Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan
Opini

HAKIKAT DUNIA

×

HAKIKAT DUNIA

Sebarkan artikel ini
Ahmad Barjie B
Ahmad Barjie B

Oleh : AHMAD BARJIE B

Di dalam Al Quran, Allah SWT berfirman, “Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang menjadikan tanam tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. Pada ayat lainnya diterangkan, “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”.

Baca Koran

Dalam beberapa hadits juga terdapat anjuran untuk hidup zuhud dan menganggap dunia sebagai suatu yang hina. Di antaranya, dari Abu Hurairah ra katanya Rasulullah SAW bersabda, “Dunia ini penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir”. (HR. Muslim). Maksud hadis ini, dunia tidak perlu dinikmati secara bebas, melainkan ada aturan-aturan halal dan haram yang mesti ditaati, sehingga dalam menikmati dunia tidak sebebas orang kafir.

Rasulullah menganalogikan kenikmatan dunia ini hanya seperti bangkai kambing. Hadits tersebut terjemahan lengkapnya sebagai berikut: Dari Jabir bin Abdullah ra, “Pada suatu hari Rasulullah saw lewat di pasar. Orang banyak mengikuti di kiri dan kanan beliau. Beliau kemudian bertemu dengan bangkai seekor anak kambing yang kedua telinganya kecil (cacat). Lalu dihampiri dan diambilnya anak kambing itu pada telinganya, sambil beliau berkata: “Siapakah di antara kamu yang suka membeli ini dengan satu dirham?” Jawab mereka: “Kami tidak menyukainya sedikit juapun. Untuk apa bagi kami”. Tanya beliau lagi: “Sukakah kamu diberi dengan cuma-cuma?” Jawab mereka: “Sekalipun dia hidup kami tidak akan suka, karena kambing ini cacat, apalagi dia sudah menjadi bangkai”. Sabda Rasulullah: “Demi Allah, sesungguhnya dunia ini lebih hina di sisi Allah daripada anggapanmu terhadap bangkai anak kabing ini” (HR. Muslim).

Baca Juga :  ARTI WAKTU

Memang Rasulullah tidak meletakkan kemewahan dunia di hati beliau, sehingga dalam soal makanan, minuman, pakaian, beliau selalu bersahaja. Diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud bahwa Rasulullah dulu hanya tidur di atas tikar yang kasar. Ketika beliau bangun, bekas tikar tersebut selalu membekas di punggung beliau. Para sahabat lalu menawarkan untuk membuatkan witha (sejenis kasur) yang lebih empuk. Rasulullah menolak sambil menekankan, beliau tidak peduli dengan kenikmatan dunia. Beliau hanya seperti seorang pengembara yang bernaung sebentar di bawah pohon, sesudah itu pergi meninggalkannya.

Khalifah Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali tidak kurang pula zuhudnya. Di sini hanya dicontohkan sebagian saja. Seluruh harta Abu Bakar diinfakkannya untuk kepentingan Islam, sedangkan beliau sendiri bersama keluarga hidup serba sederhana bahkan serba kekurangan. Ketika sakit beliau tidak mau diobati oleh tabib, karena yakin Allah telah mentakdirkannya sakit dan akan wafat tidak lama lagi. Menjelang wafat, ia berwasiat agar harta bait al-mal yang menjadi haknya (gajinya) diserahkan kembali ke bait al-mal.

Hafshah binti Umar bin Khattab pernah berkata kepada ayahnya. “Wahai Amirul Mukminin, mengapa engkau tidak memakai pakaian yang lebih halus dan memakan makanan yang lebih enak, padahal Allah telah melapangkan rezeki dan kebaikan?”. Umar menjawab: “aku akan membuatmu memusuhi dirimu sendiri. Tidakkah engkau ingat bahwa Rasulullah selalu hidup dalam kesusahan”. Umar terus mengingatkan Hafshah sampai akhirnya ia menangis. Lalu Umar berkata kepadanya, “Demi Allah, sekiranya aku bisa, aku akan seperti mereka dalam kehidupan mereka yang susah. Semoga aku mendapatkan kehidupan mereka yang makmur di akhirat”. Diriwayatkan oleh Qatadah, suatu hari Umar bin Khattab terlambat shalat Jumat. Kemudian ia datang dan meminta maaf kepada kaum muslimin atas keterlambatannya. Dia berkata: “Sesungguhnya yang membuatku terlambat adalah karena mengeringkan pakaianku yang sedang dicuci, dan aku tidak punya pakaian yang lain lagi”.

Baca Juga :  Kampus Mengelola Tambang: Disorientasi Yang Berbahaya?

Utsman bin Affan dikenal sahabat terkaya di antara para sahabat Nabi. Banyak sekali hartanya yanag diinfakkan guna kepentingan perjuangan Islam. Anggapan banyak orang, beliau hidup mewah dan glamour dengan kekayaannya itu. Tetapi, yang sebenarnya terjadi, beliau memang suka menjamu sahabat dan kaum muslimin dengan makanan enak dan mewah, tetapi untuk dirinya sendiri hanya makan sekeping roti. Bukan karena pelit atau hemat, melainkan karena jiwa zuhud yang sudah tertanam kuat dalam diri beliau.

Kehidupan Ali bin Abi Thalib juga sangat bersahaja. Istri beliau, Fatimah, putri Rasulullah, pernah melepuh tangannya karena setiap hari menggiling gandum untuk keluarganya. Ali juga bekerja keras. Suatu hari usai sebuah peperangan, Ali memiliki tawanan. Fatimah berbicara kepadanya: “bagaimana kalau kita minta kepada Rasulullah agar tawanan itu menjadi pembantu kita”. Fatimah lalu pergi dan sesampainya di depan Rasulullah ia tidak kuasa menyampaikan maksudnya, lalu pulang. Giliran Ali ke rumah Rasulullah untuk maksud yang sama, juga tidak sanggup mengutarakan maksudnya. Mereka berdua kemudian menyampaikan bersama-sama. Rasulullah tidak menjawab, keduanya malu kalau Rasulullah marah. Malam harinya Rasulullah datang ke rumah anak-menantunya, yang dalam kondisi berpakaian sangat sederhana. Beliau menawarkan bacaan tertentu sebagai wirid, bukan menyetujui pengangkatan pembantu rumah tangga. Bagi beliau wirid itu lebih baik daripada seisi langit dan bumi. Kali lain diceritakan, Ali sering makan makanan yang kasar. Suatu hari di hari Lebaran, orang menyaksikan Ali duduk dan di sampingnya ada bungkusan yang diikat dengan sangat keras. Ketika dibuka ternyata Ali mengeluarkan roti yang sangat kering. Kalau tidak diikat Ali khawatir anak-anaknya akan menyiram roti itu dengan minyak samin. Roti dan minyak samin adalah makanan yang tergolong enak. Beliau dan keluaarganya berusaha menghindarinya.

Iklan
Iklan