Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Dampak Minimnya Hidden Manner terhadap Harmoni Sosial

×

Dampak Minimnya Hidden Manner terhadap Harmoni Sosial

Sebarkan artikel ini

Oleh: Ahmad Muhyiddin
Pemerhati Sosial

Di tengah perubahan sosial yang begitu cepat, ada satu aspek penting yang semakin terlupakan: hidden manner. Ini bukan sekadar etika atau tata krama dalam bentuk aturan eksplisit, tetapi lebih kepada kesadaran sosial yang seharusnya tumbuh secara alami dalam interaksi sehari-hari. Ketika orang mulai kehilangan kemampuan membaca situasi, memahami isyarat sosial, dan bertindak dengan empati, kita melihat pergeseran besar dalam cara manusia berhubungan satu sama lain. Hal ini menimbulkan pertanyaan penting: apakah kita masih memiliki kepedulian terhadap norma-norma implisit yang selama ini menjaga keseimbangan sosial?

Baca Koran

Secara teoritis, hidden manner dapat dikaitkan dengan teori interaksi simbolik dari George Herbert Mead, yang menekankan bahwa manusia membangun makna melalui interaksi sosial. Namun, dalam praktiknya, kemampuan ini tampaknya semakin melemah. Interaksi virtual yang semakin dominan telah menghilangkan banyak elemen komunikasi nonverbal, membuat banyak orang kehilangan kepekaan terhadap situasi sosial. Sebagai contoh, banyak individu yang tidak lagi merasa perlu menyesuaikan nada bicara dalam percakapan daring atau merasa bebas menyela tanpa memahami dinamika percakapan.

Melemahnya kesadaran akan hidden manner juga berhubungan dengan meningkatnya budaya individualisme. Masyarakat modern lebih banyak menitikberatkan kepentingan pribadi dibandingkan dengan keseimbangan sosial. Kepekaan terhadap momen di mana seseorang harus mendengarkan tanpa menyela, atau memahami bahwa mengajak orang lain tanpa izin adalah tindakan yang kurang pantas, kini semakin jarang ditemui. Padahal, dalam perspektif facework dari Erving Goffman, manusia senantiasa berusaha menjaga citra sosialnya dan menghindari benturan yang dapat merusak harmoni dalam hubungan interpersonal. Jika norma-norma implisit seperti ini terus diabaikan, maka masyarakat akan semakin kehilangan unsur kebersamaan yang menjadi perekat interaksi sosial.

Baca Juga :  Tantangan Dakwah

Pendidikan juga menjadi faktor penting dalam membentuk kesadaran ini. Sayangnya, sistem pendidikan saat ini lebih berfokus pada aspek kognitif dan akademik daripada membangun kepekaan sosial. Akibatnya, banyak individu tumbuh tanpa pemahaman yang cukup mengenai pentingnya membaca situasi sosial secara implisit. Jika seseorang tidak diajarkan sejak dini untuk memahami bahwa interaksi bukan hanya soal berbicara, tetapi juga mendengar dan memahami konteks sosial, maka hidden manner akan semakin sulit dipertahankan dalam kehidupan bermasyarakat.

Dampak dari menurunnya kesadaran ini sangat nyata dalam kehidupan sosial kita. Kesalahpahaman dan konflik kecil yang seharusnya bisa dihindari sering kali muncul hanya karena seseorang gagal membaca situasi. Komunikasi yang kurang memperhatikan norma sosial cenderung terasa kaku dan tanpa empati, yang pada akhirnya menurunkan kualitas hubungan interpersonal. Ketika individu tidak lagi merasa nyaman berinteraksi karena kurangnya sensitivitas sosial dari orang-orang di sekitarnya, lingkungan sosial pun berubah menjadi tempat yang lebih individualistis dan kurang ramah.

Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan langkah konkret dalam membangun kembali kesadaran akan hidden manner. Salah satunya adalah dengan meningkatkan pendidikan sosial, baik dalam lingkungan keluarga maupun di sekolah, agar anak-anak memahami pentingnya empati dan membaca situasi sejak dini. Selain itu, dalam era digital, diperlukan etika komunikasi yang tetap menghargai norma sosial, seperti tidak mengabaikan pesan tanpa alasan yang jelas atau memahami kapan sebaiknya menahan diri dalam percakapan daring. Lebih jauh, membangun budaya saling menghormati dan peduli terhadap sesama dapat menjadi langkah penting dalam menjaga agar hidden manner tetap relevan di tengah perubahan zaman.

Fenomena ini bukan sekadar masalah kecil dalam interaksi sosial, tetapi refleksi dari bagaimana masyarakat kita berkembang. Jika kesadaran terhadap hidden manner terus terabaikan, maka bukan tidak mungkin kita akan menghadapi krisis dalam hubungan sosial di masa depan. Oleh karena itu, membangun kembali kepedulian terhadap norma-norma implisit ini bukan hanya menjadi tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab kolektif demi menciptakan lingkungan sosial yang lebih harmonis, berempati, dan manusiawi.

Baca Juga :  SALAT LIMA WAKTU

[

Iklan
Iklan