Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Apa Hukum Berpuasa tapi Tidur Sepanjang Hari

×

Apa Hukum Berpuasa tapi Tidur Sepanjang Hari

Sebarkan artikel ini
IMG 20250319 WA0035 e1742364061537
Ustadz M Rizali Yani, MM (Kalimantanpost.com/Repro pribadi)

Oleh: Ustadz M Rizali Yani, MM *)

BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Perintah puasa termasuk perintah khusus yang upahnya ganal banar (balasan besar). Ibarat kita berbicara bekerja ikut orang lain atau hujungannya ganal (keuntungan besar). Seandainya kita berbicara dagang, walau hakikatnya yang kita harapkan adalah keridhaan Allah SWT. Adapun fadhilah hanya sekedar kita ketahui saja, namun secara bertahap setidaknya bisa dijadikan motivasi diri dalam bermujahadah hingga tahapan ikhlas lillahi Ta’ala wa ridhallah

Baca Koran

Dalam salahsatu hadits qudsi, Allah menegaskan, “Puasa itu untukKu dan Aku yang akan memberikan ganjaran atasnya. Maknanya wallahu a’lam, namun bisa kita fahami dengan penjelasan dari Imam Abul Hasan dalam kitab Mukhtasar Raudhah bahwa tiap-tiap perbuatan taat kepada Allah Ta’ala, akan mendapat ganjaran pahala hingga surga.

Dalam hal ini melaksanakan perintahNya agar berpuasa, dijelaskan oleh Imam Abul Hasan bahwa ganjarannya bertemu dengan Allah SWT. Memandang dan berbicara denganNya dengan segala kenikmatan dan keridhaan.

Saat berpuasa maka lebih baik juga banyak istirahat tidur. Karena tidurnya orang berpuasa itu ibadah. Kita coba uraikan matan tersebut dari sanad-nya yang diriwayatkan dari Amali ibn Mandah dari Ibn Al Mughirah Al Qawwas dari Abdullah ibn Umar dengan sanad dhaif, kemungkinannya Abdullah ibn Umar tidak menyebut riwayat ibn Al Mughirah kecuali darinya Abdullah ibn Umar. Ada juga yang menyandarkan matan dengan sanad Abu Manshur Ad Dailami dalam musnad Al Firdaus dari riwayat Abdullah bin Abi Aufa, di dalam sanad-nya terdapat Sulaiman ibn Umar An Nakhai yang termasuk orang-orang yang sering berbohong. Penjelasan dalam kitab Takhrij al ‘Iraqi Ihya Ulumuddin, dapat disimpulkan bahwa tidurnya orang puasa itu ibadah dinilai dhaif ataupun maudhu

Baca Juga :  Menjaga Kesehatan Selama Puasa dengan Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Kembali ke hadits shahih yang mu’tabar dan masyhur, “sesungguhnya segala perbuatan tergantung niat”, maka kita lihat yang melatarbelakanginya. Jika orang berpuasa itu tidur untuk mempersiapkan tubuhnya dalam memperbanyak ibadah malam hari qiyamul lail di bulan ramadhan. Jika terjaganya akan membuat dia tidak sanggup menahan diri dari kemungkaran dan kemaksiatan, misalnya: mulutnya akan banyak bicara (kotor dan dusta), pandangannya akan merendahkan orang lain, telinganya suka mendengar gosip yang tidak berfaedah, hatinya dipenuhi kedengkian dan kebencian dengan orang lain. Maka untuk mengurangi dosanya, pilihan yang lebih baik adalah tidur

Bagaimana halnya dengan dalih puasa serta menghindari kemungkaran dan kemaksiatan, lantas tidur seharian dari pagi hingga menjelang maghrib. Bahkan sebagai kepala rumah tangga melalaikan kewajiban mencari nafkah untuk tanggungannya, sebagai ibu rumah tangga melalaikan kewajiban di rumah terhadap suami dan anak-anaknya. Parahnya lagi hingga meninggalkan shalat fardhu, maka ini jelas tidur dalam keadaan maksiat karena melanggar perintah Nya yang mewajibkan shalat fardhu 5 waktu sehari semalam.

Puasa tapi tidak shalat bagaikan pakai baju tapi kada beselawar (tidak bercelana). Wallahu a’lam. (ful/KPO-3)

*) Ustadz M Rizali Yani, MM merupakan Ketua Pimpinan Daerah Dewan Masjid Indonesia Kota Banjarmasin, Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Achmad Yani)

Iklan
Iklan