JAKARTA, Kalimantanpost.com – Buat pecinta sepakbola di Tanah Air, nama tim yang promosi ke Liga 1 2025/2026, PSIM Yogyakarta, Bhayangkara Presisi Lampung FC dan Persijap Jepara sudah tak asing. Mengingat Persijap Jepara dan PSIM cukup lama berkiprah di era Liga Indonesia dan Bhayangkara FC di musim 2023/2024 merupakan tim Liga 1 dan musim lalu sempat turun ke kasta Liga 2 dan kembali promosi ke Liga 1 musim ini.
Dikutif dari laman Liga Indonesia Baru, Bhayangkara FC menjadi tim pertama yang memastikan tiket promosi setelah tampil dominan di babak 8 besar Liga 2. Meski sempat terdegradasi Liga 1 musim 2023/2024, Bhayangkara FC hanya butuh satu musim untuk kembali ke Liga 1 dengan skuat yang diperkuat pemain-pemain kunci seperti Dendy Sulistyawan dan Ilija Spasojevic. Mereka juga sudah menyiapkan markas baru di Lampung untuk musim depan. COO Bhayangkara FC, Sumardji, menyatakan kesiapan tim dengan menyasar pemain Timnas Indonesia untuk mengarungi Liga 1, menandakan ambisi besar klub ini.
PSIM Yogyakarta keluar sebagai juara Pegadaian Liga 2 setelah mengalahkan Bhayangkara FC di final. Klub legendaris ini memiliki sejarah panjang sejak berdiri pada 1929 dan merupakan salah satu pendiri PSSI. PSIM dikenal sebagai Laskar Mataram dengan basis suporter fanatik dan warisan budaya yang kuat. Kembalinya PSIM ke Liga 1 setelah 18 tahun menunggu menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Yogyakarta. Caretaker pelatih Erwan Hendarwanto menyebut promosi ini sebagai rezeki dan hasil kerja keras seluruh elemen klub.
Persijap Jepara mengamankan tiket promosi setelah menjuarai perebutan tempat ketiga Pegadaian Liga 2 dengan mengalahkan PSPS Pekanbaru 1-0. Persijap, yang dikenal sebagai Laskar Kalinyamat, memiliki akar sejarah sejak 1954 dan identik dengan budaya Jepara, kota pengrajin mebel dan ukiran kayu. Klub ini sempat mengalami masa sulit dan degradasi, namun kini bangkit kembali dengan dukungan suporter fanatik seperti Banaspati dan Jetman. Gol Leo Lelis di laga penentuan menjadi simbol kebangkitan Persijap ke Liga 1 setelah absen sejak 2014.
Ketiga tim ini akan memperkaya persaingan Liga 1 musim depan dengan karakter dan sejarah masing-masing. Bhayangkara FC membawa ambisi besar dengan modal finansial dan skuat kuat, PSIM Yogyakarta membawa semangat sejarah dan budaya, sementara Persijap Jepara menampilkan kebangkitan dan semangat juang masyarakat Jepara.
PSIM Yogyakarta
PSIM Yogyakarta, klub sepak bola legendaris dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), kembali menorehkan sejarah dengan promosi ke Liga 1 musim 2025/26 setelah menjuarai Pegadaian Liga 2 musim 2024/25. Klub yang dikenal dengan julukan Laskar Mataram ini memiliki perjalanan panjang dan kaya akan kontribusi dalam perkembangan sepak bola Indonesia.
Didirikan pada 5 September 1929 dengan nama Perserikatan Sepakraga Mataram (PSM), PSIM kemudian berganti nama menjadi Perserikatan Sepak Bola Indonesia Mataram pada 27 Juli 1930 sebagai bagian dari semangat pergerakan kemerdekaan Indonesia. PSIM merupakan salah satu dari tujuh perserikatan yang mencetuskan pendirian PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) pada 19 April 1930 di Yogyakarta, menandai peran penting mereka sebagai pionir sepak bola nasional.
Sepanjang sejarahnya, PSIM pernah menjuarai Kompetisi Perserikatan pada 1932 dan Divisi Satu Liga Indonesia pada 2005. Namun, pencapaian terbaru yang paling membanggakan adalah keberhasilan mereka menjadi juara Pegadaian Liga 2 pada 26 Februari 2025, sekaligus memastikan promosi ke Liga 1 setelah menunggu selama 18 tahun.
Perjalanan menuju Liga 1 musim depan tidak lepas dari kerja keras dan semangat juang seluruh elemen tim. Caretaker pelatih Erwan Hendarwanto mengungkapkan rasa syukurnya, “Ini sudah suratan takdir kebetulan saya di sini. Ini rezeki yang harus saya syukuri”. Sementara pemain Sunni Hizbullah menambahkan, “Ini semua tak lepas dari perjuangan, kerja keras pemain, pelatih, manajemen, dan suporter yang sangat luar biasa… Alhamdulillah terima kasih sekali doa-doa dari suporter dan warga Yogyakarta”.
PSIM juga dikenal memiliki basis suporter yang fanatik, seperti Brajamusti dan The Maident, yang selalu memberikan dukungan penuh. Direktur Utama PSIM, Liana Tasno, menceritakan perjalanan panjang klub sejak diambil alih konsorsium pada 2019 hingga akhirnya sukses promosi, “Awalnya aku berpikir ini project mission impossible. Sekarang berarti sudah coba enam tahun baru akhirnya berhasil”.
Kembalinya PSIM ke Liga 1 tidak hanya menambah persaingan di kasta tertinggi sepak bola Indonesia, tetapi juga menghidupkan kembali kebanggaan masyarakat Yogyakarta akan klub kebanggaannya yang bersejarah dan penuh perjuangan. Sebagai salah satu klub tertua dan bersejarah di Indonesia, PSIM Yogyakarta siap menorehkan babak baru dalam perjalanan sepak bolanya di Liga 1 musim 2025/26.
