Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Generasi Rusak Dalam Penerapan Sistem Pendidikan Kapitalisme

×

Generasi Rusak Dalam Penerapan Sistem Pendidikan Kapitalisme

Sebarkan artikel ini

Oleh : Pita
Aktivis Muslimah

Pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) 2025 kali ini sangat disayangkan. Pasalnya dalam pelaksanaan tes tersebut panitia menemukan adanya kecurangan dari para peserta.

Baca Koran

Dikutip dari kompas.com (01/05/2025) Pada hari pertama ujian, Rabu (23/04/2025) tim Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) menemukan ada sembilan kasus kecurangan. Lalu, pada Kamis (24/4/2024), tercatat ada lima kasus. Ketua umum penanggung jawab SNPMB, Prof Eduart Wolok mengatakan jika dilihat dari total peserta yang hadir pada sesi 1 hingga 4 yaitu sebesar 196.328 ada temuan kecurangan sebanyak 0,0071 persen kasus.

Sangat disayangkan untuk tes memasuki perguruan tinggi saja ditemukan adanya kecurangan, apalagi motif kecurangan bermacam-macam agar tidak diketahui oleh panitia, padahal disisi lain soal yang diberikan ke masing-masing peserta berbeda-beda.

Dikutip dari kompas.com (01/04/2025), Prof Eduart Wolok mengatakan, telah menyiapkan paket soal sejumlah sesi yang diselenggarakan dan berbeda untuk setiap sesinya kecuali soal-soal yang dipergunakan untuk penyetaraan. Sehingga dipastikan tidak ada kebocoran soal UTBK.

Modus baru kecurangan yang dilakukan para peserta, menurut Prof Eduart Wolok bervariasi. Misalnya, ada peserta yang menggunakan kamera dan dipasang di behel (braces gigi), kuku, ikat pinggang dan kancing yang tidak terdeteksi menggunakan metal detector.

Pemanfaatan teknologi untuk mengakali test UTBK menggambarkan buruknya akhlak calon mahasiswa. Hal ini tentu menjadi PR bagi kita semua karena keadaan ini bukti bahwa gagalnya sistem Pendidikan dalam mewujudkan generasi berkepribadian Islam dan memiliki ketrampilan.

Teknologi yang seharusnya digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat, terlebih untuk membantu masyarakat tapi justru disalah gunakan oleh calon mahasiswa, yang mana mereka adalah agen-agen perubahan suatu bangsa, tentu kehadirannya ditunggu-tunggu. Namun hal ini sangat disayangkan, budaya menyontek seakan terus terulang. Hal ini dikuatkan oleh survey KPK, yang menyebutkan banyak siswa SMA dan mahasiswa yang menyontek.

Baca Juga :  Barito Putera di Ujung Tanduk, Perlu Semangat, Strategi, dan Bonus Bertemu di Lapangan

Dikutip dari detik.com (01/05/2025), disampaikan oleh Deputi Bidang Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat KPK, Dadan Wardana dalam acara Peluncuran Indeks Integritas Pendidikan 2024 dan Penandatanganan Komitmen Bersama Penyelenggaraan Pendidikan Antikorupsi Dalam kejujuran akademik, pada kasus menyontek masih ditemukan pada 78% sekolah dan 98% kampus. Dengan kata lain menyontek masih terjadi pada mayoritas sekolah maupun kampus”.

Survei yang dilakukan oleh KPK antara siswa dan mahasiswa bahwasannya ditemukan 38,4% siswa meminta orang lain mengerjakan tugasnya. Kemudian, 20,69% siswa memilih menyontek daripada harus belajar. Tak sedikit juga siswa mengaku bahwa mereka tidak berani menolak ajakan menyontek. Angka survei atas perbuatan tersebut sebesar 25,28%.

Angka tersebut ternyata lebih banyak ditemukan dari mahasiswa dalam ketidakjujuran akademik. Kasus menyontek dilaporkan sebanyak 57,87%,

Kemudian sebanyak 51,7% mahasiswa mengaku meminta orang lain mengerjakan tugas, 2,79% memilih menyontek daripada belajar, dan 26,05% tidak berani menolak ajakan menyontek. Belum lagi ditambah dengan adanya plagiarisme, pada kasus ini KPK menemukan kasus plagiarisme pada kampus 43% sedangkan pada sekolah 6%.

Ada apa dengan pendidikan hari ini? Pendidikan yang sejatinya adalah pilar sebuah bangsa namun justru hari ini bermasalah. Dikatakan, bahwa cara merusak generasi bukan dengan peperangan tetapi dengan pendidikan. Dengan pemikiranlah cara ini akan mudah menghancurkan generasi-generasi harapan. Namun sungguh sangat disayangkan dengan ditemuinya kecurangan-kecurangan pada proses pendidikan, hal ini menjadi tanda tanya besar. Kemana arah orientasi dari pendidikan itu sendiri. Abai terhadap halal dan haram, sehingga yang menjadi tolak ukur adalah materi, bagaimana dengan hasil ujian yang memuaskan agar bisa lulus dalam ujian, untuk melanjutkan ke kampus-kampus pilihan.

Buah hasil dari pendidikan sistem sekuler kapitalislah yang menjadi dampak dari rusaknya pendidikan generasi hari ini. Sistem sekuler ala Barat ini hanya berproses pada transfer ilmu saja. Sistem kapitalis yang berlandaskan materi, yang mengenal untung dan rugi tetapi tidak mengenal halal dan haram. Oriantasi kehidupan yang berstandar pada manfaat justru merusak masyarakat. Ukuran keberhasilan pendidikan adalah bagaimana nantinya lulus dari sekolah ataupun kampus bisa mendapatkan materi sebanyak-banyaknya.

Baca Juga :  DAMPAK KENAIKAN DOLAR

Berbeda dengan sistem Islam. Islam menjadikan ukuran kebahagiaan adalah keridhoan Allah. Negara Islam akan menjaga agar setiap individu senantiasa terikat dengan aturan Allah. Terlebih dalam hal pendidikan.

Islam menjadikan esensi pendidikan sebagai transfer karakter yang membentuk manusia-manusia yang punya akhlak mulia. Menyadari bahwasannya tujuan hidup di dunia ini adalah beribadah kepada Allah. Pendidikan dalam islam akan berhasil apabila memahami siapa diri mereka, untuk apa di dunia, dan akan kemana setelah kehidupan dunia. Sehingga dengan kesadaran tersebut tentu halal dan haram menjadi perhatian.

Pendidikan dalam islam menjadikan agar ilmu yang didapat bisa bermanfaat untuk ummat.

Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad).

Lihatlah bagaimana pendidikan Rasulullah SAW pada para sahabat bahkan setelah Rasulullah wafat akan ada generasi-generasi penerus yang menghasilkan generasi-generasi hebat bahkan dan dengan kurikulum yang tidak bergonta-ganti yang kurikulumnya adalah pendidikan dalam islam, sehingga dengan kuatnya kepribadian islam, kemajuan teknologi pun akan dimanfaatkan sesuai dengan tuntunan Allah, dan untuk meninggikan kalimat Allah.

Mari kembali kepada sistem Islam, yang rahmatnya ada pada seluruh alam. Allah SWT juga berfirman, “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam”. (QS Al Anbiya : 107). Wallahualam bisshowab

Iklan
Iklan