Banjarmasin, Kalimantanpost.com – Jalur transportasi air di Kota Banjarmasin, beberapa hari ini tersumbat karena kemunculan pampangan atau tumpukan sampah yang memblok di Sungai Martapura, tepatnya dibawah Jembatan Pasar lama.
Warga setempat dan Pasukan Turbo serta sejumlah relawan pun turut berusaha mengurai pampangan tersebut, ironinya, mereka hingga bisa berdiri diatas tumpukan sampah di sungai itu.
Menurut warga setempat, pampangan terjadi sejak tiga hari yang lalu yakni Rabu, hingga saat ini tumpukan sampah semakin parah.
Menangapi hal ini, Pemerhati Lingkungan dan Pariwisata Kota Banjarmasin, Khuzaimi berkata fenomena pampangan merupakan kejadian langganan atau rutin, terjadi saat musim penghujan dengan intensitas tinggi.
Menurutnya, Pampangan dibawa mulai dari hulu sungai, yang mengalir hingga ke laut. Banjarmasin adalah salah satu daerah yang dilalui menuju muara Sungai Barito.
Khuzaimi menyebut, Pemerintah setempat hingga sekarang ini hanya bisa melakukan penguraian, biasanya menggunakan kapal sapu-sapu dan secara manual. “Namun harusnya penumpukan pampangan itu bisa dicegah dari awal, jangan menunggu menumpuk baru diatasi,” katanya.
Khuzaimi oun mencontohkan salah sstu cara seperti peningkatan pengawasan disaat musim penghujan ekstrem, dibuatkan bangunan jaring penangkap sampah/pampangan atau bahkan stasiun shelter alat berat yang bila terjadi sumbatan seperti saat ini bisa diatasi dengan segera.
Ia pun mengaku kuatir bila kondisi ini kurang maksimal pencegahanya maka akan menjadikan sedimen disepanjang sungai barito semakin meninggi. Bila sampai tahap itu maka diperlukan pengerukan pada sungai dan tentu memerlukan biaya yang lebih mahal.
“Penumpukan pampangan tidak akan terjadi jika dikontrol dari awal. Pemerintah harus ektra menjaga dimusim penghujan ini,” pesannya.
Dampak pampangan pun ujar Khuzaimi yang paling dirasakan saat ini adalah pelayaran sungai terganggu, bahkan distribusi barang lintas kab/kota yang memanfaatkan jalur sungai mengalami hal sama.
“Apalagi Kelotok wisata yang idealnya setiap Jumat sampai Minggu mengalami peningkatan penumpang wisata, harus rela kehilangan karena pampangan,” beber pria yang pernah menjabat sebagai Kabid Pariwisata Kota Banjarmasin itu.
“Transportasi dan pariwisata sangat berpengaruh besar bila masalah pampangan ini tidak segera diatasi atau ada pencegahan. Pelaku pariwista berbasis sungai terlebih pemilik kelotok wisata tidak bisa menjalankan kelotoknya. Ini kerugian besar bagi kemajuan pariwisata,” tambahnya.
Khuzaimi pun menyimpulkan penanganan soal pampangan perlu kolaborasi, kerjasama dengan pemerintah daerah tetangga yang sungainya bersinggungan langsung dengan Banjarmasin. Misalnya Kabupaten Banjar.
Sementara disisi lain, awak media ini mencoba melakukan konfirmasi ke Dinas PUPR Kota Banjarmasin tepatnya pada Bidang Sungai, namun hingga artikel ini terbit, pejabat berwenang tidak memberikan respon apapun. (Sfr/K-3)