Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
BanjarmasinHEADLINE

Misteri Proyek Sungai Veteran, Antara Revitalisasi atau Pengrusakan Lingkungan

×

Misteri Proyek Sungai Veteran, Antara Revitalisasi atau Pengrusakan Lingkungan

Sebarkan artikel ini
IMG 20250515 WA0033 1
URUG TANAH - Proses Urug Tanah yang dinilai membuat semakin sempit lebar Sungai Veteran di Banjarmasin. (Kalimantanpost.com/zahidi).

BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Proyek National Urban Flood Resilience Project (NUFReP) yang mengerjakan revitalisasi sungai dan pengendalian banjir perkotaan dengan didanai Bank Dunia dan dilaksanakan di beberapa kota di Indonesia, termasuk Banjarmasin.

Di Banjarmasin, NUFReP difokuskan pada Sungai Veteran, dengan tujuan meningkatkan kapasitas sungai dan membangun infrastruktur penunjang seperti revetmen, jalan baru, dan jembatan.

Baca Koran

Alih-alih meningkatkan kapasitas sungai, ditengah masih berproses, program ini banyak mendapat sorotan publik dan menuai komentar negatif, mulai dari dinilai melakukan penyempitan sungai, hingga yang lebih berat dianggap bagian dari pengrusakan lingkungan.

Sebut saja salah satunya, aktivis lingkungan yang sering vokal menyuarakan penolakan terhadap pengrusakan lingkungan di Kalimantan Selatan, yakni Anang Rosadi Adenansi yang mengira proyek tersebut awalnya adalah revitalisasi sungai. Setelah dikerjakan yang lebih tampak adalah seperti kejahatan terhadap lingkungan, sebab yang dikerjakan justru merusak sungai.

“Inilah yang membuat saya kemudian bertanya ke PPID Kementerian PUPR melalui Balai Wilayah Sungai Kalimantan III Banjarmasin tentang detail Engineering desain atau DED dan RAB, tetapi mereka menolak dengan alasan hal tersebut salah satu yang dirahasiakan,” ungkap Anang Rosadi kepada awak media ini.

Atas dasar hal itu, Anang menilai dirinya dan masyarakat umum tidak bisa mengetahui apa yang mereka rencanakan, tetapi yang jelas dan dapat dilihat dengan mata telanjang adalah Sungai Veteran dirusak dengan dilakukan penyempitan.

Anang pun menegaskan tidak ada alasan pembenaran kalau sungai ditutup dan dipasang pompa, hal itu, ujarnya, sama dengan membunuh sejarah dan peradaban Kota Kayuh Baimbai.

“Semua daerah menata sungai tapi di kota Seribu Sungai, seribu imam artinya banyak ulama, sayangnya kita seperti membiarkan perusak alam datang ke kota ini,” ucap Anang dengan penuh keprihatinan.

Baca Juga :  Hingga Mei, 18 Kasus Kejahatan Seksual Terhadap Anak Terjadi di Banjarmasin

Jika berkaca pada daerah lain, Anang membeberkan, sudah ada tutorial cara mengatasi banjir seperti yang dilakukan dengan merevitalisasi sungai di Jawa Barat (Jabar), yakni dilakukan pemerintah bersama BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai). Tetapi di Banjarmasin, Kalimantan Selatan justru yang terjadi sebaliknya, yakni BWS bekerjasama dengan Pemerintah Kota merusak sungai yang ada bukan revitalisasi.

“Anehnya di Kota Banjarmasin ini, Sungai Veteran itu diuruk tanah dari luasan sungai 20 meter lebih disisakan hanya 8 meter saja,” kata Anang.

Lebih lanjut, Anang pun mengakui sudah kerap berkoordinasi dengan pihak BWS untuk mengetahui bagaimana sistem atau teknologi yang digunakan oleh para pelaksana untuk menambah daya tampung air, sementara kasat mata terjadi penyempitan sungai.

Namun diungkapkannya, hal yang sama selalu ia temui dengan dalih dokumen DED merupakan salah satu yang sifatnya rahasia yang tidak bisa disebarluaskan kepada pihak lainnya.

Di sisi lain, informasi terhimpun, Progres Peningkatan Kapasitas Sungai Veteran yang merupakan bagian dari NUFReP tahap I telah mencapai 25 persen, dengan pengerjaan yang dilakukan mencakup pemancangan CCSP atau panel beton penahan air aliran Sungai Veteran, sepanjang 300 meter.

Selain pemasangan CCSP, juga dilakukan pengurugan tanah untuk area jalan inspeksi, pembangunan lima jembatan, pemasangan pintu air serta pemasangan pompa, untuk mengendalikan aliran air ke Sungai Martapura guna mencegah banjir rob.

Proyek ini diyakini oleh BWS akan mampu meningkatkan daya tampung Sungai Veteran, yang sekarang hanya memiliki volume debit banjir 3,5 meter kubik/detik mampu meningkat 10 kali lipat menjadi 35 meter kubik/detik saat semua pengerjaan rampung nanti.

Sementara, menurut salah satu sumber kredibel yang tak ingin disebutkan identitasnya mengungkapkan, belum ada proyek pompa air di lahan rawa yang berhasil seratus persen, jika Kota Banjarmasin berhasil maka hal tersebut mampu menjadi contoh bagi daerah-daerah lahan rawa lainnya.

Baca Juga :  Tiga Jemaah Haji Kalsel dan Dua asal Kalteng dari Debarkasi Banjarmasin Wafat di Tanah Suci

“Saat ini yang kita ketahui, belum ada teknologi semacam ini berhasil mengendalikan banjir di lahan rawa, tapi kalau ini berhasil, ini luar biasa, dan menjadi percontohan bagi daerah lahan rawa yang lain, tentu ini akan sangat bagus untuk Kota Banjarmasin,” singkatnya.

Hingga berita ini diterbitkan, awak media ini masih belum mendapat respon apapun dari upaya konfirmasi ke Bidang Sungai Dinas PUPR Kota Banjarmasin selaku instansi teknis Pemko Banjarmasin yang mengurusi soal pengelolaan dan penataan sungai di Banjarmasin. (sfr/KPO-4).

Iklan
Iklan