Oleh : Pita
Aktivis Muslimah
Kewaspadaan terhadap isu Radikalisme sampai saat ini masih digaungkan. Begitupun upaya deradikalisasi pun terus dilakukan. Paham Radikalisme dianggap menjadi ancaman paling menakutkan di negeri hari ini. Padahal banyak hal yang harusnya jadi perhatian pemerintah untuk melayani rakyatnya. Terkait pendidikan, kesehatan, bahkan kemiskinan dan lainnya yang memang itu justru lebih urgent.
Dikutip dari antaranew.com(01/04/2025)Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Kalimantan Selatan (FKPT Kalsel) memperkuat kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi ancaman radikalisme dan terorisme pada era digital yang tersebar melalui media sosial (medsos).
“Saat ini begitu bebas konten-konten di media sosial di era digital ini, kita harus tingkatkan waspada paham-paham radikalisme dan terorisme,” ujar Ketua FKPT Kalsel, Muhammad Fauzi Makki di Banjarmasin, Sabtu.
Menurut dia, di era digital ini, media sosial muncul sebagai alat yang mampu melampaui batas ruang fisik dengan efektif, apalagi dunia maya sebagai tempat berselancar media sosial merupakan ruang non-fisik yang tidak memiliki batas.
Hal tersebut, ujar Dosen Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat (ULM) ini, dapat menimbulkan berbagai dampak, baik positif seperti menyatukan orang-orang yang terhalang oleh jarak dan waktu serta sebagai media untuk bertukar ide dan pikiran. Namun juga, papar Fauzi, berdampak negatif seperti memfasilitasi penyebaran konten-konten negatif dan ideologi-ideologi radikal yang mampu mengancam tatanan sosial bangsa.
Isu radikalisme tak jauh-jauh, sebenarnya sering dikaitkan dengan umat islam itu sendiri. Begitupun isu terorisme selalu dikaitkan dengan isu penegakan syariah. Isu ini justru malah menampilkan wajah buram untuk umat islam itu sendiri, padahal islam sejatinya membawa rahmat bagi seluruh alam.
Gerakan-gerakan Islam yang menyusung islam dicitrakan sebagai gerakan Radikal, tidak ubahnya seperti monster yang membahayakan. Padahal kalo kita lihat sendiri definisi dari Radikal itu berasal dari kata Latin “radix” yang berarti “akar”. Dalam KBBI, radikal diartikan sebagai “secara mendasar” atau “maju dalam berpikir atau bertindak”. Istilah ini juga bisa merujuk pada hal-hal yang mendasar, prinsip, atau esensial. Namun dalam konteks politik sering paham atau tindakan yang ekstrem dan seringkali menuntut perubahan drastis atau bahkan kekerasan untuk mencapai tujuan tertentu.
Sehingga program deradikalisasi ini mempunyai target untuk menjauhkan umat dari pemahaman Islam itu sendiri, yang mana Islam bukan hanya sebagai ibadah ritual saja tetapi sebagai idiologi yang punya aturan hidup berdasarkan sang pencipta yaitu Allah, oleh karena itu pemahaman mereka sejalan dengan ide-ide barat untuk menjauhkan Islam.
Ide tersebut justru bersumber pada yang memusuhi Islam itu sendiri. Bobroknya kondisi hari ini atas lemahnya pemahaman umat tentang identitas dirinya diakibatkan oleh sistem kapitalisme(pemisahan agama dari kehidupan).
Sistem kapitalisme adalah jalan hidup yang berdasarkan manfaat sehingga jalan ini justru banyak kerusakan di dalamnya. Aturan-aturan yang dibuat berdasarkan standar manusia.
Sehingga dengan adanya pemecah belah umat dengan isu radikalisme, umat fokusnya akan teralihkan dengan saling memusuhi saudara seimannya.
Sistem kapitalisme yang menolak agama dijadikan dasar negara karena beranggapan agama hanya berfungsi untuk mengatur individu saja bukan negara sehingga apapun kebijakan yang dikeluarkan oleh negara yang menganut sistem ini maka tidak memandang baik ataupun buruknya tetapi memandang berdasarkan manfaat nya.
Rakyat tidak boleh terjebak dengan segala propaganda janji manis yang dijanjikan oleh sistem kapitalisme bahkan ide-ide yang keluar yang anggapannya hal biasa tetapi nyatanya untuk melawan islam itu sendiri. Rakyat harus jeli melihat hal tersebut. Apalagi jika ada yang mengatakan islam sebagai radikalisme dalam makna negatif, padahal islam tidak mungkin tegak dengan baik jika diperjuangkan melalui jalan kekerasan.
Oleh karenanya paham dan aktivitas terorisme jelas bukan dari islam.
Isu radikalisme yang dikeluarkan oleh barat adalah isu yang sudah basi karena sering diulang-ulang, Barat tidak akan rela jika kemenangan ada pada kaum muslimin, dengan isu ini hal tersebut justru semakin membangkitkan gelombang kebangkitan Islam.
Makin dimonsterisasi justru makin membuat umat cinta terhadap islam, karena hal tersebut justru menjadi tanda tanya besar. Umat justru semakin mengenal islam itu sendiri dengan ide-ide yang dikeluarkan ternyata bertentangan dan menjadikan umat mencari identitas sebenarnya bahwasanya isu negatif yang dikeluarkan tidak sesuai apa yang ada dalam Alquran, qiyas, dan ijma sahabat.
Ide Khilafah akhirnya pun dikenal banyak masyarakat, sehingga ide tersebut tidak akan mati, melainkan senantiasa hidup hingga kemenangan akan janji Allah atas umat ini ditemui.
Islam rahmatan lil alamin yang sesungguhnya akan ditemui dari diri umat ini. Sebagaimana yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi-Nya, Muhammad SAW. Islam yang benar-benar diterapkan sebagaimana yang pernah diterapkan selama 13 abad lamanya. Islam yang memimpin umat manusia dari Barat, Timur, utara Hingga Selatan dibawah naungan Institusi Khilafah Islamiyah. Wallahualam bisawab.