RANTAU, Kalimantanpost.com – Ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) kembali menghantui Kalsel, seiring datangnya musim kemarau. Berdasarkan proyeksi BMKG, puncak kekeringan akan berlangsung antara Juni hingga Agustus 2025, dengan peningkatan signifikan risiko karhutla di berbagai wilayah, termasuk Tapin.
Kapolres Tapin, AKBP Jimmy Kurniawan, menegaskan pentingnya koordinasi dan kesiapan lintas sektor dalam menghadapi potensi bencana ini.
“Kita tidak bisa lagi menunggu kejadian. Langkah pencegahan harus dimulai dari sekarang, terutama di wilayah-wilayah rawan seperti lahan gambut yang mudah terbakar,” ujarnya usai apel gelar kesiapsiagaan karhutla, Senin (26/5/2025).
Data aplikasi pemantauan Lancang Kuning mencatat ratusan titik panas telah muncul di Kalsel sejak Januari hingga Mei 2025. Wilayah Tapin termasuk daerah dengan tingkat kerawanan sedang hingga tinggi, memaksa aparat keamanan, BPBD, dan instansi terkait memperkuat patroli dan kesiapan alat pemadam.
Plt Kepala BPBD Tapin, M Noor, menyebutkan, pihaknya telah menyiagakan personel serta peralatan pemadaman. Ia juga menggarisbawahi pentingnya peran masyarakat dalam mencegah pembakaran lahan.
“Kami terus melakukan sosialisasi agar warga tak lagi menggunakan metode bakar untuk membuka lahan. Risiko terlalu besar, baik bagi kesehatan maupun ekonomi,” ujarnya.
Dampak karhutla bukan hanya mengganggu aktivitas masyarakat, tapi juga menimbulkan kerugian besar—dari terganggunya transportasi udara hingga meningkatnya kasus ISPA akibat kabut asap. Pemerintah daerah kini mendorong semua elemen, termasuk perusahaan pemilik konsesi lahan, agar terlibat aktif dalam mitigasi.
Apel kesiapsiagaan ini menjadi titik awal sinergi antarlembaga dalam menghadapi ancaman tahunan. Harapannya, bencana kabut asap besar seperti yang pernah terjadi beberapa tahun lalu tak terulang kembali.(abd/KPO-4)