Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan
Opini

Tingkat Kesopanan Aanak Muda

×

Tingkat Kesopanan Aanak Muda

Sebarkan artikel ini

oleh: HAFIZHATURRAHMAH

PERUBAHAN zaman sering kali menjadi alasan kita untuk melihat berbagai hal dengan perspektif yang berbeda. Namun, ada satu hal yang seharusnya tetap konsisten: etika dan empati. Sayangnya, belakangan ini, kita sering kali dihadapkan pada kenyataan bahwa generasi muda, baik itu Gen Z maupun milenial, semakin kehilangan empati dan kesadaran akan pentingnya perilaku etis.

Baca Koran

Sebuah studi global yang melibatkan 14.000 orang menemukan fakta mencengangkan: anak muda zaman sekarang menunjukkan penurunan empati yang cukup signifikan, mencapai 40% lebih rendah dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Apa yang lebih memprihatinkan lagi adalah kenyataan bahwa ini tidak hanya terjadi pada Gen Z, tetapi juga menyentuh generasi milenial. Kita sering mendengar keluhan mengenai sikap acuh tak acuh terhadap sesama, seperti tidak memberi tempat duduk di transportasi umum atau lupa untuk mengucapkan kata “terima kasih” dan “maaf” yang sederhana.

Namun, masalahnya bukan hanya seputar kata-kata yang terlupakan. Seringkali, kita melihat sikap kurang sopan dalam interaksi sehari-hari, baik itu dalam percakapan langsung maupun dunia maya. Di era yang semakin individualistis ini, banyak yang lebih fokus pada diri sendiri daripada orang lain. Padahal, salah satu cerminan dari keutuhan diri adalah bagaimana kita menghargai dan memperlakukan orang lain dengan penuh rasa hormat. Keutuhan diri bukan hanya soal mengetahui siapa kita dan apa yang kita inginkan, tetapi juga tentang memahami peran kita dalam masyarakat dan menjalankannya dengan bijak.

Ketika kita berbicara tentang etika, bukan hanya tentang sopan santun dalam ucapan atau tindakan, tetapi tentang kesadaran untuk menjaga keseimbangan dalam hubungan sosial. Misalnya, ketika kita mengirim pesan kepada guru atau dosen, mengapa kita harus berbicara dengan sopan? Jawabannya sederhana: karena itu adalah wujud rasa hormat kita terhadap peran dan fungsi mereka dalam kehidupan kita. Sopan santun adalah bentuk komunikasi non-verbal yang mengungkapkan siapa kita dan bagaimana kita memandang orang lain.

Baca Juga :  Memaknai Isra Miraj Dalam Keperpustakaan Islam(Momentum Isra Mi’raj 1446 H)

Namun, meski Indonesia memiliki pendidikan etika yang cukup mengakar, seperti melalui mata pelajaran PPKN atau ajaran agama, kita sering kali tidak benar-benar meresapi pelajaran tersebut. Tidak jarang kita hanya mengikuti tanpa memahami makna dan tujuan di baliknya. Seharusnya, kita perlu menyadari bahwa etika adalah bagian dari karakter yang membentuk peradaban, dan ini bukan hanya soal mengikuti aturan, tetapi bagaimana kita bisa menjalani hidup dengan saling menghargai.

Lebih lanjut, perlu kita renungkan bahwa meskipun dunia terus berubah, ada satu hal yang seharusnya tidak berubah: kemampuan kita untuk saling menghormati. Kita hidup dalam dunia yang semakin sibuk dan terhubung, tetapi terkadang kita lupa untuk berhenti sejenak dan mendengarkan. Empati bukan hanya tentang memberi, tetapi juga tentang memahami—mendengar tanpa penilaian, memberikan ruang bagi orang lain untuk merasa dihargai.

Dalam banyak hal, empati adalah mata uang sosial yang semakin langka, tetapi ketika kita menumbuhkan rasa empati, kita bukan hanya menciptakan dunia yang lebih baik, tetapi juga memperkaya hidup kita sendiri. Karena pada akhirnya, peradaban tidak hanya dilihat dari seberapa maju kita dalam teknologi atau ekonomi, tetapi dari seberapa baik kita memperlakukan sesama. Oleh karena itu, mari kita mulai dari diri kita sendiri: belajar untuk lebih mendengarkan, lebih menghargai, dan lebih peduli.

Iklan
Iklan