Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Internasional

Paus Fransiskus Wafat, Dikenal Sosok Reformis yang Membelah Opini Publik

×

Paus Fransiskus Wafat, Dikenal Sosok Reformis yang Membelah Opini Publik

Sebarkan artikel ini
IMG 20250421 WA0051
Arsip - Pemimpin umat Katolik dunia yang juga Kepala Negara Vatikan Paus Fransiskus melambaikan tangan saat tiba di Kantor Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), di Menteng, Jakarta, Kamis (5/9/2024). (Antara)

LONDON, Kalimantanpost.com – Logo Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik Roma, meninggal dunia dalam usia 88 tahun pada Senin (21/4/2025).

Menurut laporan Vatican News, Kardinal Kevin Farrell mengumumkan bahwa Paus Fransiskus meninggal di kediamannya pada 7:35 pagi waktu Vatikan.

Baca Koran

“Hidupnya telah dibaktikan bagi melayani Tuhan dan Gereja. Beliau telah mengajarkan kita supaya hidup dengan nilai-nilai Injil dengan iman, keberanian, dan cinta kasih bagi semua, terutama kepada mereka yang paling miskin dan terpinggirkan,” ucap Kardinal Farrell.

Pada awal Februari 2025, Paus Fransiskus dirawat di Rumah Sakit Gemelli setelah menderita bronkitis selama beberapa hari. Kondisi klinis pemimpin Gereja Katolik tersebut semakin memburuk, dan pada Selasa (18/2), Paus didiagnosis menderita pneumonia bilateral. Paus Fransiskus akhirnya pulang ke kediamannya setelah dirawat selama 38 hari.

Jorge Mario Bergoglio terpilih menjadi Paus Fransiskus pada Maret 2013. Saat itu banyak yang menilai pemilihannya sebagai pemimpin Gereja Katolik Dunia adalah kejutan.

Saat itu, usianya telah mencapai 76 tahun — lebih tua dari yang diperkirakan banyak orang.

Sebagai anggota ordo Jesuit asal Argentina, ia juga merupakan sosok yang relatif asing di kalangan petinggi Vatikan.

Namun, pemilihannya mencetak sejarah. Ia menjadi paus pertama yang berasal dari Amerika Latin dan juga paus pertama dari ordo Jesuit yang memimpin Gereja Katolik.

Lebih dari satu dekade menjabat, Fransiskus tetap menjadi sosok yang mengundang kekaguman sekaligus kontroversi.

Vatikan mengumumkan pada Senin bahwa ia wafat dalam usia 88 tahun setelah menderita sakit berkepanjangan.

Menurut pernyataan sebelumnya dari Vatikan, ia mengalami “krisis pernapasan berkepanjangan mirip asma” yang berhubungan dengan trombositopenia.

Hidup dalam iman dan perjuangan

Lahir di Buenos Aires pada 17 Desember 1936 dari pasangan imigran asal Italia, Jorge Mario Bergoglio sudah tertarik pada kehidupan religius sejak usia muda.

Ia menempuh pendidikan di Argentina dan kemudian di Jerman sebelum ditahbiskan sebagai imam Jesuit pada 1969.

Berbeda dengan banyak tokoh Vatikan lainnya, pengalaman internasional Bergoglio tergolong minim di awal kariernya.

Ia lebih banyak menghabiskan waktunya di Argentina, tempat ia dikenal sebagai pemimpin yang sederhana dan bersahaja, serta memiliki komitmen kuat terhadap keadilan sosial.

Ia pernah menderita infeksi paru-paru yang parah dan harus kehilangan sebagian paru-paru kanannya.

Meski demikian, ia tetap aktif secara fisik dan akhirnya diangkat menjadi Uskup Agung Buenos Aires pada 1998.

Sebagai kardinal, Bergoglio dikenal dengan gaya hidup sederhananya. Ia kerap menggunakan transportasi umum alih-alih mobil dinas dengan sopir.

Dalam khotbahnya, ia sering menyinggung isu ketimpangan dan penderitaan kaum miskin, secara halus mengkritik pemerintah yang gagal melindungi kelompok paling rentan. Ia pun dikenal sebagai suara bagi inklusi sosial — tema yang kelak menjadi ciri khas kepemimpinannya sebagai paus.

Paus dari luar Eropa

Sebagai paus ke-266 dalam sejarah Gereja Katolik, Fransiskus adalah paus pertama non-Eropa sejak Gregorius III –yang lahir di wilayah yang kini menjadi Suriah dan terpilih pada tahun 731.

Ia memilih nama Fransiskus untuk menghormati Santo Fransiskus dari Assisi, seorang biarawan abad ke-13 yang dikenal karena kepeduliannya terhadap kaum miskin dan kasih sayangnya terhadap hewan.

