Oleh : Hikmah, S.Pd
Praktisi Pendidikan dan Pemerhati Sosial Generasi
Kesulitan ekonomi sejak lama dirasakan masyarakat di negeri ini, permasalahan ekonomi ini dirasakan oleh semua orang baik laki-laki maupun Perempuan. Sampai saat ini permasalahan ekonomi masih menjadi salah satu momok di negeri ini, artinya belum ada solusi yang dapat menyelesaikannya secara tuntas. Berbagai macam Upaya telah dilakukan, berbagai macam kebijakan telah dibuat, mengapa permasalahan ini tidak kunjung usai apa yang salah, harus dimulai darimana untuk menyelesaikannya?
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah sebagaimana diberitakan bahwa ‘Pemerintah Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan membuka sekolah pemberdayaan Perempuan melalui pelatihan keterampilan life skill massage dan bekam batch I dan II 2025, yang secara resmi dibuka oleh pejabat sekretaris daerah Kota Banjarbaru Sirajani di Aula Gawi Sabarataan. Sekolah pemberdayaan Perempuan bertujuan untuk meningkatkan kemandirian ekonomi peremepuan melalui pelatihan keterampilan praktis yang dapat langsung diterapkan sebagai peluang usaha. ( https://kalimantanpost.com/2025/05/banjarbaru-dirikan-sekolah-pemberdayaan-perempuan/)
Solusi yang tepat tentunya setelah memahami akar masalahnya dengan benar juga sehingga harus ditemukan dan dipahami terlebih dahulu akar masalah dari kesulitan ekonomi yang terjadi. Permasalahan masyarakat saat ini sangatlah complex, satu masalah dengan masalah lain saling berkaitan, termasuk masalah ekonomi juga terkait dengan masalah politik sehingga tidak bisa hanya diselesaikan satu masalah saja.
Saat ini akar masalah yang sebenarnya belum dipahami oleh Sebagian Masyarakat maupun pemangku kebijakan. Sehingga kebijakan yang dibuat hanya untuk memecahkan masalah secara parsial dan pemecahannya pun tidak tuntas, bahkan bisa disebut try and error, tambal sulam, dan menimbulkan masalah baru lagi. Contoh masalah anak putus sekolah solusinya dengan wajib belajar 12 tahun dan biaya sekolah gratis, tetapi apakah masalah putus sekolah menjadi selesai tuntas. Anak-anak memerlukan makan minum tempat tinggal yang layak, ada sebagian yang tidak terpenuhi akhirnya membuat mereka terpaksa ikut membantu bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehingga akhirnya putus juga sekolahnya.
Sesungguhnya permasalahan saat ini adalah permasalahan sistemik bukan satu atau dua bidang saja, akar masalahnya pun sistemik sehingga solusinya pun harus sistemik. Ideologi yang bercokol di dunia saat ini adalah kapitalisme sekuler, sudah kurang lebih satu abad mengatur dunia termasuk yang di ikuti oleh negeri ini, tidak ada satu negara pun yang tidak mengalami kesengsaraan selama mengukuti ideologi tersebut. Maka ideologi kapitalisme sekuler inilah yang harus ditinggalkan dan Kembali kepada satu sistem yang pernah menyejahterakan umat selama berabad-abad.
Adanya sekolah pemberdayaan Perempuan ini diharapkan dapat membuka kesempatan untuk para Perempuan dalam mengembangkan kemampuan diri, sehingga dapat berperan lebih banyak dalam keluarga, Pembangunan sosial dan ekonomi di lingkungannya.
Banyak sekolah pemberdayaan perempuan dibuat dan dirancang untuk meningkatkan keterlibatan perempuan di sektor publik, tanpa membedakan fungsi dan peran khas yang dimiliki oleh perempuan. Kurikulum sekolah pemberdayaan perempuan lebih banyak berfokus pada keterampilan teknis (menjahit, kuliner, bekam, massage, dan juga UMKM).
Bukannya memberdayakan secara hakiki, malah perempuan sering dijadikan sebagai komoditas ekonomi, didorong untuk aktif di pasar kerja agar dapat meningkatkan produktivitas ekonomi nasional, padahal ini kerap menambah beban peran ganda bagi perempuan.
Data menunjukkan bahwa meskipun akses pendidikan dan ekonomi meningkat, kasus kekerasan terhadap perempuan, pelecehan, eksploitasi, kekerasan seksual, dan krisis keluarga tetap tinggi, bahkan cenderung meningkat. Arinya benar saja bahwa Solusi kapitalis menimbulkan masalah baru
Dalam masyarakat yang menjadikan sekularisme sebagai dasar kebijakan publik, pemberdayaan perempuan seringkali justru terjebak pada paradigma liberal yang menyamaratakan peran laki-laki dan perempuan serta menempatkan perempuan sebagai bagian dari mesin produksi ekonomi kapitalistik.
Sekularisme memisahkan agama dari kehidupan, sehingga nilai-nilai Islam tidak dijadikan tolok ukur dalam mendesain program pemberdayaan perempuan. Kapitalisme menjadikan perempuan sebagai sumber daya ekonomi, bukan manusia bermartabat yang harus dijaga dan dilindungi.
Dalam Islam, perempuan dipandang sebagai makhluk mulia yang memiliki peran strategis dalam membangun peradaban, bukan sekadar pencari nafkah atau objek kebijakan pembangunan. perempuan sebagai pemegang peran penting dalam membangun generasi dan peradaban.
Konsep pemberdayaan perempuan dalam Islam harus didasarkan pada akidah Islam dan dijalankan dalam kerangka syariah secara menyeluruh.
Islam memerintahkan perempuan untuk menuntut ilmu, memahami hukum-hukum syariat, dan memainkan peran dalam masyarakat dengan batasan syar’i. Perempuan boleh terjun berkiprah dimasyarakat tanpa mengabaikan perannya yang wajib sebagai ibu dan pengatur rumah tangga bukan sebagai pencari nafkah, karena penafkahan sudah ada jalurnya yang diatur oleh syariat.
Sekolah pemberdayaan perempuan dalam Islam harus difokuskan pada : Pertama untuk membangun kesadaran akidah. Dan kedua untuk memperdalam ilmu syariat. Serta yang ketiga untuk menyiapkan perempuan menjadi ibu, pendidik, istri, dan juru dakwah yang tangguh.
Semua ini hanya dapat terwujud jika diterapkan dalam sistem Islam yang kaffah dalam naungan institusi yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabat beliau.
Lebih dari itu menerapkan Islam secara kaffah adalah konsekuensi keimanan bagi kaum muslimin