampah, begini lah alur pengelolaan sampah dua dekade sebelum keberadaan TPA Basirih.
Memang saat itu di tahun 1980an volume sampah di kota Banjarmasin tidak sebanyak saat ini, Namun satu hal yang perlu di garis bawahi dan memiliki kesamaan yakni jika dulu memang tidak ada TPA di Banjarmasin, saat ini ada tetapi tidak dapat difungsikan.
Wali Kota Banjarmasin era 1984 – 1989, M Effendy Ritonga menceritakan pada masa kepemimpinannya, setiap rumah dengan rapi mengumpulkan sampah dan membuatnya ke kantong plastik, untuk selanjutnya sampah itu ditaruh di simpang gang.
“Nah setelah di simpang gang atau jalan kampung dengan jalan Raya kemuduan Truk Dinas Kebersihan Kota mengangkut ke TPA di Banjarbaru,” kata Effendy Ritonga saat dihubungi awak media ini.
Saat ini, nasib TPA Basirih pun masih diambang maut, belum ada kejelasan soal penyegelan itu akan berlangsung lama atau hanya sementara, sebagian pihak berharap bersifat sementara sembari pengelola bisa memperbaiki tata kelolanya.
Sementara, disisi lain, Wali Kota terpilih periode 2025 – 2030, HM Yamin HR tak menampik saat ditanya soal PR besar untuknya nanti pasca pelantikan, ia pun meminta do’a agar bisa menyelesaikan persoalan penanganan sampah dengan sebaik-baiknya.
Adapun pantauan awak media ini pada hari ke 6 pasca ditutupnya TPA Basirih, tumpukan sampah terus meluber di sejumlah TPS, salah satunya TPS di Cemara Raya, sampah hampir memakan separo Jalan Raya.
Persoalan sampah di Kota Banjarmasin saat ini memang pelik, sejumlah pengamat dan aktivis lingkungan pun sebelumnya turut berkomentar, namun bisa disimpulkan dari tiga pengamat dan aktivis lingkungan yang berkomentar memiliki kesamaan pandangan yakni memilah sampah dari rumah adalah solusi ideal.
Sebut saja Mukhyar, Mantan Kepala Dinas Kebersihan 2013-2021 ini berpendapat langkah paling ideal dilakukan adalah memilah sampah dari rumah, namun ujarnya ini memerlukan waktu yang lama, karena tidak mudah menumbuhkan kesadaran orang banyak untuk sama-sama satu tujuan yaitu mengurangi sampah dari sumbernya.
Pengamat lainnya, Hamdi juga demikian, menurutnya hal yang paling penting itu adalah mengurangi sampah dari sumbernya, memilah dari rumah, agar sampah yang terbuang itu benar-benar residu atau tidak dapat didaur ulang lagi.
Fathurrahman Direktur Bank Sampah Induk turut berkomentar demikian, menurutnya apabila warga berhasil menerapkan pengurangan sampah dari sumbernya, maka secara tidak langsung membuat kota Banjarmasin berhasil menekan volume sampah yang saat ini berkisar 400-500 ton perhari. (Sfr/K-3)