Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Mengendalikan Sampah Melalui Gerakan Desa Peduli Sampah

×

Mengendalikan Sampah Melalui Gerakan Desa Peduli Sampah

Sebarkan artikel ini

Oleh : Tri Meilani Ameliya
Pemerhati Lingkungan Hidup
 
Masalah sampah masih menjadi tantangan yang terus diupayakan penyelesaiannya oleh pemerintah dan pihak terkait lainnya, mulai dari aktivis lingkungan hingga masyarakat.

Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) mencatat bahwa Indonesia menghasilkan sekitar 33,82 juta ton timbulan sampah pada tahun 2024. Data itu dihimpun dari 314 kabupaten/kota di tanah air.

Baca Koran

Merespons fakta tersebut, pemerintah tidak tinggal diam. Sejumlah langkah mulai diambil sejumlah kementerian/lembaga, tidak terbatas pada Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), di antaranya adalah Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT) yang menggagas peluncuran Gerakan Desa Peduli Sampah.

Peluncuran gerakan itu ditandai dengan sebuah deklarasi yang dipimpin langsung oleh Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT) Yandri Susanto di Alun-alun Cikande, Kabupaten Serang, Banten pada Jumat (16/5) lalu.

Menurut Yandri, Gerakan Desa Peduli Sampah menjadi salah satu pendekatan strategis dari pemerintah untuk menanggulangi persoalan sampah dari titik paling awal, yaitu masyarakat desa.

Realita bahwa permasalahan sampah tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah pusat saja, tetapi juga membutuhkan keterlibatan aktif dari masyarakat, terutama masyarakat desa, menjadi salah satu pendorong bagi Kementerian Desa untuk menghadirkan gerakan tersebut. Gerakan Desa Peduli Sampah diharapkan bisa menjadi budaya hidup masyarakat desa, bukan sekadar kegiatan seremonial.

Lebih lanjut, Menteri Yandri mengingatkan bahwa kualitas lingkungan pada dasarnya berbanding lurus dengan kualitas hidup masyarakat. Dengan demikian, menurutnya, sudah sepatutnya penanganan sampah dimulai dengan cara pandang yang baru seperti mengutamakan pengelolaannya dan menjunjung prinsip kolaboratif.

Sebagaimana yang disampaikan oleh pengamat lingkungan dari Universitas Negeri Padang Prof Indang Dewata, pengurangan sampah yang paling efektif memang memerlukan kontribusi masyarakat. Pengurangan sampah dapat dilakukan dengan langkah sederhana, seperti pemilahan yang dilakukan oleh masyarakat di rumahnya masing-masing.

Baca Juga :  Butuh Transformasi Total, Bukan Hanya Ekonomi Digital

“Pemilahan dan pengurangan sampah dapat dimulai dari sumbernya, yaitu rumah tangga. Dengan langkah pilah-pilih sampah dari rumah, daur ulang sampah plastik bekas pakai lebih mudah dilakukan dan lebih bernilai tinggi karena kualitasnya lebih baik,” kata dia.

Tiga komitmen utama

Melalui Gerakan Desa Peduli Sampah, Kementerian Desa merumuskan tiga komitmen utama yang perlu dilakukan dari desa. Pertama adalah komitmen desa untuk mengurangi jumlah sampah dari sumbernya. Kedua, komitmen dalam mengelola sampah secara ramah lingkungan. Ketiga, meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah.

Kementerian Desa bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup menjadikan ketiga komitmen tersebut sebagai fondasi kerja pengelolaan sampah berbasis komunitas desa yang berkelanjutan.

Dalam gerakan tersebut, Kementerian Desa juga mendorong perubahan paradigma masyarakat terhadap sampah. Sebagaimana disampaikan oleh Yandri, masyarakat perlu memahami bahwa sampah bukan hanya masalah, melainkan juga berpotensi menjadi peluang ekonomi jika dikelola dengan baik dan tepat.

“Kalau kita lakukan penanganan secara baik, sampah akan memberikan keuntungan yang luar biasa. Kita yakin dengan gerakan ini sekaligus kita menyukseskan Astacita Keenam Presiden Prabowo, yaitu membangun dari desa dan dari bawah untuk pemerataan ekonomi,” kata mantan Wakil Ketua MPR RI itu.

Ia mencontohkan berbagai inovasi pengelolaan sampah yang dapat dilakukan oleh masyarakat di desa, seperti pemanfaatan limbah organik untuk budi daya maggot atau hewan pengurai, pembuatan kerajinan dari sampah plastik, hingga konversi sampah menjadi energi listrik. Telah banyak pihak di Indonesia yang berhasil membuktikan bahwa sampah bisa menjadi sumber pendapatan yang menjanjikan.

Sebagai salah satu langkah konkret dalam memulai Gerakan Desa Peduli Sampah, Kementerian Desa menggelar Lomba Desa Bebas Sampah yang saat ini sedang dalam tahapan penilaian. Dalam kompetisi itu, desa-desa peserta akan dinilai berdasarkan inisiatif, keberlanjutan, dan dampak nyata yang dihadirkan melalui pengelolaan sampah yang mereka jalankan.

Baca Juga :  IBADAH

Pengumuman pemenang dijadwalkan akan dilakukan oleh Kementerian Desa pada Agustus mendatang. Lomba bersih-bersih di desa itu digelar sebagai sarana pemacu menuju budaya lingkungan bersih.

Sementara itu, dalam pandangan Wakil Menteri Lingkungan Hidup Diaz Hendropriyono, yang turut hadir dalam acara peluncuran Desa Peduli Sampah, desa sejatinya memegang peranan strategis dalam pencapaian target nasional pengurangan sampah. Inisiatif dari desa dalam pengendalian sampah akan memberikan efek ganda, yakni lingkungan yang lebih sehat sekaligus peningkatan kesejahteraan melalui ekonomi sirkular.

Diketahui, ekonomi sirkular merupakan sistem ekonomi yang bertujuan untuk meminimalkan limbah dan memaksimalkan penggunaan kembali sumber daya. Berbeda dengan ekonomi linear (ambil–pakai–buang), ekonomi sirkular mendorong daur ulang, perbaikan, dan penggunaan kembali produk atau bahan agar tidak cepat menjadi sampah.

Langkah tersebut juga sejalan dengan visi pembangunan rendah karbon yang menjadi komitmen pemerintah dalam agenda perubahan iklim global. Pngelolaan sampah yang baik diyakini akan memberikan berkontribusi langsung pada penurunan emisi gas rumah kaca, terutama dari sektor limbah domestik.

Dengan semangat gotong royong, inovasi, dan keterlibatan masyarakat, Gerakan Desa Peduli Sampah membuka harapan baru bagi Indonesia untuk mengatasi masalah sampah dari akar rumput. Dari desa, perubahan besar bisa dimulai.

Iklan
Iklan