Oleh: Noor Dewi Mudzalifah (Aktivis Dakwah Muslimah)
Dor Dor Dor!.. Boom!! Boom!! Suara itulah yang terus terdengar di Palestina. Ya, genosida Palestina masih terjadi hingga saat ini. Sejak zionis Yahudi kembali melakukan penyerangan pada 18 Maret 2025 lalu, diperkirakan 1.309 warga Palestina telah tewas. Mereka juga membunuh tenaga medis, jurnalis dan relawan kemanusiaan. Tak cukup sampai di situ, bantuan kemanusiaan yang masuk ke wilayah Gaza pun di blokade, hingga 2,4 juta penduduknya terancam kelaparan dan kekurangan obat-obatan.
Suara penderitaan kian nyaring hingga mendorong Sekretaris Jenderal Persatuan Cendikiawan Muslim Internasional (IUMS), Ali al-Qaradaghi mengeluarkan fatwa jihad pada Jumat (04/04). Beliau menyerukan semua negeri muslim untuk, “Segera campur tangan secara militer, ekonomi dan politik untuk menghentikan genosida dan penghancuran menyeluruh ini, sesuai dengan mandat mereka.”
Namun hingga saat ini dunia seakan tuli, para penguasa Arab dan negeri muslim lainnya masih tak bergeming. Keahlian mereka dalam mengutuk dan beretorika nyatanya tak mewakili keberaniannya dalam mengambil aksi nyata yakni jihad untuk Palestina. Sebaliknya, Penguasa tertinggi di negeri ini, Presiden Prabowo justru berencana akan mengevakuasi 1000 warga Gaza ke Indonesia (bbc.com 11/04/2025). Hal ini justru hanya akan memuluskan rencana jahat Trump untuk lebih leluasa mengambil alih wilayah Gaza.
Kelemahan Kaum Muslimin
Sesungguhnya diamnya peguasa negeri kaum muslimin saat ini bukan karena lemahnya militer mereka. Nyatanya data menunjukkan bahwa kekuatan militer mereka justru berada di atas Israel. Berdasarkan situs Global Firepower, dari 145 negara dunia, Pakistan misalnya berada diurutan ke-7 untuk kekuatan militernya, disusul Turki diurutan ke-11, Indonesia di urutan ke-13, Mesir ke-14, Iran ke-17, dan menariknya kekuatan militer Israel justru menempati urutan ke-18 (CNN Indonesia 04/12/2023).
Jelaslah bahwa terlihat kuatnya Israel bukan disebabkan unggulnya militer mereka, melainkan karena kelemahan kaum muslimin dalam hal paling dasar. Kelemahan ini begitu parah, hingga banyaknya jumlah mereka hampir tak berarti apa-apa. Kondisi kaum muslimin saat ini persis seperti yang disabdakan oleh Rasulullah Saw. “Tidak, bahkan pada hari itu kalian banyak, tetapi kalian buih, seperti buih di lautan. Dan Allah akan menghilangkan rasa gentar dari dada musuh terhadap kalian”. (HR. Abu Dawud)
Di hadits ini pula disampaikan bahwa kaum Muslimin saat itu diliputi oleh kelemahan, “Dan Allah akan menimpakan wahn (kelemahan) di dalam hati kalian” Seorang sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah wahn itu?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Cinta dunia dan takut menghadapi kematian.” Ya, kelemahan inilah yang membuat kaum kafir berhasil menguasai mereka.
Puncak keberhasilan mereka adalah ketika berhasil meruntuhkan perisai umat yang yaitu khilafah Islamiyyah. Pasca keruntuhannya di tahun 1924, kaum muslimin berhasil dipecah menjadi lebih dari 50 negeri-bangsa. Sejak itu kehinaan kehidupan terus dialami oleh kaum muslimin tak hanya di Palestina. Dan sejak itu pula lunturlah rasa ukhuwah Islamiyyah mereka hingga akhirnya tega bersikap tuli terhadap panggilan tolong dari saudaranya. Padahal Allah SWT. berfirman, “Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam (urusan pembelaan) agama, kalian wajib memberikan pertolongan” (TQS. al-Anfal [8]:72).
Seharusnya kaum muslimin merasa berdosa jika kewajiban ini tidak dilaksanakan, terlebih hal ini sangat erat kaitannya dengan kualitas keimanan. Rasulullah Saw. bersabda “Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri” (HR. Al Bukhari dan Muslim). Dapatkah dikatakan cinta jika di tengah panggilan jihad yang menggema, para Penguasa negeri kaum muslimin justru bermesraan dengan Negara pendukung utama Zionis yaitu Amerika, bahkan patuh pada intruksi mereka? Tidakkah kaum muslimin khususnya para penguasa negeri ini takut kalau-kalau keimanannya tidak diakui oleh Allah SWT dan Rasul-Nya? Na’udzubillah
Kembalikan Kekuatan Umat
Genosida Palestina harusnya mampu membuka mata kita bahwa umat ini akan terus rapuh tanpa persatuan yang kokoh. Persatuan tanpa mengenal sekat bangsa, suku dan bahasa, hanya dilandasi akidah. Persatuan itulah yang diwariskan oleh Rasulullah Saw, dan dilanjutkan oleh para khalifah sesudahnya. Khilafah Islamiyyah telah terbukti berhasil melindungi dan membawa umat pada kegemilangannya lebih dari 13 abad lamanya. Tak hanya sekali Palestina dijajah, namun hanya khilafah yang mampu membebaskannya.
Sudah saatnya umat bangun dari tidurnya, bangkit dari kelemahannya. Perkokohlah akidah, berpegangan dalam jamaah agar tak mudah hanyut akan dunia dengan segala kesenangannya, berjuang bersama dalam dakwah untuk mengembalikan perisai umat yakni khilafah Islamiyyah. Allahuakbar!