Oleh : AHMAD BARJIE B
Saat ini umat Islam sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan, dan seiring waktu mereka akan selesai berpuasa dan selanjutnya berhari raya Idul Fitri 1 Syawwal. Bila diibaratkan dengan pendidikan, pelatihan atau penataran, kita tentu ingin mendapatkan ijazah atau sertifikat sebagai tanda kelulusan. Tanda kelulusan bukanlah sebuah kertas bertulisan indah yang menyatakan “lulus”, tetapi berupa peningkatan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Istilah takwa sudah sering dibicarakan, tetapi sifatnya sangat abstrak. Hanya Allah SWT dan diri sendiri yang mengetahui, apakah ketakwaan meningkat sesudah Ramadan atau tidak. Di dalam Al Quran banyak sekali disebutkan tentang ciri-ciri orang yang bertakwa. Diantaranya dalam QS al-Baqarah ayat 1-4 diterangkan, “Alif laam miim. Kita Alquran ini tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa, yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rezeki yang Allah berikan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada kitab Al Quran dan kitab-kitab yang diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan kehidupan akhirat”.
Selanjutnya, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (QS. Ali Imran : 133-134).
Dari ayat-ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri orang bertakwa menurut Al Quran meliputi: Pertama, beriman kepada yang ghaib dan hari akhirat. Alam ghaib itu banyak sekali, diantaranya adalah keberadaan Allah SWT, malaikat, alam kubur, hari akhirat, surga dan neraka. Kita harus yakin akan semua itu. Karena itu sesudah Ramadhan, keimanan kita hendaknya lebih meningkat. Kita harus merasa dekat kepada Allah dengan rajin beribadah dan beramal saleh. Kita harus lebih hati-hati dalam bersikap, berbuat dan berkata-kata, karena ada Allah dan malaikatnya yang senantiasa mengawasi dan mencatat segala tingkah laku kita. Semuanya akan dipertanggungjawabkan di alam akhirat kelak.
Kedua, mendirikan shalat, orang yang bertaqwa shalatnya lebih rajin, baik shalat fardlu maupun shalat sunat, baik selama Ramadhan maupun sesudahnya. Ia usahakan agar shalatnya selalu tepat waktu, dikerjakan di masjid dan mushalla, dan dilaksanakan secara berjamaah.
Ketiga, menafkahkan sebagian rezeki yang dianugerahkan Allah. Orang yang bertakwa tidak kikir, ia rajin menolong agama Allah dan sesama manusia dengan memberikan hartanya di jalan Allah, baik berupa zakat, infaq, sedekah dan sumbangan lainnya. Semua itu dilakukan secara rutin, baik di kala lapang atau sempit, banyak atau sedikit, terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Orang bertakwa tidak mau menumpuk dan menikmati harta hanya untuk pribadi dan kenikmatan dunia, sebab dunia ini hanya sementara. Dunia sebenarnya adalah kebun akhirat. Dalam sebuah hadits dinyatakan, Allah lebih menyukai orang yang tidak alim tapi dermawan ketimbang orang alim yang kikir alias bakhil.
Keempat, beriman kepada Al Quran dan kitab-kitab sebelumnya. Orang yang bertakwa rajin membaca menghayati dan mengamalkan isi Al Quran. Rajin menuntut ilmu agama dan tidak pernah bosan mendengarkan khutbah, ceramah dan pengajian. Apa saja yang berasal dari Al Quran, dan hadits-hadist Nabi yang hakikatnya juga wahyu Allah, ia tidak pernah ragu untuk percaya dan mengamalkannya. Orang-orang yang bertaqwa juga toleran terhadap pemeluk agama lain.
Kelima, mampu menahan amarah. Orang-orang yang bertakwa emosinya stabil, hatinya bersih, jiwanya tenang dan istiqamah, baik kondisi hidupnya senang atau susah. Kalau ada orang bersalah padanya ia mampu memaafkan, tanpa ada perasaan dendam, sebaliknya kalau ia yang salah segera minta maaf, minta halal minta ridha. Orang bertakwa memiliki akhlak mulia, jujur, amanah, ikhlas, sabar dan syukur. Tidak ada sifat tamak, iri dengki dan sombong. Orang yang bertakwa tidak mau diperbudak hawa nafsu.
Keenam, orang bertakwa selalu berbuat baik. Kebaikan itu sangat luas dan banyak jenisnya. Sebuah hadits mengatakan, “Setiap kebaikan adalah sedekah”. Karena itu apa pun perbuatan baik hendaknya kita lakukan, dan perbuatan jelek dihindarkan, karena semua itu ada nilainya dalam pandangan Allah SWT.
Masih banyak lagi kriteria orang-orang bertakwa yang digariskan oleh Al Quran dan hadits. Karena itu mari dihitung, evaluasi dan introspeksi diri kita masing-masing. Apakah ciri-ciri takwa itu sudah tertanam dalam diri kita atau belum atau masih lemah dan kurang. Kalau belum ada mari kita tanamkan, kalau masih lemah mari kuatkan, kalau sudah ada mari kita tingkatkan agar lebih baik lagi di masa-masa yang akan datang.
Akhirnya semoga ibadah puasa Ramadan benar-benar mampu meningkatkan kualitas ketakwaan. Semoga Allah SWT masih memanjangkan umur dan memberikan kesehatan kepada kita dan keluarga kita, sehingga dapat bertemu dengan Ramadan tahun-tahun berikutnya. Semoga hidayah dan taufiq Allah selalu menyertai hidup kita, keluarga dan masyarakat kita semua, amin-amin ya mujibas sailin.