RANTAU, Kalimantanpost.com – Sedikitnya 10 ribu jemaah memadati Masjid Jami Al Istiqamah, Desa Gadung Keramat, Kecamatan Bakarangan, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, Selasa (3/6/2025). Mereka datang untuk mengikuti peringatan Haul ke-96 Al-Alimul Fadhil As Syekh Salman Al Farisi, ulama kharismatik yang dikenal sebagai tokoh tarekat dan penyebar ilmu di Banua.
Ribuan manusia tak hanya memenuhi ruang utama masjid, tetapi juga halaman, pelataran, dan rumah warga sekitar. Haul diawali dengan pembacaan syair Maulid Habsy, tahlil, dan zikir. Lantunan ayat suci Al-Qur’an mengiringi pembacaan manaqib atau riwayat hidup Syekh Salman oleh ahli waris, sebelum ditutup dengan tausiah.
Bupati Tapin, H Yamani, yang hadir bersama Wakil Bupati Juanda dan jajaran pejabat daerah, menyampaikan haul menjadi momen penting untuk merefleksikan nilai-nilai keimanan.
“Peringatan haul ini menjadi pengingat akan kebesaran Allah, serta upaya kita meneladani para ulama sebagai pembimbing umat,” kata Yamani dalam sambutannya.
Ia menambahkan, antusiasme masyarakat akan menjadi catatan pemerintah daerah untuk perbaikan dan pengembangan fasilitas keagamaan ke depan.
“Insya Allah, ini menjadi perhatian kami untuk evaluasi kegiatan keagamaan berskala besar,” ujarnya.
Panitia pelaksana, M Thaib, mengatakan, haul Al’Alimul Fadhil As Syekh Salman Al Farisi digelar di Masjid Al Istiqamah Desa Gadung Keramat dihadiri sekitar 10 ribu ribuan jemaah dari berbagai daerah luar Tapin.
“Rangkaian Haul digelar seperti biasa yang rutin digelar setiap tahun,” ujarnya.
Ditambahkannya haul puncak akan digelar pada Jumat malam mendatang di area kubah makam Syekh Salman di Desa Gadung.
Ulama Warisan Kesultanan Banjar
Syekh Salman Al Farisi lahir pada 25 Safar 1279 H di Pagar Martapura, Kabupaten Banjar. Ia putra dari Qadhi H. Mahmud, ulama istana sekaligus guru dari Sultan Adam Al Wasiq Billah dan para pangeran Banjar. Ibunya, Diyang, berasal dari Desa Gadung, Bakarangan.
Syekh Salman merupakan keturunan ulama besar Kalimantan Selatan, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau Datu Kalampaian, dari jalur pernikahan dengan perempuan Tionghoa, Go Hwat Nio (Gowat).
Pendidikan agama diperolehnya langsung dari sang ayah sebelum melanjutkan ke Mekkah. Ia dikenal memiliki karamah, di antaranya tubuhnya tak basah saat hujan, bisa memahami bahasa burung, dan mengetahui hari wafatnya sendiri.
Syekh Salman wafat pada 9 Dzulhijjah 1352 H (1931 M) dan dimakamkan di Desa Gadung, sekitar lima kilometer dari pusat Kota Rantau.(abd/KPO-3)