Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Banjarmasin

Uhaib : 1 Mei Jangan Hanya Jadi Ritualistik Membosankan

×

Uhaib : 1 Mei Jangan Hanya Jadi Ritualistik Membosankan

Sebarkan artikel ini
IMG 20250501 WA0064 e1746096558980
NARASUMBER - Dr Muhammad Uhaib As'ad saat sedang menjadi Narasumber di salah satu kegiatan kampus di Banjarmasin. (Kalimantanpost.com/dok pribadi)

BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Peringatan Hari Buruh menarik untuk dibahas dan dikupas tuntas, apakah buruh-buruh di Indonesia sudah merdeka atas hak-haknya termasuk menikmati libur bersama yang ditetapkan oleh Pemerintah sebagai sebuah legalitas.

Hal ini pun turut menarik perhatian akademisi dari Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari, Dr Muhammad Uhaib As’ad yang juga sering dikenal sebagai pengamat kebijakan publik dan pemerintahan di Kota Banjarmasin.

Kalimantan Post

Uhaib mengacu pada pendapat tokoh dunia yang berasal dari Negara Jerman yakni Karl Marx yang menyebut terdapat dua istilah. Borjuis (kaum pemilik modal) dan proletar (kaum buruh).

Menurut Uhaib yang mengutip dari pendapat Karl Marx, menjelaskan dalam sistem ekonomi yang kapitalis, kaum pemodal mengendalikan semua instrumen ekonomi. Mulai dari proses produksi, distribusi dan konsumsi.

“Di era modern seperti sekarang ini, sepertinya, pikiran-pikiran Karl Marx ini semakin populer ditengah hegemoni atau kekuasaan kaum pemilik modal yang memainkan peran-peran politik dan ekonomi dan menggunakan kaum buruh untuk kepentingan politik maupun bisnisnya,” kata Uhaib kepada awak media ini.

Ia pun kemudian mencontohkan di era demokrasi saat ini, sebagaimana kasus di PIK 2, Uhaib menyebut hal itu sebagai gambaran bagaimana para pekerja dan kaum-kaum proletar tertindas, bahkan disebutkannya hal tersebut merupakan perbudakan modern karena rakyat sama sekali tidak mendapatkan empati dari Negara.

“Bahkan rakyat di intimidasi, dizolimi, dirampas dan dirampok hak-hak wilayah mereka, tanah mereka, dan cukup sempurna apa yang kita saksikan dari kasus PIK 2, ini baru satu contoh, belum lagi kasus Rempang di Batam sana, kemudian di daerah-daerah lain,” bebernya.

“Hal inilah yang menggambarkan betapa Negara tidak berempati kepada rakyat sebagai sebuah entitas instusi, sebagai sebuah organisasi untuk membela rakyat, tapi lebih membela para pemilik modal, para kapitalis,” sambungnya.

Baca Juga :  Mahasiswa KKN ULM Ajak Warga Desa Purwosari Baru Sulap Sampah Plastik

Bukan tanpa alasan, hal itu terjadi karena adanya sebuah pengendalian dari kekuatan yang mengakumulasi sumber daya ekonomi dan politik. Menurutnya, negeri ini semakin melenggangkan perbudakan modern.

“Celakanya Undang-undang yang dibuat oleh Negara, sama sekali tidak memiliki kepentingan pembelaan atas hak-hak buruh, contohnya Undang-undang Cipta Kerja, ini jelas satu regulasi yang menguntungkan para pemilik modal, ini dasarnya mengapa rakyat semakin terasing,” jelas Uhaib.

“Hari ini 1 Mei, mudah-mudahan, tidak menjadi semata-mata peringatan ritualistik yang membosankan dan tidak memberi manfaat pembelaan hak-hak politik dan ekonomi bagi para kaum buruh, terimakasih saudaraku, saya sampaikan salam perjuangan kaum buruh, bebaskan dari penindasan perbudakan modern,” tutupnya. (sfr/KPO-4)

Iklan
Iklan