SAMPIT, Kalimantanpost.com – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah melalui Stasiun Meteorologi Haji Asan Sampit menyebut Kotim telah memasuki musim kemarau walaupun hujan masih sering terjadi dalam beberapa hari terakhir.
“Sekarang Kotim sudah musim kemarau, tetapi baru wilayah selatan. Musim kemarau di Kotim dimulai pada dasarian 2 Juni atau sejak tanggal 11 Juni ke atas, lalu dasarian 3 Juni bertahap ke wilayah tengah,” kata Kepala sekaligus Prakirawan BMKG Kotim Mulyono Leo Nardo di Sampit, Selasa (24/6/2025).
Ia menjelaskan, fase peralihan musim di Kotim memang terjadi secara bertahap yang dibagi menjadi tiga wilayah, yakni utara, tengah dan selatan. Adapun, musim kemarau tahun ini diprakirakan dimulai dari wilayah selatan, lalu tengah dan terakhir utara.
Sesuai prakiraan sebelumnya, Kotim mulai diliputi musim kemarau pada dasarian 2 Juni 2025. Namun, ia tidak memungkiri bahwa dalam beberapa hari terakhir masih terpantau hujan ringan hingga sedang di wilayah Kotim, khususnya Kota Sampit.
Berdasarkan analisa pihaknya, hal ini dipengaruhi adanya fenomena bibit siklon di wilayah utara dan timur Pulau Kalimantan.
Bibit siklon adalah awal mula terbentuknya siklon tropis berupa badai besar yang bisa menyebabkan angin kencang, hujan deras, dan gelombang tinggi di laut. Bibit siklon ini terbentuk di daerah laut yang hangat, seperti di sekitar Indonesia.
“Jadi karena adanya siklonik itu sehingga wilayah Kalimantan Tengah, khususnya Kotim dalam beberapa hari ini masih terpantau hujan. Kondisi ini diprediksi masih terjadi dalam sepekan ke depan, karena kami pantau hari ini masih ada bibit siklon di wilayah utara Kalimantan,” jelasnya.
Ia melanjutkan, musim kemarau tahun ini diperkirakan normal, karena fenomena El Nino terpantau dalam kondisi netral sehingga tidak ada pemicu yang signifikan terhadap musim kemarau yang berdampak pada peningkatan potensi kebakaran.
El Nino adalah fenomena iklim global yang ditandai dengan pemanasan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur. Fenomena ini menyebabkan perubahan pola cuaca di berbagai wilayah, seringkali menyebabkan musim kemarau yang lebih panjang dan kering.
Hujan yang terjadi beberapa hari terakhir pun tergolong masih normal, karena musim kemarau bukan berarti tidak ada hujan sama sekali dan hujan yang turun pun terpantau pada titik-titik tertentu, tidak merata seluruh Kotim.
“Kemudian untuk puncak musim kemarau kami prediksi pada Agustus 2025, jadi kami imbau kepada semua pihak agar waspada terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan, terutama wilayah selatan karena durasi musim kemarau di sana lebih panjang dan wilayah itu dominan lahan gambut yang mudah terbakar,” demikian Mulyono. (Ant/KPO-3)