Banjarmasin, Kalimantanpost.com – Pendidikan nasional harus bergerak maju, tetapi tanpa melupakan akar budaya lokal! Inilah semangat yang digaungkan dalam Seminar Nasional bertajuk “Arah Pendidikan Nasional dan Transformasi Pendidikan Lokal di Daerah” yang diselenggarakan oleh Magister Administrasi Pendidikan Universitas Islam Kalimantan (Uniska) MAB, Sabtu (22/2/2025).
Seminar ini sukses menyedot perhatian, dengan 200 peserta dari berbagai kalangan hadir untuk mendalami bagaimana pendidikan bisa bersinergi dengan kearifan lokal.
Ketua Magister Administrasi Pendidikan Dr. Husnul Madihah dengan tegas menyoroti betapa pentingnya melestarikan kearifan lokal dalam sistem pendidikan modern.
“Banyak yang menganggap kearifan lokal hanyalah bagian dari sejarah, padahal ini adalah aset berharga! Jika dikelola dengan baik, ia bisa menjadi fondasi kuat bagi pendidikan di daerah,” tegasnya.
Ia mencontohkan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, ulama besar Kalimantan Selatan, yang bukan hanya tokoh agama, tetapi juga seorang manajer sosial yang mampu menyelaraskan aturan adat dengan nilai-nilai Islam.
“Beliau adalah bukti bahwa kearifan lokal bisa menjadi pedoman dalam tata kelola masyarakat. Hal-hal seperti inilah yang harus kita pelajari dan teruskan kepada generasi muda,” tambahnya.
Lebih dari sekadar diskusi, Uniska MAB bahkan telah memasukkan kajian kearifan lokal sebagai bagian dari kurikulum Magister Administrasi Pendidikan, menjadikannya program studi dengan identitas yang kuat.
Seminar ini semakin menarik karena menghadirkan dosen dan pakar pendidikan dari berbagai daerah, tak hanya Kalimantan Selatan. Assoc. Prof. Dr. Septian Aji Permana, M.Pd pembicara utama Dari Universitas PGRI Yogyakarta mengungkapkan bahwa pendidikan berbasis budaya lokal bukan hanya sekadar wacana, tetapi sebuah keharusan.
“Jika ingin pendidikan kita berdaya saing global, jangan lupakan kearifan lokal. Justru dari sanalah kita bisa membangun sistem pendidikan yang unik dan relevan dengan kebutuhan masyarakat,” ujarnya.
Menurutnya, seminar ini bukan hanya memberi wawasan, tetapi juga membuka mata mahasiswa tentang bagaimana manajemen pendidikan dapat mengangkat budaya lokal menjadi daya tarik tersendiri.
Bukan hanya para pembicara yang semangat, tetapi juga para peserta! Salah satu peserta, Rachmatul Karimah, mengungkapkan bahwa seminar ini benar-benar membuka cakrawala berpikirnya.
“Saya baru menyadari bahwa kearifan lokal bukan hanya soal budaya, tetapi juga bisa menjadi strategi dalam pengelolaan pendidikan. Kegiatan ini sangat menarik dan menambah wawasan!” katanya dengan antusias.
Seminar ini menjadi bukti bahwa pendidikan tidak bisa dilepaskan dari budaya lokal. Dengan semakin banyaknya akademisi yang menyadari pentingnya kearifan lokal dalam pendidikan, bukan tidak mungkin ke depannya kita akan melihat sistem pendidikan yang lebih kontekstual, berakar kuat pada budaya, tetapi tetap mampu bersaing di kancah global.
Inilah saatnya merevolusi pendidikan lokal dan menjadikannya bagian dari kemajuan nasional!(fin/KPO-1)