Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Memerdekakan Palestina secara Hakiki dari Penjajahan

×

Memerdekakan Palestina secara Hakiki dari Penjajahan

Sebarkan artikel ini

Oleh : Nor Aniyah, S.Pd
Penulis, Pemerhati Masalah Sosial dan Generasi.

Presiden dalam pernyataan resminya menyatakan kesiapannya menampung sementara warga Palestina yang terdampak perang di Gaza. Tujuannya adalah memberikan perawatan medis dan dukungan psikologis hingga kondisi di Gaza memungkinkan para pengungsi kembali ke tanah air mereka (tempo.co).

Baca Koran

Ia menyatakan kesiapan Indonesia mengirimkan pesawat guna menjemput para korban dalam gelombang pertama evakuasi. Ia memperkirakan gelombang pertama evakuasi bisa mencakup sekitar 1.000 orang saat dirinya memulai kunjungan ke Timur Tengah dan Turki (kompas.com).

Rencana ini masih dalam tahap konsultasi dengan pihak-pihak terkait, termasuk otoritas pihak Palestina dan negara-negara di Timur Tengah seperti Uni Emirat Arab, Turki, Mesir, Qatar, dan Yordania. Presiden juga telah mengutus Menteri Luar Negeri untuk berkoordinasi dengan pemerintah Palestina mengenai mekanisme evakuasi (detik.com). Menurut pihak berwenang Palestina, sejak perang Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023, serangan militer Zionis ke Gaza telah menewaskan lebih dari 50.000 warga Palestina (kompas.com)

Rencana Indonesia untuk merelokasi sementara warga Gaza ke tanah air yang dikemas dalam misi kemanusiaan sejatinya menimbulkan kekhawatiran mendalam bagi berbagai kalangan. Sebab, persoalan Palestina bukan semata-mata persoalan kemanusiaan, bukan sekadar soal korban luka, yatim piatu, atau yang mengalami trauma. Masalah Palestina adalah masalah penjajahan dan pendudukan yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

Ini adalah persoalan ideologis dan agama yang seharusnya dipahami secara utuh oleh umat Islam dan para pemimpin di negeri-negeri Muslim. Dengan menjadikan solusi kemanusiaan sebagai pendekatan utama seperti evakuasi, dan penampungan sementara para penguasa negeri-negeri Muslim justru terkesan menjauh dari solusi hakiki yang telah ditunjukkan syariat, yakni jihad fisabilillah untuk membebaskan tanah suci dan menolak penjajahan.

Solusi semacam ini tidak menyentuh akar persoalan, bahkan berpotensi memperlemah posisi umat Islam dunia untuk mengirimkan tentaranya ke Gaza. Lebih dari itu langkah-langkah seperti ini seringkali justru mengikuti narasi dan kepentingan Barat, terutama Amerika Serikat yang sejak awal diketahui sebagai pendukung utama otoritas entitas Zionis.

Baca Juga :  Ir Pangeran Mohamad Noor, Pelopor Normalisasi Sungai

Dengan mengalihkan perhatian umat Islam dari perjuangan pembebasan ke isu kemanusiaan semata, Amerika Serikat semakin leluasa menjalankan agenda geopolitiknya di Timur Tengah. Dukungan terbukanya terhadap genosida yang dilakukan Zionis pun menjadi lebih mudah diterima masyarakat internasional. Sebab, umat Islam sendiri telah digiring melihat persoalan ini dari kacamata kemanusiaan yang sempit bukan sebagai bentuk penjajahan yang wajib dilawan dengan jihad. Solusi ini juga terkesan membiarkan Zionis merebut tanah suci milik kaum Muslimin.

Solusi-solusi yang diambil para penguasa negeri-negeri Muslim saat ini lebih mencerminkan upaya untuk menjaga hubungan baik dengan tuan mereka di Barat. Ketimbang menunjukkan keberpihakan sejati terhadap penderitaan dan perjuangan rakyat Palestina. Sudah saatnya umat Islam menyadari, tidak akan ada keadilan sejati bagi Palestina selama masih mengabaikan akar persoalan dan solusi ideologis yang telah ditetapkan Islam.

