Banjarbaru, Kalimantanpost.com – Program Mas Pitung (Markas Sampah Pilah Tabung Untung) terus menunjukkan dampaknya di lingkungan sekolah, meskipun telah diresmikan sejak akhir Mei 2025 lalu di SMP Negeri 3 Banjarbaru. Inisiatif hasil kolaborasi antara Pemerintah Kota Banjarbaru, Bank Kalsel, dan dunia pendidikan ini tak hanya mengedukasi siswa soal pengelolaan sampah, tapi juga menanamkan kebiasaan menabung sejak dini.
Program yang digagas melalui skema Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Kalsel ini menjadi bagian dari Simpanan Pelajar (SimPel), di mana setiap sampah yang dipilah dan disetorkan siswa akan dikonversi menjadi saldo tabungan. Lewat pendekatan ini, literasi keuangan dan kepedulian lingkungan dibangun secara paralel di kalangan pelajar.
Penjabat Sekretaris Daerah Kota Banjarbaru, Sirajoni, dalam peresmian Mas Pitung beberapa waktu lalu, menyampaikan bahwa program ini merupakan inovasi yang tepat sasaran. “Mas Pitung bukan sekadar bank sampah, tapi wadah pembentukan karakter dan pembelajaran ekonomi sederhana bagi siswa. Ini bisa menjadi gerakan kolektif yang membentuk budaya baru,” ujarnya.
Di tengah tantangan pengelolaan sampah yang kian meningkat—dengan data Dinas Lingkungan Hidup mencatat volume sampah mencapai 560.000 ton pada tahun 2024—program seperti Mas Pitung menjadi relevan dan mendesak untuk diperluas. Dengan rata-rata produksi sampah harian mencapai 192 ton, pendekatan berbasis partisipasi masyarakat, khususnya generasi muda, dinilai strategis.
Kini, Mas Pitung menjadi contoh praktik baik yang mulai menginspirasi sekolah-sekolah lain di Banjarbaru. Tidak hanya siswa yang terlibat aktif, tapi juga guru, orang tua, dan lingkungan sekitar.
Pemerintah Kota Banjarbaru berkomitmen terus mendukung program edukatif semacam ini sebagai bagian dari upaya pembangunan berkelanjutan. Gerakan kecil seperti memilah sampah dan menabung dari hasilnya diyakini dapat memberikan dampak besar bila dijalankan secara konsisten.(Dev/K-3)