Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Banjarmasin

Sosialisasi Pengolahan Sampah Organik Jadi Kompos, Kadis Kominfo Ajak Pegawai Membiasakan Diri Memilah Sampah

×

Sosialisasi Pengolahan Sampah Organik Jadi Kompos, Kadis Kominfo Ajak Pegawai Membiasakan Diri Memilah Sampah

Sebarkan artikel ini
Hal 5 3 KLm Kontrak Satu Gabung 2
SOSIALISASI - Kepala Dinas Kominfotik Kota Banjarmasin, Windiasti Kartika, ST, MT, dalam sosialisasi pengelolaan sampah menjadi kompos yang digelar Jumat, (11/4/2025). (KP/Dsikominfotik)

Banjarmasin, Kalimantanpost.com – Tumpukan sampah di sudut-sudut kota bukan lagi sekadar pemandangan yang mengganggu estetika, tapi menjadi ancaman nyata bagi kesehatan lingkungan Kota Banjarmasin. Sejak ditutupnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Basirih oleh Kementerian Lingkungan Hidup awal Februari 2025 lalu, Pemerintah Kota Banjarmasin terus berupaya mencari solusi terbaik jangka pendek maupun jangka panjang berkelanjutan. Tak terkecuali bagi Diskominfotik Banjarmasin.

“Sejak enam bulan sebelum ditutup, kami sebenarnya sudah diberi peringatan oleh Kementerian. Tapi kita lalai. Tidak ada langkah nyata, tidak ada upaya pengelolaan. Sampah hanya ditumpuk. Ditumpuk saja, seperti bikin gunung,” tegas Kepala Dinas Kominfotik Kota Banjarmasin, Windiasti Kartika, ST, MT, dalam sosialisasi pengelolaan sampah menjadi kompos yang digelar Jumat, (11/4/2025).

Baca Koran

TPA Basirih ditutup lantaran pelanggaran terhadap regulasi nasional soal pengelolaan sampah. Sistem open dumping atau hanya menumpuk tanpa pengolahan masih diterapkan, meski sejak 2008 telah dilarang. “Kementerian maunya minimal sanitary landfill, ditutup tanah, dipindah, dikelola. Tapi itu pun tak dilakukan,” ucap Windi.

Hal 5 3 KLM Kontrak 2 Gabung 1

Diketahui, Banjarmasin menghasilkan rata-rata 600 ton sampah per hari, sementara kuota pembuangan ke TPA regional Banjarbakula hanyalah 105 ton. “Bayangkan, sisanya 500 ton itu mau dibuang ke mana? Sampah sekarang menumpuk, berbau, menyebar penyakit. Tapi ini harus jadi shock therapy, bukan alasan untuk menyerah,” ungkapnya penuh optimis.

Mendukung hal tersebut, gerakan memilah dan mengelola sampah secara mandiri pun dimulai dari internal staf Diskominfotik. “Kita jangan tunggu aturan. Kita mulai di kantor ini. Kita pilah, kita olah sendiri jadi kompos,” ajaknya kepada seluruh ASN dan non-ASN.

Windi juga mengimbau stafnya dilingkup Diskominfotik Banjarmasin agar ikut memanfaatkan bank sampah. “Bawa saja sampah anorganik ke bank sampah. Dapat uang, ada buku tabungannya. Kalau tak sempat, kasih ke pengepul. Jadi rezeki bagi mereka juga,” pesannya.

Baca Juga :  Pansus III DPRD Kalsel Kaji Penyusunan LKPj ke DKI Jakarta, Gandeng SKPD dan UPTD Mitra Kerja

Ia menyoroti kebiasaan warga termasuk para ASN Kominfotik yang banyak menyumbang sampah organik karena perilaku konsumtif. “Kulkas penuh makanan yang basi. Makanan tak dimakan. Itu jadi komposisi terbesar sampah kita,” ujar Windi.

Menurut Windi, perubahan harus dimulai dari rumah, dari kantor, dan dari diri sendiri. “Kalau ada yang belum tahu cara bikin kompos, ayo, nanti kita datangkan ahlinya. Atau kita sama-sama ke tempat pengolahan sampah, belajar langsung,” sambungnya.

Dinas Kominfotik kini menyediakan tempat sampah terpilah: hijau untuk organik, kuning/putih untuk anorganik, hitam/abu untuk residu, dan merah untuk B3. Di kantor pun sudah mulai praktik membuat kompos dari sisa makanan dan daun kering.

“Jangan malu. Mulai saja dari rumah. Pilah. Kalau tidak sekarang, kapan lagi? Kita sedang dalam krisis,” bebernya, baru-baru tadi.

“Jangan tunggu TPA Basirih dibuka kembali. Mari kita berubah. Banjarmasin bersih, bukan karena petugas kebersihan saja, tapi karena kesadaran kolektif warganya,” pungkasnya.(nau/K-3)

Iklan
Iklan