Fransiskus menempuh pendidikan filsafat dan meraih gelar magister kimia dari Universitas Buenos Aires. Ia juga pernah mengajar sastra, psikologi, filsafat, dan teologi sebelum menjadi Uskup Agung Buenos Aires.

Masa mudanya diisi dengan kegiatan yang jauh dari gambaran rohaniwan. Ia gemar menari tango bersama kekasihnya sebelum akhirnya terpanggil menjalani hidup religius.

Ia pernah bekerja sebagai penjaga keamanan di sebuah bar dan sempat menjadi petugas kebersihan.

Selama menjabat sebagai uskup agung, ia dikenal karena tindakannya yang menyentuh: mencuci kaki pasien AIDS — sebuah tindakan yang mengingatkan pada kisah Yesus yang membasuh kaki para murid-nya.

Kepausan bernafas reformasi

Sejak awal masa kepausannya, Paus Fransiskus membawa suasana yang berbeda. Ia menolak tinggal di Istana Apostolik dan lebih memilih kediaman tamu yang sederhana di Vatikan.

Ia juga menanggalkan banyak protokol formal yang melekat pada jabatan paus, menandai perubahan gaya kepemimpinan yang lebih membumi dan mudah didekati.

Popularitasnya pada masa awal semakin meningkat berkat fokusnya pada reformasi. Ia bergerak cepat menanggulangi korupsi finansial di dalam Vatikan, terutama yang melibatkan Bank Vatikan yang sarat skandal.

Ia merestrukturisasi Kuria — badan administratif gereja — dengan merampingkan birokrasi dan meningkatkan transparansi.

Salah satu tantangan terbesar dalam kepemimpinan Paus Fransiskus adalah penanganan skandal pelecehan seksual anak yang melibatkan para imam.

Ia mencopot sejumlah uskup yang dituduh menutup-nutupi kasus pelecehan, serta membentuk komisi khusus di Vatikan untuk menangani isu ini. Namun, para pengkritiknya menilai langkah-langkah tersebut belum cukup — proses keadilan bagi para korban dinilai berjalan lambat.

Paus Fransiskus juga kerap menyuarakan pendapatnya mengenai isu global di luar lingkup gereja. Ia mengkritik kapitalisme pasar bebas, yang menurutnya “membunuh” kaum miskin.

Ia mendesak pemerintah dunia agar mengambil langkah lebih tegas terhadap perubahan iklim, dan menjadi pembela hak-hak migran — bahkan pernah membandingkan pusat-pusat penahanan migran di Eropa dengan kamp konsentrasi. Pernyataan-pernyataan itu memicu kritik dari kalangan politisi konservatif dan para pemimpin bisnis.

Meski kerap dianggap sebagai paus progresif, Fransiskus tetap teguh dalam sejumlah ajaran pokok Gereja Katolik. Ia mempertahankan sikap tradisional terkait aborsi, pernikahan sesama jenis, dan peran perempuan dalam gereja — menunjukkan bahwa ia bukanlah seorang liberal seperti yang dibayangkan sebagian pihak.

Keputusannya mengganti sejumlah kardinal konservatif dengan sosok-sosok progresif semakin memperuncing penolakan. Beberapa kalangan dalam Vatikan menuduhnya meminggirkan kaum tradisionalis demi menjalankan agenda reformasi.

Kontroversi masa lalu

Jauh sebelum menjadi paus, peran Bergoglio selama masa kediktatoran militer Argentina (1976–1983) sempat menjadi perdebatan.

Sebagai kepala ordo Jesuit di negara itu, ia dituduh gagal melindungi dua imam yang diculik. Tuduhan lain menyebut ia tidak menindaklanjuti permintaan untuk mencari bayi dari seorang perempuan yang diculik dan dibunuh oleh rezim.

Vatikan membantah keras tuduhan bahwa ia terlibat dalam kesalahan apa pun.

Peraih Nobel Perdamaian dan aktivis hak asasi manusia Adolfo Perez Esquivel — yang pernah ditahan dan disiksa selama masa diktator — membela Paus Fransiskus dan menyatakan tidak ada bukti bahwa ia bekerja sama dengan rezim militer.

Sejak menjadi paus, Fransiskus telah mengambil langkah-langkah untuk mengakui peran gereja dalam masa kelam Argentina.

Ia memulai proses beatifikasi bagi para imam yang dibunuh rezim, dan memerintahkan Vatikan membuka arsip-arsipnya bagi para korban dan keluarga mereka.

Yang pasti, Paus Fransiskus akan dikenang sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam Gereja Katolik global.

Dorongan reformasinya mengundang pujian sekaligus penolakan keras. Pandangan sosial dan ekonominya terus memecah opini, dan gaya kepemimpinan Paus Fransiskus telah membentuk kembali Vatikan dengan cara yang akan berdampak panjang. (Ant/KPO-3)

Iklan
Iklan