Persoalan Palestina sejatinya bukan hanya tentang kemanusiaan. Bukan pula sekadar konflik antara dua negara atau bangsa. Ini adalah masalah penjajahan atas tanah kaum Muslimin, penodaan terhadap kesucian tanah para Nabi, dan pendudukan atas wilayah Islam, yang semestinya dijaga dan dibela seluruh umat.

Allah SWT berfirman, “Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah dan (sehingga) agama hanya untuk Allah semata. Jika mereka berhenti, maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Anfal: 39).

Ayat ini menegaskan, jihad disyariatkan untuk menghapuskan fitnah (yakni kekafiran dan penindasan terhadap Islam dan umatnya). Serta menegakkan kedaulatan IsIam sepenuhnya. Tidak cukup dengan mengecam atau berdiplomasi apalagi hanya memberi bantuan medis, selama penjajahan masih berlangsung jihad tetap menjadi kewajiban.

Nabi Muhammad SAW juga bersabda, “Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya…” (HR. Muslim).

Mengubah dengan tangan yang dimaksud hadist ini adalah melalui penguasa dengan segala kewenangan yang dimilikinya, yakni Khalifah. Tanpa adanya Khilafah, tidak ada institusi yang benar-benar bisa menggerakkan kekuatan militer umat Islam secara menyeluruh untuk membebaskan Palestina. Negara-negara Muslim saat ini tercerai-berai, masing-masing tunduk pada batas wilayah nasionalisme sempit dan kepentingan geopolitik asing. Inilah yang membuat seruan jihad tidak pernah terwujud secara nyata dan menyeluruh.

Baca Juga :  Profesor Uras Tantulo dan Budidaya Ikan Gabus

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Imam/Khalifah adalah perisai. Di belakangnya orang-orang berperang dan dengannya mereka berlindung.” (HR. Muslim).

Hadis ini menunjukan bahwa kekuatan jihad yang terorganisasi harus berada di bawah kepemimpinan seorang Khalifah. Tanpa Khilafah, jihad akan terfragmentasi, tidak terkoordinasi dan tidak memiliki dampak strategis global untuk membebaskan negeri-negeri Muslim termasuk Palestina.

Apa yang terjadi hari ini adalah pengkhianatan terhadap isu Palestina oleh banyak penguasa negeri-negeri Muslim. Mereka terus mendorong solusi perdamaian dua negara, relokasi pengungsi, bahkan normalisasi hubungan dengan Zionis. Padahal, semua itu adalah solusi buatan Barat, terutama Amerika Serikat untuk menjaga eksistensi entitas Zionis dan memastikan hegemoni mereka di Timur Tengah. Sudah saatnya kita menyadari, tiada solusi selain kembali kepada syariat Islam secara kaffah di bawah naungan Khilafah. Dan hal ini hanya bisa terwujud melalui perjuangan dakwah bersama kelompok dakwah Islam ideologis.

Masalah Palestina masih menjadi peristiwa yang paling besar bagi dunia Islam kini. Masalah tersebut juga membuka tabir rezim negeri-negeri Islam yang bergantung pada Barat membuat mereka tidak bisa mengambil sikap tegas terhadap Zionis Yahudi. Jadi, bila serius ingin memerdekakan Palestina secara hakiki dari penjajahan, maka pemahaman kaum Muslim sendiri harus dikembalikan.

Pertama, kembali menjadikan akidah Islam sebagai ikatan Muslim sedunia. Kedua, kembali membaiat khalifah untuk menerapkan syariat Islam secara kaffah. Ketiga, kembali berjihad mengusir entitas penjajah Zionis di Palestina dan entitas penjajah di mana pun termasuk di Arakan, Turkistan Timur, dan lainnya.

Iklan
Iklan