BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Media sosial kembali diramaikan dengan tren baru yang tengah viral, yaitu “Kabur Aja Dulu” atau #KaburAjaDulu. Ungkapan ini semakin populer dan menjadi bentuk ekspresi yang digaungkan oleh masyarakat, khususnya anak muda.
Menurut pengamat sosial dan pendidikan, Dr. Didi Susanto, fenomena “Kabur Aja Dulu” mencerminkan kegelisahan masyarakat terhadap kondisi ekonomi dan sosial di Indonesia. Banyak yang merasa kebijakan pemerintah serta situasi saat ini kurang menguntungkan, sehingga mereka mempertimbangkan pilihan untuk mencari peluang di luar negeri, baik untuk bekerja maupun melanjutkan pendidikan.
“Tren ini bisa diartikan sebagai bentuk kehilangan kepercayaan anak muda terhadap masa depan di Tanah Air. Mereka memilih untuk mencari kesempatan di tempat lain dengan harapan kehidupan yang lebih baik,” ujar Dr. Didi, yang juga merupakan dosen di Universitas Islam Kalimantan (Uniska).
Fenomena ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Dalam budaya Indonesia, konsep merantau sudah lama dikenal sebagai cara untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Namun, yang membedakan tren “Kabur Aja Dulu” adalah dorongan besar dari faktor ekonomi, sosial, serta daya tarik kehidupan luar negeri yang dianggap lebih menjanjikan.
“Sebenarnya tidak ada yang salah dengan keinginan untuk keluar negeri, selama individu memiliki keterampilan dan kesiapan. Jika mereka ingin kuliah, bekerja, atau mencari pengalaman baru, seharusnya mereka sudah memiliki bekal yang cukup,” jelas Dr. Didi.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa fenomena ini bisa menjadi tantangan bagi pemerintah. Jika semakin banyak generasi muda yang memilih meninggalkan Indonesia tanpa persiapan yang matang, bukan tidak mungkin hal ini justru menjadi beban bagi negara asal maupun negara tujuan.
“Jangan sampai tren ini justru memunculkan dampak negatif, seperti tenaga kerja yang tidak terampil, pekerja ilegal, atau masalah sosial lainnya. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk memastikan generasi muda memiliki keterampilan yang mumpuni agar mereka dapat bersaing secara global dan tidak hanya sekadar ‘kabur’ tanpa arah,” pungkasnya.
Fenomena “Kabur Aja Dulu” kini menjadi perbincangan hangat di berbagai kalangan. Apakah ini benar-benar solusi bagi generasi muda, atau justru sinyal bahwa ada masalah yang harus segera diselesaikan di dalam negeri? (Fin/KPO-1)