Banjarmasin, Kalimantanpost.com – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Banjarmasin terus mendorong peningkatan fasilitas TPS 3R (Reduce, Reuse, Recycle), termasuk lewat pengadaan mesin dan pelatihan untuk pengolahan yang lebih efisien.
Selain itu, sebagai wujud upaya mengurangi beban Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Regional Banjarbakula, DLH juga terus mengoptimalkan pengelolaan sampah organik dari sumber, terutama sampah rumah tangga.
Kabid Tata Lingkungan DLH Banjarmasin, Nanik, menyebutkan di Kota Banjarmasin saat ini terdapat 52 rumah pilah sampah yang aktif serta berkontribusi dalam melakukan pengurangan sampah yang diproduksi warga Banjarmasin.
“Memang volume sampah yang dipilah dari rumah ini masih tergolong ringan karena mayoritas berupa kertas dan botol plastik,” kata Nanik saat ditemui di TPAS Basirih pada Rabu (16/4).
“Tapi untuk sampah organiknya, kami catat sekitar 5 ton per hari di seluruh titik rumah pilah,” sambungnya.
Dipaparkannya, sampah organik yang terkumpul dari puluhan rumah pilah tersebut kemudian diangkut oleh armada kompos keliling ke beberapa titik pengolahan seperti Rumah Kompos Basirih, Pusat Daur Ulang (PDU), dan Rumah Kompos Biuku.
“Distribusinya kami bagi tiga lokasi agar penanganannya lebih merata,”ungkap Nanik.
Selain dari rumah tangga, Nanik mengutarakan sampah dari pasar tradisional juga menjadi penyumbang besar sampah organik. Salah satu yang paling aktif adalah Pasar Antasari.
“Di sana sampah organik bisa mencapai satu truk besar ditambah satu mobil pickup perhari atau sekitar 3 ton, dan mereka melakukan pengolahan sendiri disana,” beber Nanik
Lebih lanjut, ia merinci sekitar 50 persen sampah kota Banjarmasin merupakan sampah organik. Oleh karena itu, menurutnya, dengan program komposter dapat menjadi peluang besar untuk mengurangi beban ke TPA Regional.
“Kalau pengolahan organik di tingkat rumah bisa dimaksimalkan, misalnya dengan komposter atau kompos bag, ini sangat membantu,” sebutnya.
Ia juga menyoroti keterbatasan volume dalam membuang sampah ke TPA Regional Banjarbakula. “Bukan karena kami tidak mampu mengangkut, tapi karena kuotanya terbatas. Antrian di sana bisa memakan waktu hingga dua jam,” tutupnya. (Sfr/K-3)