Oleh : AHMAD BARJIE B
Jumat 2 Mei 2025 lalu saya shalat Jumat di Masjid al-Jihad Banjarmasin. Keuntungan shalat di sini, baik shalat Jumat maupun shalat fardlu lima waktu, kita biasanya juga sekaligus shalat jenazah, karena boleh dikatakan selalu ada jenazah yang dishalatkan di masjid ini. Jadi, selain menunaikan kewajiban, kita juga beroleh pahala menshalatkan jenazah secara sukarela.
Khatib yang berkhutbah Jumat itu adalah Ust. Mairijani, ulama dan cendekiawan muda yang juga dosen Politeknik Banjarmasin. Karena sudah memiliki jam terbang yang tinggi dalam dakwah, maka tampilan ustadz muda ini meyakinkan, fasih dan menguasai materi yang disampaikan.
Satu hal yang menarik perhatian saya adalah, khatib menyampaikan materi tentang pemberdayaan ekonomi masyarakat kelas menengah bawah, UMKM, produk dalam negeri dan produk lokal. Masyarakat dianjurkan untuk membelanjakan hartanya dalam perspektif pemberdayaan ekonomi, dengan cara membeli produk dalam negeri, produk lokal yang ada di daerah kita sendiri. Apakah itu terkait dengan kuliner, kerajinan, produk barang dan jasa dan sebagainya.
Walaupun barang dan jasa yang mereka tawarkan tidak selalu kita butuhkan, namun jika kita membelinya, itu sangat membantu untuk mengepulkan asap dapur mereka dan membuat usaha mereka dapat terus bertahan. Dengan cara itu maka selain berbelanja, juga sekaligus menghidupkan ekonomi kelas menengah bawah.
Jika cara ini mampu kita lakukan, maka hakikatnya kita juga bersedekah kepada mereka secara sembunyi atau secara tidak langsung. Cara ini jauh lebih terpuji daripada kita memberi peminta-minta yang menjadi profesinya sehari-hari. Artinya kita lebih baik memberi dengan cara membeli jualan orang yang berusaha tapi hasilnya kurang, daripada memberi peminta-minta, terlebih mereka yang meminta itu tidak cacat dan masih dalam usia produktif, yang seharusnya mampu bekerja keras.
Selama ini nilai tukar rupiah terhadap dolar juga lemah, artinya dolar selalu mendominasi dan cenderung tinggi di atas rupiah. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan terhadap uang dolar masih tinggi. Ini semua, menurut Ust. Mairijani juga dapat diturunkan atau distabilkan dengan membeli produk dalam negeri dan produk lokal. Jangan karena gengsi kita suka membeli produk luar negeri. Kita sering mengecam pemerintah karena tidak berhasil menstabilkan rupiah, tapi kita tidak berbuat apa-apa untuk membuat nilai rupiah menguat.
Sebenarnya wacana membeli produk lokal dan dalam negeri sudah lama dicanangkan oleh pemerintah. Presiden Soeharto dulu berkali-kali menekankan agar masyarakat menghargai produk lokal, yang kualitasnya tidak kalah dengan prduk luar. Beliau ingin agar usaha-usaha dalam negeri bisa berkembang dan bersaing. Beliau khawatir kalau usaha-usaha itu akhirnya bangkrut karena kekurangan pembeli, sementara bahan baku, yang sebagiannya dibeli dari luar harganya relatif tinggi. Kekhawatiran beliau banyak menjadi kenyataan sekarang ini.
Di era sekarang pun kita masih sering mendengar pejabat dan pemimpin kita mewacanakan membeli priduk dalam negeri. Tapi selera belanja mereka, khususnya keluarganya berbanding terbalik dengan apa yang mereka wacanakan. Sering kita dengar dan saksikan di media, pejabat dan pengusaha yang berpenghasilan besar, berbelanja barang-barang mewah dan harganya fantastis di luar negeri, padahal barang serupa juga diproduksi di dalam negeri.
Jadi, yang kita butuhkan sekarang adalah kesadaran masyarakat pada umumnya, dan keteladanan para pengusaha dan pejabat kita untuk sama-sama menghargai produk dalam negeri. Kalau bukan kita, siapa lagi.