Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

PUASA DAN KEARIFAN

×

PUASA DAN KEARIFAN

Sebarkan artikel ini
Ahdiat Gazali Rahman
H AHDIAT GAZALI RAHMAN

Oleh : H AHDIAT GAZALI RAHMAN

Sudah menjadi perintah agama, setiap memasuki bulan Ramadan, umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan puasa. Puasa merupakan Rukum Islam yang ketiga, yakni melaksanakan puasa. Rukun Islam ada lima, yaitu mengucapkan syahadat, melaksanakan sholat, mengerjakan puasa, membayar zakat dan pergi haji bagi yang mampu. Dari kelima rukun Islam, tiga rukun Islam pasti dilaksanakan muslim yang normal, yang dimulai mengucapkan syahadat berupa pengakuan bahwa dunia ini yang wajib diakui sebagai penguasa adalah Allah dan mengakui ada Nabi Muhammad yang membimbing manusia ke jalan yang benar adalah Nabi Muhammad SAW, mengerjakan sholat lima kali sehari semalam. Yakni pengakuan kita dengan menundukkan anggota badan ketika dengan bersujud kepada Allah, kita mengakui bahwa apa yang ada, dan yang terjadi di dunia ini adalah kerena Kehendak Allah SWT, dan yang ketiga melaksanakan puasa di bulan Ramadan. Puasa adalah melatih diri agar peduli kepada mereka yang kurang mampu, karena nasibnya, mereka tidak dapat mengkonsumsi seperti orang kaya yang berpunya, dengan mutu empat sehat lima sempurna terpenuhi kebutuhan makannya hanya demi untuk menahan laparnya. Sedangkan dua kewajiban lainnya, ummat Islam sangat tergantung hal yang dimilikinya, yang keempat dan kelima tidak semua orang muslim dituntut dan siap melaksanakan, seperti berzakat dan pergi haji hanya akan dituntut pada mereka yang mampu.

Kalimantan Post

Puasa selayaknya tidak hanya hanya dengan menunda makan, pada waktu jam yang ditentukan, tapi alangkah eloknya, puasa melahirkan kearifan pada keluarga, masyarakat, lingkungan, kelompok, daerah, Negara bahkan dunia. Bagaimana keadaan keluarga, masyarakat, lingkungan, kelompok, daerah, hingga negara sekitar, apakah mereka sudah dapat melaksanakan, memberikan makanan yang sesuai dengan kebutuhan, atau sebaliknya masih banyak keluarga, masyarakat, lingungan, kelompok dan daerah serta negara yang belum mampu melaksanakan memberikan makanan pokok yang sesuai dengan aturan, yakni empat sehat lima sempruna, atau lebih mereka belum dapat menikmati makanan sebagaimana mestinya, dalam urusan makanan mereka sangat kekurangan, atau bahkan mengarah kepada kelaparan, hal ini mungkin kesalahan kebijakan yang dilaksanakan atau karena memang sumber daya alam negaranya yang serba kekurangan dan tak mampu melakukan apa yang harus menjadi program makanan.

Baca Juga :  Indonesia Merdeka, Sudahkah Dirasakan Rakyat?

Apa arti kearifan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kearifan berasal dari kata arif, yang berarti bijaksana, cerdik dan berilmu, paham atau mengerti, orang yang berpuasa diharapkan memiliki sifat seperti yang bijaksana dalam menggunakan harta kekayaan, siap berjuang untuk menghilangkan kemiskinan yang menyebabkan keluarga, lingkungan kelompok hinggga Negara tak mapu memberikan makakan yang sesuai dengan tuntutan kesehatan. Melakukan sesuatu dengan cerdik, dan melakukan dengan pengethuan bukan hanya prasa, coba-coba, atau dengan sebutan yang menyebabkan suatu program itu tak dapat berjalan sesuai mestinya dikehendaki oleh keluarga, lingkungan, masyarakat, daerah bahkan Negara. Orang yang berpuasa juga harus bertindak sesuai dengan ilmu agama khususnya Islam, apa yang boleh dilakukan dan apa yang harus dihindarkan.

Demikian diharapkan orang yang berpuasa akan memberikan dampak positif bagi keluarga, lingkungan, golongan, daerah hingga negaranya. Lahirnya sikap arif dalam segala hal ini adalah sebuah hasil yang akan didapat ketika seorang melakukan puasa, seperti peduli pada warga keluarga lain yang belum mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, masih kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan memberikan bantuan sehingga orang lain dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, khususnya tentang memenuhi kebutuhan makannya. Hal ini sejalan dengan hadis Nabi Muhammad SAW, “Barangsiapa memberi perbukaan (makanan atau minuman) kepada orang yang berpuasa, maka dia akan mendapat pahala seperti pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa tersebut”. (Ahmad)

Iklan
Iklan