Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

PENGHANCUR IBADAH

×

PENGHANCUR IBADAH

Sebarkan artikel ini
Ahdiat Gazali Rahman
H AHDIAT GAZALI RAHMAN

Oleh : H AHDIAT GAZALI RAHMAN

Setiap hari umat Islam selalu beribadah, lebih-lebihn di bulan Ramadan ini, seluruh umat Islam melakukan pekerjaan yang dapat digolongkan ibadah. Melaksanakan salat, puasa, dan kegiatan lain yang bernilai ibadah, namun dalam kegiatan itu, umat Islam harus waspada, jangan sampai ibadah hanya akan menjadi sebuah kebiasaan tanpa nilai, karena telah hancur nilainya. Tentu akan merasa bingung dan khawatir apa yang menyebabkan ibadah hancur.

Baca Koran

Sebelum membahas kenapa ibadah? Terlebih dahulu harus mengetahui apa yang dimaksud hancur. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hancur berarti pecah menjadi kecil-kecil atau remuk. Kata hancur, juga bisa berarti tidak tampak lagi wujudnya, luluh, atau larut. Selain itu, kata hancur, juga bisa digunakan secara kiasan untuk mengungkapkan perasaan sedih atau kerusakan ibadah, apa ibadah itu? 

Menurut Islam, ibadah dalam arti umum adalah segala perbuatan orang Islam yang halal, dilaksanakan dengan niat ibadah. Sedangkan ibadah dalam arti yang khusus, adalah perbuatan ibadah yang dilaksanakan dengan tata cara yang telah ditetapkan Rasulullah SAW.

Ibadah yang hancur berarti tidak bernilai di mata Allah. Orang yang melaksanakan tidak mendapat imbalan apapun dari Allah. Hal ini karena perbuatan ibadah itu telah hancur. Pertanyaannya, apa yang menghancurkan ibadah itu?

Untuk menghindari hal itu terjadi, maka perlu mengetahui apa saja perbuatan yang bisa menyebabkan amalan hancur/terhapus, diantaranya adalah : 1. Syirik dan murtad. Sebagaimana firman Allah SWT, “Seandainya mereka menyekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan”. (QS. Al An’am : 88), dan firmanNya, “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: “Jika kamu berbuat syirik, niscaya akan terhapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”. (QS. Az Zumar : 65); 2. Mendzalimi dan menyakiti kaum muslimin. Kedzaliman kepada siapa pun dalam bentuk apa pun akan mengakibatkan terhapusnya amal dan mengalami kebangkrutan yang hakiki. Hal ini sesuai dengan hadis, Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat, “Apakah kalian tahu siapa orang yang bangkrut itu?”. Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda”. Tetapi Nabi SAW berkata, “Orang yang bangkrut dari umatku ialah, orang yang datang pada hari kiamat membawa (pahala) salat, puasa, dan zakat, namun (ketika di dunia) dia suka mencaci maki dan (salah) menuduh orang lain, makan harta orang lain, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang yang terdzalimi itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikan pelaku dzalim. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka”. (Muslim); 3. Menyebut-nyebut sedekah sampai menyakiti hati orang yang diberi sedekah, sesuai dengan Firman Allah SWT, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia, dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir” (QS. Al Baqarah : 264); 4. Meremehkan seorang mukmin yang berdosa. Mereka yang mengaggap dirinya lebih hebat dari orang lain, lebih kuasa, maka sangat benci orang tersebut, sebagaimana hadis Nabi SAW, “Siapakah yang bersumpah atas nama-Ku, bahwa Aku tidak akan mengampuni Si Fulan, sesungguhnya Aku telah mengampuni Si Fulan, dan Aku menggugurkan amalmu”. (Muslim). Orang ini seolah bertindak sebagai hakim gadungan seolah menjadi pengganti Allah dalam menentukan siapa yang diampuni dan masuk surga, sebenarnya mereka melakukan dosa yang lebih besar daripada dosa orang yang mereka komentari.

Baca Juga :  SAMPAH

Terlebih lagi ada dalil yg tegas mengatakan bahwa pelaku dosa besar selain syirik berpeluang mendapatkan ampunan Allah sesuai yang dikehendaki-Nya; 5. Ujub dan riya. Hal ini sesuai dengan hadist Nabi SAW, “Tiga perkara yang membinasakan, rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan ujubnya seseorang terhadap dirinya sendiri”. (At-Thobroni). Pelit, nafsu, dan ujub dapat membinasakan pemiliknya. Takkan kaya orang karena pelit, takkan bahagia orang karena memperturutkan nafsu, takkan mulia orang karena ujub. Semua fatamorgana, hakikatnya kemuliaan justru ada pada sifat dermawan, ketaatan, dan tawadhu’; 6. Mendatangi dukun. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi SAW, “Barang siapa mendatangi peramal, kemudian dia bertanya kepadanya tentang sesuatu maka tidaklah diterima salatnya sepanjang empat puluh hari”. (Muslim); 7. Durhaka kepada orang tua. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi, “Dosa-dosa besar adalah menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, dan membunuh manusia dan sumpah palsu”. (Bukhari). 

Iklan
Iklan