Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Palestina: Persoalan Utama, Membutuhkan Aksi Nyata

×

Palestina: Persoalan Utama, Membutuhkan Aksi Nyata

Sebarkan artikel ini

Oleh : Haritsa
Pemerhati Generasi dan Kemasyarakatan

Jangan Lupakan Palestina. Jangan lupakan Gaza. Ungkapan ini memang harus terus digaungkan. Sejak kesepakatan gencatan senjata Januari lalu perhatian dunia khususnya umat Islam teralihkan. Seolah persoalan Palestina telah selesai. Padahal persoalan Palestina belum berakhir baik dalam jangka pendek yaitu serangan militer zionis dan terlebih persoalan jangka panjangnya, yaitu pendudukan illegal entitas zionis Israel di bumi Palestina.

Baca Koran

Penjajahan Israel adalah persoalan mendasar Palestina sedangkan serangan dan agresi militer Israel kepada penduduk Palestina khususnya Gaza adalah konsekuensi atau ikutan dari penjajahannya. Maka tak heran, gencatan senjata hanya jeda sesaat bagi Israel selain memang karena mental penjajah dan karakter zionis yang terkenal licik, culas dan selalu ingkar janji. Tidak lama setelah kesepakatan gencatan senjata, mereka melancarkan serangan-serangan bahkan di bulan suci Ramadhan hingga di hari raya Idul Fitri.

Media internasional memberitakan pasukan Israel membombardir Gaza saat warga Palestina merayakan Idulfitri 1446 H. Serangan itu menewaskan sembilan orang, termasuk lima orang anak-anak. Dilansir dari Aljazeera, warga Palestina menggelar Salat Idulfitri saat serangan Israel terus berlanjut (CNN Indonesia. com, 30/05/2025).

Serangan Israel di tengah perayaan Idul Fitri adalah puncak kekejian setelah rentetan serangan di bulan suci Ramadhan yang menewaskan ratusan penduduk Gaza.

Dimana Kaum Muslimin?

Realitas Palestina harus direspon umat Islam. Bukan sekedar karena tragedi kemanusiaan tetapi persoalan Palestina adalah bagian dari agama dan politik Islam sekaligus. Ada kewajiban syariat dalam menyikapi perampasan, pengusiran dan pembunuhan bahkan genosida yang dilakukan Israel. Seharusnya ada tentara Muslim yang melancarkan perang untuk mengusir penjajah Israel.

Pelaksanaan syariat dalam masalah Palestina harus dilakukan institusi politik, yaitu kekuasaan dan negara. Sedangkan otorita Palestina sendiri di bawah kendali zionis Israel. Hanya Gaza dibawah Hamas yang belum dikontrol Israel. Jadi rakyat Palestina seperti ayam yang kehilangan induknya. Tidak ada yang melindungi.

Baca Juga :  Akar Masalah Dunia Pendidikan

Di sisi lain negara-negara Arab tidak mengambil langkah nyata untuk melawan penjajahan Israel. Mereka justru berbalik arah dengan melakukan normalisasi hubungan dengan Israel dan mendukung solusi dua negara. Padahal dahulu negara-negara Arab pernah melawan Israel dengan politik minyak. Langkah sederhana politik minyak negara-negara Arab bisa menekan Israel. Tentu jika negeri-negeri Arab bersatu dan menggerakkan kekuatan militer dan tentara untuk Palestina, maka hanya dalam hitungan menit, Israel akan angkat kaki dari bumi Palestina.

Melawan Kolaborasi AS-Israel

Israel kuat berdiri karena didukung penuh oleh Amerika Serikat, negara adidaya hari ini. Amerika adalah pengasuh yang menjaga eksistensi Israel. Keberadaan Israel seperti pedang yang dihunus AS dan menundukkan negara-negara Arab dan kawasan terpenting dunia, yaitu Timur Tengah. AS sangat berkepentingan dengan eksistensi Israel untuk menjaga dominasi ekonomi dan politik di Timur Tengah.

Dan negara-negara Arab memang berjalan sesuai skenario Amerika Serikat, yaitu pragmatis dan individualis. Kemakmuran yang dinikmati melenakan mereka sehingga tunduk dan menyandarkan keamanan negara kepada AS dengan perjanjian militer dan izin pendirian pangkalan militer AS. Sungguh aneh penguasa-penguasa negara Arab menjadikan teman dari musuh mereka sebagai mitra yang difasilitasi. Akhirnya Palestina dibiarkan sendiri menghadapi Israel.

Ikatan nasionalisme menghilangkan perasaan persaudaraan seiman. Dan yang paling miris adalah hipokrisi nilai-nilai kebebasan, HAM dan kemerdekaan.

Sungguh tidak layak dan tidak pula ada alasan untuk membiarkan krisis Palestina akibat penjajahan Israel. Konsolidasi pemahaman terhadap hakikat masalah Palestina harus terus dilakukan agar umat Islam berdiri dengan kebenaran.

Umat Islam harus paham bahwa problem Palestina adalah masalah penjajahan bukan perebutan wilayah. Israel berdiri secara politik melalui konspirasi negara barat imperialis Inggris yang melahirkan Israel dan Amerika Serikat yang terus menjaga eksistensinya. Dari Deklarasi Balfour, perjanjian Sykes-Picot, mandat Inggris atas wilayah Palestina setelah keruntuhan Khilafah Utsmaniyah hingga pengakuan PBB atas berdirinya Israel di tanah Palestina pada tahun 1948 adalah kronologi penjajahan dan terusirnya muslim Arab Palestina dari tanah-tanah mereka.

Baca Juga :  Solusi Mengatasi Pandemi Judi Online

Selain itu dakwah harus pula membangun opini wajibnya persatuan umat dan institusi politik yang menerapkan Islam secara kaffah, yaitu Khilafah. Hanya Khilafah yang akan menghentikan ambisi zionis Israel dengan jihad. Selain itu Khilafah akan menaungi kehidupan umat beragama baik Yahudi, Kristen dan Muslim dan mewujudkan kehidupan harmonis. Wallahu alam bis shawab.

Iklan
Iklan