JAKARTA, Kalimantanpost.com – Buta warna mengacu pada kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan dalam melihat atau membedakan warna dimana kondisi ini juga dapat memengaruhi anak-anak.
Dokter spesialis mata dari Rumah Sakit Saifee Mumbai dr. Rushabh Shah menjelaskan buta warna bersifat turun-temurun dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
“Anak-anak mungkin tidak menyadari bahwa mereka melihat warna secara berbeda, sehingga mendeteksi kondisi ini sejak dini sangat penting untuk memberikan bantuan yang tepat dalam proses belajar dan kehidupan sehari-hari mereka,” kata Rushabh dikutip dari Hindustan Times, Sabtu.(9/3/2025).
Rushabh menyebutkan tanda-tanda risiko buta warna yang muncul pada usia dini:
Kesulitan dalam mengenali warna
Kesulitan dalam mengidentifikasi atau membedakan warna adalah salah satu tanda pertama buta warna pada anak-anak.
Mereka mungkin sering tertukar antara warna merah dan hijau, atau biru dan kuning. Hal ini biasanya terlihat ketika mereka mulai belajar tentang warna di taman kanak-kanak atau sekolah dasar.
Mereka juga cenderung salah menyebutkan warna, meskipun sudah dikoreksi berkali-kali.
Baca juga: Makanan dan kebiasaan sehat yang bisa lindungi penglihatan
Pola pewarnaan yang tidak biasa
Anak-anak yang mengalami buta warna cenderung menunjukkan pola pewarnaan yang tidak biasa saat menggambar atau melukis. Mereka mungkin menggunakan warna yang salah untuk objek umum, seperti mewarnai daun dengan oranye alih-alih hijau atau melukis langit dengan warna merah muda, bukan biru.
Meskipun kesalahan sesekali adalah hal yang wajar bagi sebagian besar anak, kesalahan yang terus-menerus dapat menjadi tanda adanya gangguan penglihatan warna.
Kesulitan dengan materi pembelajaran berbasis warna
Indikator penting lainnya adalah kesulitan dalam memahami materi pembelajaran yang bergantung pada warna. Banyak latihan belajar, seperti grafik berwarna, permainan menyortir, dan lampu lalu lintas, mengandalkan kemampuan membedakan warna.
Anak yang buta warna mungkin mengalami kesulitan dalam tugas-tugas ini, yang dapat menyebabkan kebingungan dan frustrasi saat belajar. Mereka juga kesulitan mengikuti instruksi berbasis warna, seperti menggunakan spidol atau krayon dengan warna berbeda.
Sensitivitas terhadap cahaya
Sensitivitas terhadap cahaya juga bisa menjadi tanda buta warna. Anak dapat membedakan warna dengan lebih baik saat cahaya terang, tetapi mengalami kesulitan saat berada dalam pencahayaan redup atau ketika warna ditampilkan dengan latar belakang yang serupa.
Rushabh menjelaskan bahwa tidak ada obat untuk buta warna yang bersifat genetik. Namun, terdapat berbagai metode penanganan yang dapat membantu anak-anak menyesuaikan diri dengan kondisi mereka.
Pertama, memakai kacamata dan lensa kontak khusus. Beberapa lensa khusus telah dirancang untuk membantu meningkatkan persepsi warna pada beberapa jenis buta warna.
Kedua, kenali berbagai jenis warna dengan memanfaatkan aplikasi digital dan seluler sebagai alternatif dalam membedakan warna yang sulit dilihat.
Ketiga, melakukan penyesuaian dalam pembelajaran. Orang tua dan guru dapat menggunakan pola, simbol, atau label bersama dengan sumber belajar berbasis warna untuk membantu anak memahami materi.
Keempat, penyesuaian pencahayaan dengan memastikan pencahayaan yang baik guna meningkatkan kontras dan membantu anak mengenali warna dengan lebih mudah.
Kelima, mengajarkan anak untuk mengenali warna berdasarkan tingkat kecerahan atau posisi, bukan berdasarkan rona, dapat membantu mereka dalam kehidupan sehari-hari. (Ant/KPO-3)