Oleh : CAKRAWALA BINTANG
Jika mengamti serta mepelajari cara manusia agar bisa mencapai tahap “Ihsan” tentunya metode-metode atau cara mesti mendapat perubahan positif serta tidak terpola pada cara lama. Sebagaimana perjalanan kitab suci itu sendiri dalam perjalanan Al-Qur’an, maka kitab Taurat dan Injil merupakan faktor dasar yang menyesuaikan zamannya.Disamping kitab Zabur peninggalan Daud, merupakan cara ibadah melalui seni,yang mungkin sangat diterapkan oleh anak beliau yang bernama Sulaiman.Maka dengan zaman TI,tranformasi Informasi, serta terbukanya struktur atom,sangat ini maka cara pikir dan dzikir seharusnya sangat mengerti itu semua.
Maka jika menyimak tulisan ayahanda Andi Nurdin Lamudin, pada Kalimantan Post, maka sudah semestinya seseorang itu dapat meningkatkan apa yang dahulunya disebut “Tasauf” itu saat ini sangat terbuka dan mudah dipelajari. Hanya dengan melihat makna ayat 190 daripada surat Ali Imran, bahwa di dalam penciptaan langit dan bumi itu serta bergantinya siang dan malam, merupakan tanda-tanda bagi mereka yang berpikir atau berakal atau ulil albab. Hanya dengan melihat bergantinya siang dan malam itu sendiri, kita mengerti makna siang dan malam itu seperti positif dan negatif. Proses siang dan malam itu biasa terjadi sehari, sebulan, setahun bahkan berabad abad. Hanya mengikuti makna “siang dan malam”. Bahkan dalam proses masa yang berganti itu, ada khalifah Islam yang menghilang kemudian ada pula “negara Republik Islam” yang berdiri. Maka dua makna positif dan negatif itu terus mengikuti sirkulasi perjalanan hidup manusia. Manusia harus mengerti dan memahami ayat-ayat terakhir daripada surat Ali Imran itu sendiri.
Dalam beladiri ada dua aliran yang sangat di-ingat dalam sejarah, aliran konggo zen, atau aliran utara serta aliran Nan zen atau aliran Selatan. Bahwa itu sendiri dua kutub yang berlawanan yang berlawanan yang berlawanan namun sangat menentukan persatuan yang bisa menimbulkan listrik bagi ummat manusia. Bahwa dalam Islam itu dapat dikatakan ada aliran keras dan tegas, bersatunya Islam dan negara, bersatunya Islam dan Pengetahuan tidak terpisah. Dalam Islam itu juga ada aliran kelembutan dan sopan santun, mengikuti saja siapa yang berkuasa asal demokratis. Dua hal itu tidak ubahnya faktor dimensi positif dan dimensi negatif.
Dua dimensi yang mempunyai kemampuan pada wilayah masing-masing itu, adalah merupakan ciri-ciri hukum alam. Pada apa yang dinamakan dengan positif dan negatif itu sendiri. Karena itu jika menyimak apa yang dimaksudkan pada ayat Ali Imran 190 itu,maka proses siang dan malam itu adalah dua dimesi alam yang maknanya mengarah kepada makna”Penciptaan alam semesta atau langit dan bumi”. Makna yang terlihat pada kehidupan nyata manusia, namun pada kehidupan “struktur atom” pada kehidupan para ilmuwan. Maka sudah semestinya jika semua yang ada itu yang mana ada ilmunya, mestilah dipelajari. Walaupun hanyalah garis besarnya saja. Walaupun tidak menguasai fisika namun garis besar, rumus serta sejarah perumusan serta para tokoh penemunya, setidaknya dapat dipelajari dan dimengerti. Maka dengan demikian “makna”Al-Qur’an serta makna ayat daripada 190 Ali Imran itu ternyata, merupakan sebuah ungkapan besar.Di dalam menapaki makna makna Al-Qur’an yang sangat terhubung dengan ilmu pengetahuan sangat terasa dan syukur, ternyata ilmu Al-Qur’an itu sudah terasa surga, walaupun mati belum dialami. Karena mengenal Allah SWT atau Asmaul Husna itu, merupakan yang tertinggi di dalam Islam atau Tauhid. Sangatlah panjang umur diharapkan untuk menambah mengenal Allah SWT atau Asmaul Husna, semuanya sangat nampak pada ayat-ayat dalam kalam atau ayat-ayat alam semesta.