Oleh : Ahmad Barjie B
Pemerhati Sosial Keagamaan
Pendidikan shalat shalat untuk anak-anak sangat penting, misalnya berupa perintah, pembiasaan dan keteladanan orangtua terhadap anak, semua perlu diberikan sejak anak tersebut masih kecil. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Abi Daud, Rasulullah SAW bersabda, “Muru auladakum bish-shalati wahum abna’u sab’a sinina wadhribuhum ‘alaiha wahum abna’u ‘asyara sinina… (Suruhlah anak-anakmu shalat ketika mereka berusia 7 tahun, dan pukullah (jika tidak mau shalat) pada usia 10 tahun…). (Sunan Abi Daud, 1, tth: 133).
Agar anak-anak terbiasa shalat berjemaah, mereka hendaknya disuruh untuk pergi ke masjid. Sultan Turki Utsmani yang sangat terkenal, Muhammad al-Fatih, memperingatkan, apabila tidak ada lagi terdengar anak-anak ketawa-ketawa dan bermain-main di masjid, maka tunggulah 20 tahun ke depan, masjid akan sunyi dari jemaah. Peringatan yang sama juga disampaikan oleh Presiden Turki Recep Tayip Erdogan. Itulah sebabnya sekarang, para ulama dan orangtua di Turki tidak segan lagi untuk mengajak dan bermain-main dengan anak-anak di masjid, bahkan anak-anak yang rajin ke masjid diberi hadiah. Tentu tujuannya untuk memotivasi dan membiasakan mereka agar setelah remaja dan dewasa hatinya selalu dekat dengan masjid. Salah satu tanda orang yang kuat keimanan dan ketaqwaanya adalah apabila selalu dekat dengan masjid, bukan dekat rumahnya, tetapi sering shalat berjemaah dan mengikuti berbagai aktivitas dakwah, mendukung dan ambil bagian dalam usaha-usaha kemakmuran masjid.
Shalat selain berdampak secara individual juga sosial. Secara individual orang yang shalat dengan baik dan benar akan terhindar dari perbuatan keji dan munkar (QS al-Ankabut: 45). Di segi sosial, terutama shalat yang dilaksanakan secara berjemaah akan memperkuat ikatan silaturahim, persatuan dan kesatuan, bahkan menjadi indikator kekuatan umat Islam.
Diceritakan bahwa suatu kali seorang ulama asal Pakistan, Syekh Mawlana Thariq Jamil, berdakwah di Yordania. Ia shalat Subuh di sebuah masjid yang berbatasan antara Yordania dengan Israel. Beberapa tentara Israel yang berada di dekat lokasi masjid tersebut kemudian mendekat dan menjenguk ke dalam masjid lewat pintu, sambil tersenyum dan tertawa. Sang ulama sedikit terkejut, kemudian bertanya. Tentara Israel itu menjawab, bahwa ia merasa tenang dan gembira, setelah melihat jemaah shalat Subuh yang tidak begitu banyak. Menurut keyakinan orang-orang Yahudi-Israel, kalau jemaah shalat Subuh orang Islam tidak banyak, berarti umat Islam masih lemah, terpecah-belah, tidak kuat, artinya Israel masih berada di posisi yang kuat, menang dan berkuasa. Baru ketika nanti saat jemaah shalat Subuh di masjid sudah penuh sesak sama seperti jemaah shalat Jumat dan Hari Raya, ketika itulah Yahudi-Israel akan mampu dikalahkan oleh umat Islam.
Mengingat pentingnya shalat berjemaah ini, semua kalangan umat Islam harus terus menggelorakannya. Para guru dan orangtua hendaknya menyuruh siswa dan anak-anak shalat ke masjid. Tidak boleh para orangtua melarang atau memarahi anak-anak ke masjid, hanya karena ada yang “bagaya”, berisik atau bermain-main di masjid. Dunia anak-anak memang senang bermain sesamanya. Mereka tidak tahan untuk “tidak bermain-main”. Lihat saja, begitu habis shalat berjemaah, anak-anak biasanya langsung berdiri, berlari dan bergabung dengan teman-temannya, bahkan sambil shalat pun ada yang bermain-main. Hal ini tidak mengapa, lama kelamaan mereka akan menyadari dan memperbaiki shalatnya. Adjim Arijadi mengajak masyarakat memakmurkan masjid, dengan melaksanakan shalat berjemaah, ikut kegiatan ibadah dan dakwah lainnya. Tidak hanya orang dewasa, tetapi anak-anak pun harus ikut meramaikan masjid, sebab dari situ akan tertanam iman, sepanjang tidak mengganggu aktivitas ibadah.