Bhayangkara Presisi Lampung FC
Bhayangkara FC sukses memastikan promosi ke Liga 1 musim 2025/26 setelah hanya menjalani satu musim di Liga 2. Keberhasilan ini diraih setelah mereka menahan imbang 0-0 melawan Persijap Jepara pada pertandingan matchday kelima Grup Y babak delapan besar Liga 2 di Stadion Gelora Bumi Kartini, Jepara, pada 12 Februari 2025. Hasil imbang tersebut sudah cukup membawa Bhayangkara FC mengoleksi sembilan poin dan tak terkejar oleh tim pesaing, sehingga mereka otomatis lolos ke Liga 1 musim depan.
Pelatih Bhayangkara FC, Hanim Sugiarto, menyatakan rasa syukur dan bangganya atas pencapaian tim yang kembali ke Liga 1 dengan kerja keras seluruh pemain, ofisial, dan manajemen. Ia mengungkapkan, “Syukur alhamdulillah atas pencapaian tim untuk naik kembali ke Liga 1 2025/26. Saya sangat menghargai kerja keras seluruh pemain dan ofisial”. Hanim juga menilai perjalanan di Liga 2 musim ini tidak mudah, namun perjuangan semua pihak membuat mereka berhasil kembali ke kasta tertinggi sepak bola Indonesia.
Dari sisi permainan, Bhayangkara FC mampu meredam tekanan dari Persijap yang berusaha keras meraih kemenangan. Meski sempat bermain dengan 10 orang setelah TM Ichsan dikartu merah, pertahanan Bhayangkara tetap solid dan menjaga skor tetap imbang hingga akhir pertandingan.
Promosi Bhayangkara FC ini menjadi momentum penting untuk klub yang sebelumnya terdegradasi pada musim lalu setelah finis di posisi ke-17 BRI Liga 1. Pada musim depan, Bhayangkara FC akan berkandang di Lampung, Sumatera Selatan.
Persijap Jepara
Persijap Jepara, klub kebanggaan masyarakat Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, kembali menapak ke kasta tertinggi sepak bola Indonesia dengan promosi ke Liga 1 musim 2025/26 setelah finis sebagai juara ketiga Pegadaian Liga 2 musim 2024/25. Perjalanan Persijap bukan sekadar soal prestasi di lapangan, melainkan juga kisah panjang yang sarat dengan sejarah dan budaya lokal.
Sepak bola di Jepara sudah berakar sejak era penjajahan Belanda pada 1930-an, ketika muncul dua klub bentukan pemuda setempat, yakni PS. Sinar Laut dan Alsides. Meski kedua klub itu bubar saat masa pendudukan Jepang, kecintaan masyarakat Jepara terhadap sepak bola terus tumbuh dan berkembang. Pada 11 April 1954, atas inisiatif Bupati Jepara saat itu, Sahlan Ridwan, Persatuan Sepak Bola Indonesia Jepara (Persijap) resmi berdiri sebagai wadah resmi klub sepak bola Kabupaten Jepara.
Jepara, yang dikenal sebagai sentra industri mebel dan ukiran kayu, mencerminkan identitasnya lewat logo Persijap yang mengusung motif ukiran khas Jepara, simbol kekayaan budaya dan kreativitas daerah. Stadion Gelora Bumi Kartini, markas Persijap, menjadi saksi bisu perjuangan klub ini, menampung sekitar 8.570 penonton yang setia mendukung setiap laga.
Persijap pernah menorehkan prestasi gemilang, seperti juara Piala Suratin tiga kali (1982, 1998, 2002), serta konsistensi di kompetisi kasta tertinggi Liga Indonesia. Namun, perjalanan tidak selalu mulus. Krisis pada 2014 membuat Persijap terdegradasi dan harus berjuang keras di Liga 3 dan Liga 2 selama bertahun-tahun. Meski demikian, semangat juang dan dukungan suporter setia seperti Banaspati dan Jetman tidak pernah padam, menjadi bahan bakar kebangkitan Persijap.
Legenda seperti Kamal Junaidi, yang namanya diabadikan sebagai nama stadion pertama di Jepara, serta pemain-pemain nasional seperti Haryanto dan Siswadi Gancis, menjadi bagian dari warisan besar Persijap. Klub ini juga dikenal dengan julukan Laskar Kalinyamat, yang mengacu pada perjuangan Ratu Kalinyamat, pahlawan lokal yang menggunakan strategi laut melawan penjajah, menggambarkan semangat juang dan strategi Persijap di lapangan.
Kini, setelah meraih peringkat 3 Pegadaian Liga 2 musim 2024/25, Persijap siap menulis babak baru di Liga 1. Kebangkitan ini bukan hanya soal prestasi, tapi juga kebanggaan dan identitas masyarakat Jepara yang melekat erat dengan klubnya. Seperti yang diungkapkan dalam perjalanan sejarahnya, Persijap bukan sekadar tim sepak bola, melainkan representasi perjuangan dan semangat rakyat Jepara yang tak pernah padam.
“Persijap Jepara telah melalui berbagai fase naik-turun, namun semangat dan dukungan masyarakat membuat klub ini terus bangkit dan siap bersaing di Liga 1,” tulis salah satu catatan sejarah klub.
Dengan akar sejarah yang kuat dan dukungan fanatik suporter, Persijap Jepara siap kembali bersinar di panggung utama sepak bola Indonesia, membawa harum nama Jepara dan mengukir prestasi baru di Liga 1 musim depan. (ful/KPO-3)